21. Be Mine?

1.7K 274 36
                                    

Estu memang menginginkan tinggal di kostan Tembok Merah Jambu bersama kawan-kawannya, tetapi bukan dengan cara seperti ini ia hengkang dari rumah. Bukan ditendang begitu saja. Diusir semena-mena. Bunda telah mempertegas fakta bahwa Estu benarlah sekadar bencana dalam keluarga. Ketika Bunda Sari yang melahirkan bahkan sampai enggan melihat eksistensinya, lantas alasan apalagi yang harus pemuda itu pegang untuk bertahan? Apakah hidup Estu yang semula sudah berantakan mulai sekarang bakal makin tak karuan?

Di atas ranjang barunya yang hanya muat ditiduri oleh satu orang, Estu berbaring terlentang seraya memaku pandang pada langit-langit ruangan. Di luar matahari sudah naik ke tengah langit, tetapi ia belum tergugah untuk beranjak ke mana-mana. Pemuda itu masih setia menempelkan punggung pada kasur yang empuk. Padahal pintu kamarnya sudah beberapa kali diketuk, mulai oleh Juna, Gista, sampai Nirmala. Namun, ia terlalu malas menunjukkan mata sembap pada mereka. Efek menangis semalaman membuat wajah Estu sedikit bengkak.

Ya, semalam dia cengeng sekali.

Merasakan perih di perut karena butuh asupan, Estu bergerak malas mendudukkan diri, berniat mencari makanan. Ia terdiam sejenak untuk mengumpulkan kesadaran. Dahinya mengernyit dalam ketika sensasi pening mendera area kepala. Begitu dirasa lebih rileks, ia lantas menggapai ponsel di sebelah bantal, mengecek notifikasi yang bejibun pada layar.

Beberapa panggilan tak terjawab dari Ayah dan Malik, pesan dari Juna yang menyuruhnya keluar kamar untuk sarapan, pesan dari Nirmala yang mengatakan bahwa gadis itu bersedia mendengarkan kalau-kalau Estu mau curhat. Estu senyum tipis membacanya. Dan terakhir pesan dari Gista. Berderet-deret kalimat penenang. Menenangkan pemuda itu supaya jangan terlalu memikirkan kejadian semalam. Ia tersenyum getir mengingat bagaimana tadi malam Gista menyaksikan kehancurannya. Memeluknya yang terluka. Untuk Gista yang sudi berdiri di sana demi menopang dunia Estu yang tak baik-baik saja, terima kasih sekali.

Di antara banyaknya notifikasi yang ada, Estu sangat menyesalkan nihilnya pemberitahuan dari Julian. Padahal semalam anak itu sudah Estu teror dengan berpuluh-puluh panggilan. Demi Tuhan, Estu cemas bukan main mengenai keadaan Julian sekarang.

Baru akan mengetikkan balasan untuk Juna, Estu malah dikagetkan dengan panggilan masuk dari Julian. Segera saja dia angkat dan tanpa ragu memberondong sang sahabat dengan makian. "Brengsek! Kenapa baru nelepon, sialan?! Lo semalam mati apa gimana, sih? Apa jari lo ilang semua jadinya gak bisa angkat telepon dari gue?" Estu mengurut kening sambil mengerang jengkel karena Julian malah pamer kekehan. "Diem lo, monyet! Ketawa lo jelek! Diem gak?"

"Buset, nyet! Chill, bro, chill! Galak amat, dah!" Dengan santainya Julian malah bercanda. Pemuda itu luput menyadari bahwa Estu sedang kesal setengah mati. Jika mereka bertatap muka pasti Julian sudah Estu pukul.

Estu menarik napas dalam-dalam, berusaha menekan rasa dongkol. Julian ini kadang memang sebegitu menyebalkan. "Pusing banget, anjir!"

"Gue yang bermasalah kenapa elo yang pusing?" Julian terkekeh hambar. Ia tak akan pernah tahu bahwa ucapannya barusan itu bak peluru yang melesak tepat ke jantung Estu. Karena untuk kesekian kalinya Estu tidak mampu melakukan apa-apa untuk membantu Julian menyelesaikan masalah keluarganya.

"Lo di mana?" Suara Estu melunak, sebab sekeras apa pun Julian berlagak seolah semua baik-baik saja, Estu tetap tahu bahwa pada kenyataannya dunia Julian sekarang sedang porak poranda.

Lirih, Julian membalas, "Rumah sakit."

"Ngapain di sana?" Dari sini, firasat Estu mulai tidak enak. "Apa semalam lo berantem lagi sama bokap lo, Lian?"

Julian terkekeh, dan demi Tuhan Estu membenci suara tawa tersebut. Ketika seseorang mencoba menutupi kesedihan yang mendalam dengan gelak, Estu bersumpah mendengarnya adalah sebuah kesialan. Dia ingin Julian berhenti berpura-pura, karena semakin keras bersandiwara, denyut ngilu dalam dada akan kian terasa.

[✓] Y O U T H | Aesdream |Where stories live. Discover now