34.

40.3K 4K 92
                                    

"Sebagai seorang istri, aku harus siap menerima kekurangan dan kelebihan suamiku."
Hanum Kharismaniyah

"— Hanum Kharismaniyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🤍

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam, Zayn masih menunggu didepan pintu UGD, ia takut istri dan anaknya kenapa-napa. Doa dan sholawat tidak henti ia lantunkan untuk keduanya.

Tak lama pintu UGD terbuka, menunjukkan dokter yang keluar dari dalam ruangan tersebut. Zayn menoleh, ia melihat dokter dan langsung berdiri.

"Dok, gimana keadaan istri dan anak saya?" tanya Zayn.

"Sepertinya Bu Hanum belum makan ya Pak? Bayinya sehat hanya saja jangan sampai telat makan Pak."

"Astagfirullah, tapi sudah nggak apa kan dok?"

Dokter mengangguk, "Tidak apa-apa Pak namun bu Hanum harus di rawat inap dulu ya Pak."

Zayn mengangguk, kemudian dokter mempersilahkan pria itu masuk ke dalam. Zayn masuk, ia melihat suster yang habis menginfus tangan Hanum.

Pria itu mendekat kepada istrinya, ia duduk disamping ranjang yang sedang istrinya tiduri. Menatap istrinya yang masih menutup matanya, mengusap perut Hanum yang sudah mulai terlihat membesar.

"Sayang, aku kangen."

"Bangun by, aku mau lihat senyum kamu lagi, bangun by."

Suster datang untuk memindahkan Hanum dari UGD ke kamar rawat. "Permisi Pak, saya mau memindahkan bu Hanum ke kamar rawat."

Zayn menoleh dan mengangguk. "Ohh iya silahkan sus."

Zayn berdiri, membiarkan para suster mengeluarkan bankar dari UGD menuju kamar rawat. Zayn juga membantu mendorongnya dari belakang, hatinya sakit sekali jika melihat istrinya terbaring lemah diatas ranjang sumah sakit.

*****

Di rumah Umi Dinda dan Abi Angga, pasangan paruh baya itu sedang menemani Faiz makan. Sebab anak itu masih belum kenyang dengan nasi goreng yang tadi.

Umi Dinda belum berbicara apa-apa, ia yakin pasti Hanum di larikan ke rumah sakit. Abi Angga hanya memijitkan kepalanya karena surat yang tadi membuat dirinya khawatir dengan menantunya.

"Mau nambah?" tanya Umi Dinda.

Faiz menggelengkan kepalanya, ia mengusap matanya yang sudah terasa ngantuk tapi perutnya masih lapar. "Nggak umi, udah cukup."

Umi Dinda tersenyum tipis, ia mengusap kepala Faiz dengan lembut. "Bener nggak ada yang sakit?"

"Nggak umi tapi aku ngantuk,"

"Ya sudah, habiskan makannya terus bobo ya."

"Tapi bunda?" tanya Faiz.

Umi Dinda langsung menatap Abi Angga, Abi Angga juga terkejut mendengarnya. "Bunda nggak apa sayang, besok bunda pulang."

Z A Y N (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang