Bungkusan Pembuka Kisah

Start from the beginning
                                    

"Gak apa-apa kak, suer deh heheh." Ujarnya tersenyum, sejenak aku memperhatikan petugas parkir didepanku ini, tubuhnya kecoklatan terbakar matahari, tampangnya cukup keras seperti tampang preman, ada anting bulat di kedua cuping telinganya, dan aroma badan pria petugas parkir ini menyeruak ke hidungku, aku menyukai aroma ini.

"Beneran nih mas? Ya udah aku hutang dulu ya, nanti kalau kesini lagi bayarnya dobel hihihi." Ujarku tersenyum padanya.

"Gak usah dipikirin kak, santai saja." Sahutnya kalem.

Akhirnya aku naik ke motorku, dan segera kembali ke kantor, sampai kantor aku melaporkan langsung ke pak Budi bahwa semua cek telah di cairkan ke dalam rekening, dan pak budi langsung memeriksa. 

"Oke mbak Maya, terima kasih ya." Ujar pak budi, aku hanya menganggukkan kepalaku.

Pak budi sebagai atasan sangat ramah, sifatnya kebapakan, dia juga sangat religius, aku melihat foto keluarga di mejanya, foto seorang wanita dengan dua orang anak, aku berasumsi foto-foto itu adalah foto istri dan anak-anak pak Budi, beliau sendiri tak pernah bercerita tentang kehidupan pribadinya, pak Budi menjaga hubungan kami tetap profesional dan berbicara hanya mengenai pekerjaan saat di kantor.

***

"Yank, nanti kamu pulang pesan grab aja ya, aku ada rapat mendadak di kantor." Demikian isi chat dari suamiku sore itu.

"Lho Kita kan ada janji ke dokter mas, trus gimana mas?" balasanku, malam ini sebenarnya aku dan suamiku telah berencana untuk menemui dokter kandungan, karena kita berdua sudah memutuskan untuk melakukan program kehamilan.

"Ya sayank, maafin aku ya, nanti aku telpon dokter untuk menunda dan membuat janji baru, maaf banget, soalnya rapatnya mendadak banget." Chat dari suamiku lagi

"Ya sudahlah mau bagaimana lagi, tapi plis dong mas, lain kali jangan ditunda lagi, soalnya aku bener-bener udah kepingin punya anak, kalau kamu sibuk terus kaya gini, trus gimana, pokoknya lain kali aku gak mau denger penundaan ya." Aku membalas chat suamiku dengan nada kesal.

"Ya sayang, maafin mas ya, lain kali mas janji gak akan menunda lagi, maaf ya sayang." Suamiku membalas dengan memberikan stiker permintaan maaf.

Suasana kantor perlahan mulai lenggang, satu persatu karywan telah meninggalkan ruangannya, "May, gue pulang dulu ya." Ujar Milla teman satu ruanganku yang sekaligus juga sahabatku

"Ya Mil, lo dijemput hubby Mil?" tanyaku

"Ya May, lu dijemput hubby juga kan." Vita balas bertanya.

Aku menjelaskan kalau suamiku tidak menjemput, karena sedang ada rapat di kantor, mendengar itu Milla menawarkan tumpangan padaku, namun aku menolak, aku tau rumahku dan Rumah Milla berbeda arah, malah merepotkan Milla dan suaminya nanti.

"Aku naik grab aja Mil, gak apa-apa." Ujarku.

"Ya udah gue pulang dulu ya, hati-hati ya may." Pamit Milla.

"Ya Mil, lu juga ya." Ujarku, kami saling melambaikan tangan.

Setelah Vita menghilang, aku menyender ke kursiku, aku teringat sesuatu, lalu aku mencari buku kecil catatan haidku di tas, dan aku menghitung-hitung dengan jariku.

"Ya benar, harusnya ini masa-masa suburku, malam ini aku dan suamiku harus bercinta, kami harus terus mencoba, walau janji ketemu dokter harus ditunda, namun aku harus di inseminasi malam ini oleh sperma suamiku, ini adalah saat yang tepat, dan mudah-mudahan berhasil membuatku hamil." Batinku.

Aku mengambil bungkusan plastik dari meja kerjaku, dan membuka isinya, sebuah lingerie berwarna merah menyala, lingerie ini baru kubeli tadi siang di mal dekat kantor, aku tersenyum-senyum sendiri, aku berencana memakainya malam ini,aku akan bercinta dengan suamiku malam ini saat masa suburku, aku merasa horni sendiri membayangkan.

Aku lalu membuka aplikasi ojek online, dan membuat pesanan untuk taksi online, tak lama seorang pengemudi online telah mengambil pesananku, chat masuk dari pengemudi online tersebut, yang mengabarkan dia segera menuju tempat penjemputan, aku melihat posisi pengemudi itu sudah dekat dengan kantorku, aku kemudian merapihkan wajahku dan kemudian turun ke lobi kantor.

***

Hampir 10 menit aku menunggu, tampak sebuah mobil menghampiriku, setelah dekat, kaca samping pengemudi terbuka, "mbak maya ya." Sapa pengemudi tersebut, aku hanya mengangguk kemudian masuk dan duduk di belakang supir, aku tak terlalu memperhatikan tampang driver online yang menjemputku.

"Selamat malam mbak, sepertinya jalan DI.Panjaitan agak macet mbak, bagaimana kalau kita lewat jalan alternatif." Tanya driver online itu padaku, aku melihat ke arah kaca tengah mobil ini, aku sedikit terkejut melihat tampang pengemudi online tersebut, dan sepertinya dia juga terkejut melihatku.

"Mas yang tadi ya? yang jaga parkir di bank." Tanyaku memastikan.

"Lho ini kakak yang tadi ya, yang di bank? Hehe kebetulan ya kak, jangan-jangan kita jodoh hihihi, maaf becanda kak." Jawabnya.

Aku hanya tersenyum-senyum menanggapi, namun entah kenapa aku malah menaggapinya juga dengan becanda, "Ya kali mas jodoh, tapi aku sudah ada yang punya hihihi."

Driver sekaligus tukang parkir yang bernama Anto tergelak mendengar ucapanku.

"Wah kalau sudah ada yang punya, trus kenapa hihihi." Ucapnya mulai sedikit berani, aku hanya diam tak menaggapi, sepertinya Anto sedikit merasa gak enak.

"Maaf ya kak, aku hanya bercanda, jangan ditanggapi serius." Ujarnya.

"Kok bisa mas, siang jadi petugas parkir, malam jadi pengemudi online, ini mobil sendiri mas?" Tanyaku penasaran.

"Ini mobil sewa kak, ya maklum lah kak demi keluarga di kampung jadi musti rajin cari uang." Jawabnya sambil melihat diriku melalui kaca tengah.

"Hebat ya mas, rajin cari uang, " ujarku, entah kenapa aku tertarik untuk terus berbincang dengan pria ini.

"Anak saya 4 kak, makanya musti rajin cari uang heheh." Ujarnya.

"Wow empat, banyak juga ya." Balasku.

"Ya kak, kalau kakak sepertinya masih muda, apa sudah memiliki anak kak?" Tanyanya.

Aku terdiam mendapat pertanyaan klasik seperti itu, pertanyaan yang sama saat aku berkumpul dengan keluarga besarku.

"Maaf ya kak, kalau gak berkenan gak usah dijawab." Ujar Anto dengan nada bersalah.

"Saya belum punya anak mas, oh ya anak-anaknya di Jakarta semua mas?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Gak kak, anak-anak saya di kampung bersama ibunya." Jawabnya singkat.

Hening kemudian dalam mobil, aku juga tak tahu harus ngomong apa lagi, kemudian aku mendengar musik mengalun lembut, lagu bruno mars yang sedang hits mengalun sayup di kabin mobil, aku merasa nyaman mendengarnya, aku merebahkan diri, jarak rumahku masih lumayan masih sekitar 10 menit lagi, lambat laun tanpa sadar mataku terpejam.

"Kak, maaf sudah sampai." Suara driver Anto mengejutkan aku yang terlelap, aku kemudian merapihkan diriku, ternyata mobil Anto sudah berada di gerbang komplek perumahanku.

Rumahku adalah komplek kecil yang berbentuk cluster satu pintu, gerbangnya dikendalikan remot, setiap penghuni memiliki remot masing-masing 2. Aku kemudian mencari remot gerbang, dan membuka pintu gerbang komplek rumahku.

"Mas nanti rumah nomor 15 ya." Ucapku. Mobil kemudian melaju perlahan melewati gerbang, tak lama mobil taksi online tersebut telah sampai didepan rumahku, aku segera turun dari mobil, mataku sedikit mengantuk, tak lupa aku mengucapkan terima kasih pada driver yang mengantarku pulang, tak lama taksi online itu beranjak pergi.

-----------------------------------------------------------

Bersambung

Diary Seorang IstriWhere stories live. Discover now