12 - I Love you Grizelle

Bắt đầu từ đầu
                                    

______________________________

Semenjak hanya tinggal Kayana yang di kastil, Agnia lebih memilih makan didalam kamarnya. Namun malam ini dia akan dinner di ruang makan karena ada Ares. Pria yang tadi sore diusirnya itu memang membuat Agnia pusing, tampan tapi menyebalkan, terkadang hangat seketika berubah dingin.

Agnia mendekati meja makan, ada Kayana, Stevy dan Ares yang memperhatikannya.
"Kenapa kalian melihatku seperti itu? Ada yang salah padaku?"

Ares mengernyitkan dahinya, "bukannya tadi wajahmu penuh luka?"

Shit ! Agnia lupa karena tadi terlalu emosi menghadapi Ares.

"Begitukah? Tapi kenyataannya wajahku masih tetap cantik seperti biasanya." Agnia menyembunyikan rasa gugupnya duduk di sebelah Ares.

"Tidak sopan mendekati calon tunangan orang lain." Stevy mnatap Agnia nyalang.

"Masih calon bukan? Bahkan hari ini dia baik padamu besok langsung memusuhimu tanpa sebab pun bisa terjadi. Kita tidak tau masa depan. Iya kan sayang?" Agnia melirik Ares yang tersedak makanannya.

"Lihatlah betapa murahannya wanita ini Res, pulangkan saja dia, Mommy sudah muak melihatnya seminggu ini."

"Mommy tidak boleh bicara begitu dengan calon menantu." Agnia tersenyum ke arah Kanaya.

Ares berdehem. "Meja makan bukan tempat untuk bicara."

"Baiklah sayang aku akan makan yang banyak." Agnia memeluk lengan Ares dan langsung ditepis pria itu.

"Cukup Agnie, kau jangan menggoda calon tunanganku lagi."

"Siapa yang mengizinkanmu memanggilku Agnie? Panggilan itu spesial untuk Dady, Dady Valero." Agnia melirik Kayana yang melotot ke arahnya. Agnia hanya terkekeh melanjutkan makannya.

Setelah semuanya selesai makan, Ares menaiki tangga menuju kamarnya, Agnia mengekori di belakangnya. Ares yang mendadak berbalik, membuat Agnia menabrak tubuhnya, dahinya terbentur dagu Ares.

"Aww, sakit Res, kenapa mendadak berhenti sih?" Agnia memegangi dahinya dengan meringis.

Ares memperhatikan dahi Agnia, menepis tangan Agnia di dahinya dan menggantikannya dengan tangannya, menyentuhnya lembut.

Ares masih kebingungan luka Agnia yang besar dan dalam bahkan dijahit di depan matanya, tapi malah hilang tanpa bekas, luka lecet nya pun kandas tak berjejak, perban di lengan Agnia pun tak terlihat lagi.

"Terpesona heh?"

"Obat apa yang kau pakai untuk menyembuhkan semua lukamu?"

"Mau tau?"

Ares mengangguk.

"Ikut aku."

Ares menurut dan mengikuti Agnia masuk ke kekamar gadis itu. Setelah menutup pintu Agnia menyuruh Ares duduk di sofa kamarnya.

Agnia memberi kotak berukuran sedang. Lalu duduk di pangkuan Ares, pria itu tidak protes sedikitpun karena rasa penasarannya yang teramat besar.

"Buka sayang." Bisik Agnia.

Ares membukanya dan memperhatikan isi kotak itu, selembar foto Ares dan Agnia saat menghadapi media waktu tu. Selanjutnya ada baju, ternyata bukan baju saat diangkat oleh Ares, ternyata lingerie berwarna merah menyala dan kondom.
Tubuh Ares menegang, mengalihkan pandangannya menatap iris hijau yang sedari tadi menatapnya.

"Temani aku malam ini sayang." Katakanlah Agnia sudah gila, tapi dia tidak tau cara apa lagi untuk meluluhkan hati Bangsawan seperti es batu ini.

"Kau mempermainkanku Agnia!"

"Jangan membentakku begitu sayang." Agnia menggerak gerakkan tubuhnya merasakan sesuatu keras dibawahnya.

Ares langsung mengangkat tubuh Agnia menghempasnya di ranjang king size.
Agnia menantap Ares menggoda. Tapi Ares meninggalkannya beranjak keluar dari kamar itu. Saat membuka knop pintu terdengar kekehan Agnia.

"Percuma sayang, pintu itu tidak akan terbuka."

"Dasar jalang! Aku tidak akan memenuhi permintaanmu."

"Kita lihat seberapa kuat pertahananmu sayang."

Agnia mendekati Ares berjalan dengan sensual menurunkan sebelah tali spageti gaun nya.

"Apa maumu?"

"Aku mencintaimu Ares. Apa itu salah? Kau yakin tidak mencintaiku ?"

"Berhenti berdrama Agnia, aku tau seperti apa kau yang tidak secepat itu jatuh cinta."

"Manusia bisa berubah bukan?"

Bola mata Ares yang menggelap menyimpan gairah, yang diketahui Agnia. Pria mana yang akan menolaknya. Tidak ada yang sanggup.

"Cukup, berhenti disitu. Baiklah aku tidur denganmu." Ares mengalah.

"Sudah ku duga kau tidak bisa menolakku sayang."

Ares mendekati Agnia mengelus pipinya, membelai rambut panjangnya, meraba menelusuri lengannya.

"Kau merindukan sentuhanku hm?" Suara Ares rendah dan berat terdengar seksi.

"Iya sayang, berjanjilah jangan menjauhiku lagi."

Ares menundukkan kepalanya menempelkan dahinya dan dahi Agnia. "Kau sangat liar sayang. Apa yang membuatmu menginginkanku ?" Ares tersenyum miring.

"Aku mencintaimu hanya itu yang ku tau."

"Lalu kau merusak pintu Kastilku karena itu sayang?"

Agnia terbuai dengan Ares yang berbicara dengan bibir yang nyaris menempel dengan bibirnya. Berkali kali Agnia menggapai tapi Ares mempermainkan gairahnya.

"Aku tidak merusaknya sayang, aku hanya memasang salah satu penemuanku disana, agar kau tidak seenaknya lagi masuk kamar ini."

"Bagaimana kalau suatu saat aku merindukanmu kalau tidak bisa masuk sayang?"

"Ucapkan saja sandinya, "I Love you Grizelle"

Klik, pintu terbuka. Ares tanpa bicara meninggalkan Agnia begitu saja.

"Selamat tidur nona Grizelle." Ares tersenyum penuh kemenangan.

"Sial. Dia mempermainkanku lagi."

Tbc,,

Emerald EyesNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ