Bab 17 - Struggle

1.5K 272 7
                                    

Oke, aku benar-benar merasa bersalah sekarang. Karena akhir-akhir ini selalu telat buat pub. I am really, really sorry🥺
.

Happy reading

---

Clara diperbolehkan keluar dari kamar oleh pria itu. Entahlah, mungkin itu sebagai permintaan maaf karena telah melukainya.

Ia turun dari tangga, merasa aneh karena rumah sebesar ini tidak ada penghuninya selain pria itu.

"Aku ingin keluar" gumamnya pelan

Clara melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore. Jujur, selama ia dipermainkan disini, ia tidak tau pria itu pulang pada pukul berapa.

Clara membuka gorden sedikit, sekedar untuk mengetahui apa yang ada di luar namun nihil, jendelanya ditutup oleh sesuatu dari luar sehingga ia tidak melihat lingkungan di luar rumah.

Ia berjalan kembali mencari jalan keluar, sesekali melihat foto-foto bermodel Perancis.

Clara menghentikan langkahnya saat melihat foto seorang wanita bergaun merah dengan rambut coklat yang di cepal.

"Elegan" Gumamnya mengagumi sosok itu

Ia jadi teringat saat Alan mengajak untuk nonton sebuah film bergenre romantic dari Perancis atau Spanyol.

Clara kembali melangkahkan kakinya. Ia masuk ke dalam sebuah ruangan yang bernuansa klasik.

Ada sebuah alat musik bernama grafon terpajang disana. Lantai nya di lapisi sebuah karpet merah dan ada sofa kecil untuk satu orang disana.

Beberapa foto terpajang di atas meja dengan rapih. Clara mendekati satu foto itu dengan sendu.

"Kenapa kau melakukan ini? Padahal aku sudah percaya padamu" ucapnya sendu

.

.

Seorang pria dengan Hoodie hitam dan memakai masker serta topi itu melihat Alan dari jauh.

Sedangkan Alan sejak tadi melirik sedikit tanpa menoleh kebelakang, merasa ada yang memperhatikan nya lalu melihat ke arah kulkas yang ada di depannya.

Asher mengambil sebuah minuman kaleng dari dalam kulkas mini market.

"Hey, kau mau apa?" Tanya Asher

Namun, ia tak mendengar jawaban dari teman yang ada disampingnya itu.

Asher menoleh, melihat wajah Alan yang sedang memperhatikan sebuah kulkas di depannya.

"Kau mau Yogurt? Kenapa tak mengambilnya?" Tanya Asher bingung sebab sejak tadi Alan melihat ke arah minuman itu di dalam kulkas

Alan membuka kulkas dan mengambil Yogurt.

"Aku akan mentraktir mu" Ucap Asher lalu berjalan meninggalkan Alan ke arah kasir

Alan menutup kembali kulkasnya. "Ada apa dengan orang itu?" Batinnya

Ia berbalik lalu mengambil sebuah Snack di rak, sesekali matanya menatap ke arah tempat yang orang itu berdiri namun tidak ada.

Alan menepis pikiran negatif nya, ia pikir orang yang tadi ia lihat di kaca kulkas itu hanya halusinasi nya saja.

Alan mendekati meja kasir yang masih terdapat Asher disana. Ia menyimpan Yogurt serta snacknya di meja.

Setelah Asher membayar semua itu, mereka keluar dari mini market.

Saat di parkiran, Asher melirik sedikit ke arah kanan.

"Mencurigakan" Batin Asher

Asher melihat ke arah Alan yang wajahnya sangat kentara sedang bersiaga. Asher merangkul Alan dan membisikkan sesuatu.

"Wajahmu sangat kentara, sembunyikan"

Alan menormalkan wajahnya menjadi datar. Ia tersenyum tipis hingga tidak terlihat.

"Dia juga merasakannya ternyata" Batin Alan

Mereka berjalan pulang ke rumah Asher. Di pertigaan Asher tiba-tiba berhenti dan membuat Alan bingung.

"Sampai jumpa" Ucap Asher lalu berbalik ke arah yang berbeda dengan Alan

Alan mengernyit heran, bukankah mereka mau pergi ke rumah Asher? Setelah Asher tidak terlihat lagi di balik dinding, Alan baru mengerti.

Alan tersenyum miring. "Permainan" gumamnya tak terdengar

Alan berjalan ke arah yang berbeda dengan Asher dan menuju gang sempit untuk menjalankan aksinya.

Alan melihat sebuah dinding yang besar di depannya. Jalan buntu.

Ia menyeringai lalu membalikkan tubuhnya sambil meminum Yogurt yang tadi ia beli.

Namun orang itu belum juga datang hingga Alan membuang cangkang Yogurt nya ke dalam tempat sampah.

"Apa ini?" Gumamnya heran

Di samping itu, Asher tengah mengumpat di balik dinding dekat dengan gang buntu yang Alan tempati.

Ia mengernyit bingung karena tak melihat bayangan sekalipun yang muncul.

Asher menyenderkan tubuhnya pada dinding sambil memijat pangkal hidungnya. Sedang berpikir, apa yang terjadi?

Asher melebarkan matanya saat menyadari sesuatu. Ia mengedarkan pandangannya pada penjuru lingkungan disana.

Matanya menganalisir ke arah atas tepat pada atap rumah yang rata dan biasa dipakai untuk menjemur pakaian.

Ia melihatnya, seseorang dengan Hoodie hitam itu tengah berbalik dan pergi dari sana.

Asher berlari ke arah rumah yang dikiranya tempat orang berhoodie itu memperhatikan aksi mereka.

Alan melihat Asher yang berlari di depannya. Ia mengernyit dan memilih untuk ikut berlari mengikuti arah Asher pergi.

Mereka berdua menaiki tangga besi dengan cepat hingga sampai di atap rumah.

Asher melihat sekitar atap itu namun tak ada siapapun. Ia berlari ke arah pinggir atap dan menganalisir lingkungan sekitar.

Ia mengepalkan tangannya geram.

"Padahal sedikit lagi" Gumamnya pelan

Alan masih bingung dengan apa yang dilakukan Asher hingga membuat temannya ini sedikit mengeluarkan amarah.

Sedangkan, orang berhoodie itu bersembunyi dibalik dinding sambil melihat ke arah Asher dan Alan dengan tajam.

"Sayangnya, aku lebih pintar dari kalian" Ucapnya sambil mengeluarkan smirknya






---

Thank you!


Page [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang