35. Please Don't

1.2K 237 12
                                    

Nirmala tidak suka jika Juna tidak bisa dijangkau pandangannya. Nyaris satu minggu ia kelabakan mencari pemuda itu. Menanyai ketiga kawan Juna sampai memohon-mohon, tetapi jawaban yang didapat justru sebuah guyon. Julian bilang Juna sedang liburan ke Wakanda, lalu Estu sama kompak berbohong dengan mengatakan Juna tengah menemani Biksu Tong dalam misi rahasia, menjelajahi negeri demi mencari kitab suci. Satu-satunya harapan Nirmala, yaitu Yusuf, malah tumben-tumbenan ikut memberi balasan nyeleneh juga.

Yang membuat Nirmala makin kesal adalah Juna tidak membalas pesan ataupun mengangkat panggilannya. Sesuatu yang tak pernah Juna lakukan sebelumnya. Awas saja akan gadis itu marahi jika bertemu nanti. Ia pernah diam-diam menguntit Julian dan Estu, siapa tahu mereka mau menemui Juna, tetapi Nirmala selalu ketahuan dan berakhir diantarkan pulang ke kostan.

Nirmala baru bisa sedikit bernapas lega ketika menelepon Bunda Yuna dan beliau memberitahu Juna baik-baik saja. Wanita yang sudah Nirmala anggap seperti bunda sendiri itu menjelaskan bahwa putranya sedang mengikuti kegiatan sosial sebagai perwalikan dari sekolah.

Dan siang ini Nirmala sudah berada di kediaman keluarga Wirawan. Duduk manis di sofa ruang televisi sambil ngemil satu toples keripik ubi. Layar kaca di depan sana menyuguhkan drama Korea. Anak dari pemilik rumah ini tidak tahu bahwa Nirmala berkunjung. Bunda Yuna yang baru saja pamitan mau ke supermarket mengatakan Juna masih tidur di kamarnya yang berada di lantai dua. Alih-alih merecoki pemuda itu supaya bangun, Nirmala memilih menunggu di bawah saja. Dia harus mengumpulkan banyak tenaga untuk mengomeli Juna. Kalau perlu bakal Nirmala jewer juga kedua kupingnya.

Konsentrasi Nirmala seketika buyar ketika mendengar suara derap langkah. Ia menoleh ke tangga, dan melihat Juna berdiri di undakan ketiga dari bawah dengan raut wajah kaget. Nirmala menatap sinis, lalu mendengkus sebal kala Juna malah terkekeh. Pemuda itu mendekat sembari mengusak-usakan handuk kecil ke rambutnya yang basah. Sementara Nirmala sudah memalingkan wajah lagi ke depan, berusaha mengabaikan Juna meskipun sejatinya ingin sekali memeluknya.

Juna mengusap puncak kepala Nirmala sekejapan sebelum mengambil posisi duduk di karpet, persis di antara celah kaki Nirmala. Juna mendongak hingga belakang kepalanya menyandar di lutut Nirmala, lantas ia sodorkan handuk ke arah gadis yang masih menatapnya dengan sorot sebal itu.

"Keringin rambutku, dong."

Nirmala mencebik, diketuknya kening Juna sambil menggerutu, "Kamu ke mana aja, sih, Mas?! Aku, tuh, khawatir tau! Seminggu, lho, kamu ilang! Kenapa pesanku gak dibales?! Terus teleponku juga gak pernah diangkat?!"

Masih dalam posisi kepala yang mendongak itu, Juna mengulas senyum tipis menyaksikan bagaimana menggemaskannya Nirmala ketika misuh-misuh. Ia tahu seberapa khawatir gadis ini, tetapi membuat Nirmala tidak tahu adalah pilihan terbaik. Juna tak mau membebani Nirmala dengan kecemasan hebat. 

"Bukannya Bunda Yuna udah ngasih tau kamu aku ke mana seminggu ini?"

"Ya tapi kenapa pesanku gak dibales?"

"Males."

"Kurang ajar!" Nirmala merebut handuk di tangan Juna, kemudian ia lilitkan ke leher pemuda itu dan berlagak mencekiknya. "Ngeselin banget kamu! Tau gak aku frustrasi banget nyariin! Mas Juna annoying!"

Yang sedang dianiaya malah tergelak puas sembari berusaha melepaskan handuk di lehernya. Begitu Nirmala menyudahi aksi anarkisnya, Juna pun menegakkan pundak, lalu membalikkan badan. Kini ia dan Nirmala saling berhadapan. Karena posisi gadis itu duduk di sofa, Juna harus sedikit mendongak untuk menatapnya. "Baru juga seminggu, La."

[✓] Y O U T H | Aesdream |Where stories live. Discover now