Bab 30 - Run

1.3K 238 2
                                    

Happy reading

---

Gelapnya malam dengan angin dingin membuat seorang wanita menjadi lebih ketakutan.

Ia melihat sekelilingnya dengan tangisan dan rasa bingung karena pepohonan yang lebat terus ia lihat sejak tadi.

Belum lagi, seseorang mengejarnya dengan sebuah tongkat bisbol. Wajahnya memerah karena lelah berlari dari siang, kakinya berdarah menyisakan jejak darah di tanah tandus.

Clara memeluk dirinya sendiri. "Siapapun.. tolong aku.."

Bruk

Tubuhnya terjatuh hingga menambahkan luka bengkak di sikunya.

Drap drap drap

Ia menengok ke belakang saat mendengar suara langkah kaki, ketakutan semakin meningkat.

Clara merangkak mundur di atas tanah, matanya melihat takut seorang pria yang tengah berjalan pelan di depannya.

Grap

"Ah lepaskan lepaskan!!" Tangis Clara

Kedua kakinya di genggam erat oleh pria itu dan menariknya hingga tubuh Clara tergusur dengan kuat.

Clara menendang angin dengan brutal, kakinya menjadi lebih sakit karena pria itu mencekalnya lebih kuat dari sebelumnya.

Punggungnya terus menyapu tanah hingga terbekas luka lecet yang perih. Tangisannya tidak bisa ditahan, terus mencoba untuk melepaskan diri.

Bugh

Clara menendang keras pinggang pria itu membuat sang empu melepaskan cekalannya dan sedikit meringis.

Tanpa memberi kesempatan, Clara menendang dada bidang pria itu dengan kedua kakinya hingga tertabrak pohon yang ada dibelakangnya.

Ia bangun lalu berlari dengan cepat, melupakan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Sesekali melirik ke belakang, melihat pria itu yang terus mengejar.

Netranya melihat ke bawah tanah yang meninggalkan jejak kakinya.

"Aku tak bisa mengumpat karena jejak ini" Gumamnya

Drap

Tak sadar, kakinya menginjak sebuah aspal jalan dan membuat netranya melihat sekeliling yang sudah tidak di kepung oleh pepohonan.

Ia melanjutkan larinya, menginjak aspal tanpa alas kaki lebih sakit daripada menginjak tanah tandus.

Tak ada satupun kendaraan yang lewat membuatnya lebih kelimpungan.

Terus berharap seseorang datang dan menolongnya namun harapan itu musnah digantikan sebuah telepon umum jauh di depannya.

"Ada" Gumamnya melihat sebuah harapan

Clara mempercepat larinya menuju telepon umum. Setelah sampai ia masuk ke dalam lalu memegang daun telepon dan menekan beberapa angka, sesekali ia melihat kebelakang untuk sekedar tau pria itu di dekatnya atau tidak.

Page [END] Where stories live. Discover now