22. NAIK PERAHU

Mulai dari awal
                                    

Mendengar ucapan Kirana, Ara langsung bergegas ke ruang kaman. Dan sedikit terkejut karena pacarnya ada disana makan nasi goreng buatan Kirana. "Gimana Ga enak nggak?" Tanya Kirana.

"Ini mah enak banget tante!" seru Dermaga.

Ara tersenyum melihat Dermaga dengan lahap makan makanan buatan Kirana. "Ara sini piringnya," ucap Kirana meminta piring milik Ara.

"Ini Ma,"

Dermaga tampak menikmati nasi goreng itu ternyata benar apa yang dibilang Ara masakan Mamanya lebih enak dari yang dicafe kemarin.

"Tante makasih banyak ya!" ucap Dermaga yang sudah menghabiskan makanannya, begitu juga Ara.

"Jaga Ara ya, jangan buat Ara nangis!" pesan Kirana.

"Apaan sih Ma, emangnya Ara anak kecil apa?" malu Ara.

Dermaga tersesenyum, lalu berdiri dan mencium punggung tangan Kirana untuk kedua kalinya. "Ya udah tan, kita berangkat dulu ya," pamit Dermaga.

•••

Sepanjang perjalanan senyuman manis Dermaga masih terpancar. Ara sedikit curiga apa jangan jangan Dermaga suka dengan mamanya?

"HAHA mana mungkin!" gumam Ara.

"Aga kenapa senyum terus?" tanya Ara dari belakang.

Dermaga baru menyadari bahwa bibirnya tak berhenti tersenyum setelah Ara mempertanyakannya. "Biarin emangnya senyum nggak boleh?" tanya balik Dermaga.

"Oh, ya udah kirain Aga nggak beres," gumam Ara.

Sudah hampir satu jam perjalanan dan akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Tempat favorit Ara sekarang. "Kenapa Aga nggak markirin motornya kesana?" tunjuk Ara ke arah bawah rumah pohon.

"Gue suka naruh disitu sekalian jalan jalan, nggak jauh juga kan." ucap Dermaga tersenyum.

Dermaga mengangkat kepalanya, matanya melihat rindangnya pohon yang mereka lewati. "Enak ya Ra punya Mama." gumam Dermaga.

Ara tersenyum, ternyata dari tadi Dermaga memikirkan hal itu sampai tersenyum diperjalanan. "Iya mama gue segalanya." balas Ara.

"Enak ya punya orang tua yang masih perhatian," tambah Dermaga.

"Kok gitu,"

"Ya lo tau lah, dirumah gue nggak ada yang perhatian sama gue. Mungkin cuma satu," ucapan Dermaga terhenti.

"siapa?"

"Bibi,"

Terkadang ikut sedih mendengar curahan hati Dermaga. Ternyata ada orang yang lebih menderita karena keluarga dari pada dirinya.

"Aga bisa anggep Mama sebagai Mama Aga," ucap Ara tulus.

Dermaga sempat terharu mendengar ucapan Ara barusan, dan baru Dermaga sadari ternyata masih ada orang yang mengerti keadaannya sekarang.

Dermaga jadi memikirkan taruhannya dengan Megan, apakah dia sanggup melakukan hal itu kepada Ara. Baru kali ini menemui orang yang benar benar sayang dirinya.

"Ra?" panggil Dermaga.

"Apa?"

Dermaga termenung, "Eh nggak jadi,"

"Ya udah Ara naik dulu," pinta Dermaga.

Ara bergegas untuk naik ke atas pohon menggunakan tangga didepannya. "Aga ayo cepet!" seru Ara yang sudah sampai diatas rumah pohon tersebut.

"Iya iyaa,"

Akhirnya kaki Dermaga menginjakkan lantai yang terbuat dari kayu tersebut. Tempat pertama yang Dermaga tuju yaitu lemari harta karunnya. "Lo mau minum nggak Ra?" tanya Dermaga.

"Enggak,"

Ara berjalan menuju jendela untuk melihat pemandangan yang sangat indah diluar. "Loh Aga disana ada perahu ya?" tanya Ara menunjuk ketepi danau.

"Iya itu perahu, perahu yang sering gue pakai waktu kecil" terangnya.

"Naik yok!" ajak Ara.

Dermaga menerima permintaan Ara itu, lagi pula dia mengajak Ara kesini untuk menenangkan pikirannya agar tidak terlalu stres seperti apa yang dibilang dokter.

Dengan sumringah Ara berlari menuju perahu yang terbuat dari kayu tersebut."Dayungnya mana Ga?" tanya Ara kebingungan.

"Gue juga nggak tau, coba cari disana deh Ra," timpal Dermaga.

Drttt drtttt

Saku Dermaga terasa ada yang bergetar, tentu saja itu ponselnya. Dan yang meneleponnya sahabatnya sendiri yaitu Megan. "Cari dulu ya Ra!" seru Dermaga menjauh dari Ara.

"Ada apa?" jawab cepat Dermaga. Dia tak mau basa basi karena sedang bersama Ara sekarang.

"Gue cuma mau ngingetin hari ini, hari terakhir" ucap Megan dari telepon.

"Iya gue tau, hari ini gue tuntasin!"

"Gue tunggu besok!" Seru Niko

Memang kedua bocah itu sulit untuk dipisahkan, dimana ada Megan pasti Ada Niko. "Oke, kalau gitu gue beresin kamar lo dulu!" ujar Megan.

"Nggak usah!"

"Ya udah, gue tunggu buktinya besok!" ucap Megan.

Tiba-tiba ada tangan yang memegang pundak Dermaga, sontak saja Aga terkejut dengan hal itu. "Aga? Apanya yang nggak usah?" tanya Ara yang sudah dibelakangnya.

"Enggak papa, ayo naik perahu." ucap Dermaga mengalihkan

MALAM MINGGU DITEMENIN DERMAGA NIH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MALAM MINGGU DITEMENIN DERMAGA NIH

TAPI GIMANA NASIB ADA KEDEPANNYA

HUH! HARUS SABAR NUNGGU PART SELANJUTNYA




NB : gaes minta tolong boleh nggak sih,

kan cerita gw yang pertama judulnya MENUNTUT BALAS peringkat horornya lagi naik

Nah minta tolong ke kalian untuk buka beberapa Part aja biar dapet IP baru tiap hari😭

Harapan gue bisa tembus 1 on HOROR

dulu paling tinggi 50 on Horor

BTW DERMAGA PERINGKATNYA JUGA LUMAYAN NAIK TIAP HARINYA😍

DERMAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang