"Ken tidak memberitaumu sayang?" Marsya melirik anaknya yang berdiri canggung.

Ken menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya tersenyum tipis, "Aku ingin memberinya suprise Ma."

"Tapi Agnia pasti setuju, iya kan sayang?" Tatapan tajam Ken mengarah ke Agnia, tapi bukannya takut Agnia malah tersenyum sinis.

"Baiklah kita mulai saja acaranya." Rama mencegah kekacauan yang akan muncul jika dibiarlakan lebih lama lagi.

"Tunggu, aku punya syarat."

"Apalagi Agnia?" Rama menggeram kesal.

"Aku mau acara ini dirahasiakan, jangan ada media yang tau tentang ini atau aku tidak akan bertunangan." Agnia tersenyum angkuh.

"Kenapa begitu?"

"Aku terikat kontrak dengan keluarga Lord Evgene, bangsawan Rusia. Perusahaanku menjadi jaminan jika aku melanggarnya. Ayah tau kan bagaimana susahnya aku membangun semua perusahaanku?" Sindir Agnia.

Ya hanya itu alasan yang tepat untuk saat ini.

"Tapi-"

"Tidak apa Rama, kita tau Agnia sudah berbeda sekarang, yang penting dia akan menjadi menantu kami nantinya." Theo memaklumi, Agnia sangat tau Theo berbeda dengan Ayahnya. Pria itu sangat penyayang dan lembut pada anaknya, Agnia juga diperlakukan begitu selama ini.

"Baiklah, mulai acaranya." Rama sudah jengah dengan putrinya.

Acara pertunangan dimulai seperti pertunangan di Indonesia pada umumnya. Agnia juga memutuskan untuk tidak mengganti gaunnya dengan kebaya. Bukan tidak menghargai budaya indonesia tapi acara ini tidak penting baginya.

Setelah penyematan cincin oleh keduanya, Agnia akhirnya bisa terbebas dari Ken. Kini dia menghampiri Cia yang sibuk makan chesee cake kesukaannya.

"Cia, kau semakin gendut kalau makan terus seperti itu?"

"Huh si Queen tercantik sejagat raya ini masih saja tidak suka melihatku makan banyak."

"Jangan panggilku begitu anak bungsu manja."

"Menyesal aku merindukanmu kak." Felicia mencibik.

Mata Agnia membulat. "Kau merindukan ku?"

"Iya, kau pikir siapa lagi yang akan membelaku didepan Ayah, membantu ku kabur saat aku ke club tengah malam? Ponselmu mati atau hilang? Aku tidak bisa menghubungimu?"

"Ya maafkan aku pergi mendadak tanpa memberitau mu. Lupakanlah yang sudah. Jadi bagaimana koasmu?"

"Ya seperti biasa membosankan."

"Cepatlah selesaikan, aku berjanji membuatkau perusahaan industri film saat kau menjadi dokter nanti."

"Benarkah? Aku jadi tidak sabar." Cia melompat kegirangan.

"Hei jaga sikapmu, calon dokter kok seperti anak kecil."

Felicia nyengir menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Awalnya aku berniat membawamu tinggal bersamaku di Rusia. Tapi aku memikirkan Ayah tidak ada yang menemaninya disini."

"Kau masih memikirkan pria tua yang otoriter itu? Setelah apa yang dilakukannya padamu kak? Kau malaikat atau ibu peri?"

"Bagaimanapun dia Ayah kita Cia. Aku menyayanginya lebih dari apapun."

"Aku tau kau menyukai pria kaya raya yang mengaku jadi kekasihmu itu kan? Wajahnya terlalu tampan kak, kalau aku jadi kau, aku akan kabur dari acara bodoh ini lalu memintanya menikahiku."

Emerald Eyesजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें