37. Malam Itu

1.3K 253 32
                                    

Malam semakin larut, tetapi suasana di depan tenda para gadis justru semakin hangat. Kendati suhu udara merosot kian dingin, ada api unggun jadi solusinya. Ketujuh dari mereka kini duduk melingkar sambil membuat S'more; lapis crackers dengan isi marshmallow panggang dan cokelat. 

"Attention, please!" Juna yang baru saja menelan kunyahan sosis bakarnya berusaha menarik perhatian semua orang yang juga sedang asik nyemil berbagai makanan ringan. Saat semua pasang mata sudah mengarah padanya, Juna melanjutkan, "ToD-an?"

"Gas aja!" sahut Estu.

"Boleh, tuh!" Julian menimpali.

"Tapi gak ada botolnya, Mas." Nirmala lantas celingak-celinguk mencari benda yang bisa dipakai menggantikan fungsi botol. "Terus gimana, dong?"

"Tenang," kata Juna. Tangannya bergerak merogoh saku jaket. Tak lama, ia mengacungkan seikat kartu seukuran kartu Remi. Pemuda itu nyengir misterius. "Gue udah bikin pertanyaan buat truth sama tantangan buat dare-nya. Cara nunjuk pemainnya pake hompimpa aja, terus nanti biar si pemain pertama yang nunjuk buat nentuin pemain-pemain berikutnya."

"Tapi lo gak bikin dare aneh, 'kan?" Estu bertanya dengan tampang sangsi. Juna ini anaknya diam-diam menghanyutkan, alias iseng sekali. Julian saja kalau sudah dijahili bisa mohon-mohon agar Juna berhenti.

Pemuda yang ditanya malah membalas dengan ekspresi mencurigakan, bikin yang melihat langsung dihantam firasat buruk. Mendapati wajah kawan-kawannya dikuasai keraguan, Juna terkekeh pelan dan kemudian memberi mereka sedikit kalimat penenang, "Santai, paling cuma nyuruh lo makan charcoal doang."

"Asu," cibir Julian sambil mendengkus.

"Langsung aja, deh," usul Karin yang sebenarnya sudah ngantuk. Namun, ia tahan-tahan. Ia tak mau masuk tenda dulu sebab Yusuf masih di sini. Masih dapat dengan leluasa ia pandangi.

Mereka kompak mengulurkan tangan, bersiap menentukan pemain pertama. Hompimpa pun dilakukan, lantas memunculkan Karin dan Yusuf sebagai dua yang harus suit demi memutuskan. Julian dan Estu sempat iseng dengan mengatakan bahwa dua orang itu sepertinya memang berjodoh, membuat Karin melotot garang ke arah mereka. Karin tidak tahu saja kalau Windi dan Nirmala cekikikan melihat pipi Karin yang merona. Yusuf sendiri pura-pura menulikan telinga, ekspresinya kalem seolah tak terjadi apa-apa. Padahal sejatinya, di balik rongga dada, ia sedang kesusahan mengontrol detak anomali jantungnya.

Setelah terlibat tiga kali suit, Karin pun berhasil dikalahkan. Maka gadis itulah yang jadi pemain pertama. Ia tatap kumpulan kartu yang ada di genggaman Juna. "I choose truth!"

"Lemah," cibir Julian.

Karin mendelik. "Shut up!"

Juna mengoper kartu yang Karin pilih kepada Estu, meminta pemuda itu untuk membacanya. Saat satu baris aksara terkunci mata, seringai licik seketika terbit di bibir penuh Estu.
"Karin," katanya. "Please tell us the worst mistake that you ever made!"

"Lo semua mau tau berapa biji? Gue punya banyak worst mistakes soalnya."

Windi dan Julian tertawa. Sementara Nirmala langsung bersuara, "Berarti dari kumpulan worst mistakes itu, pilih yang paling-paling-paling buruk, Teh."

"Em ...." Karin mengingat-ingat. Lalu, secara naluriah ia melirik sekilas pada Yusuf yang duduk tepat di depannya. Sepersekian detik tatapan mereka bertemu, dan Karin jadi pihak pertama yang menyudahi adu pandang itu dengan membawa jatuh tatapannya pada api unggun. "Ini, sih, kayaknya. Loving person who I can't have."

Sontak saja Julian ngakak puas, tahu sekali person yang dimaksud Karin. Windi nyengir penuh arti, sedangkan Yusuf lagi-lagi berlagak tak mengerti.

[✓] Y O U T H | Aesdream |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang