Ghea 26 || Ide cemerlang

3.2K 300 1
                                    

"Tok ... tok .... tok ...."

"Ghea," panggil seseorang dari luar. Ghea yang sedang tertidur pulaspun tidak membuka matanya. Ia bahkan tak mendengar ketukan pintu tersebut.

"Ghea," panggilnya lagi. Orang itu yang merasa tak ada jawaban dari Ghea, langsung membuka pintu kamar milik Ghea. Setelah masuk, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tidur tanpa mengganti baju seragam. Orang itu menggeletakkan totebag yang ia bawa ke meja belajar sang adik.

Ia berjalan ke arah ranjang sang adik. Mengamati sang adik yang tertidur nyenyak. Sebenarnya ia tak tega untuk membangunkan Ghea. Ghea terlihat sangat kelelahan. Entah apa yang terjadi tadi sore hingga membuat adiknya ini kelelahan.

"Hei," ucapnya pelan sambil menggoyangkan lengan sang adik pelan. Ia terkekeh sebentar. Dasar kebo!.

"Ghea," panggilnya sambil mengelus rambut Ghea sayang.

"Mama. Mama Ghea kangen!" ucapnya tak jelas.

"Hei, gue Bima. Bukan Momy," ucapnya sambil mengelus-elus kepala Ghea. Ghea menggelengkan kepalanya. Ia berusaha memeluk Bima.

"Mama hiks ... jangan tinggalin Ghea sendiri. Ghea takut."

"Momy di bawah Ghea. Dia ga kemana-mana," ucap Bima. Ghea kembali menggelengkan kepalanya di perut Bima.

"Ayo bangun dulu," ucapnya sambil mencubit pelan lengan Ghea. Ghea malah mempererat pelukannya kepada Bima. Entah mengapa saat dipelukkan Bima ia bisa sedikit tenang.

"Bangun. Ayo makan dulu!" Ajaknya sambil menarik tangannya. Dengan keterpaksaan Ghea membuka matanya. Ia sedikit melototkan matanya.

'Aishh bodoh sekali kamu.'

'Udah tau itu Bima, tapi kenapa malah dipeluk?' tanyanya dalam hati dengan perasaan dongkol.

"Hei! Kok malah bengong," ucap Bima sambil melambaikan tangannya di depan wajah Ghea. Ghea menggelengkan kepalanya pelan.

"Engga, Ghe engga bengong kok." Bima menganggukkan kepalanya. Ia berjalan ke arah meja belajar sang adik. Ia mengambil totebag yang tadi ia taruh di sana.

"Mau ke mana bang?" Tanya Ghea heran.

"Nih buat Lo!" ucapnya sambil memberikan totebag yang entah isinya apa. Ghea menatap Bima bingung.

"Apa itu? Buat gue?" tanyanya. Bima menganggukkan kepalanya. Ia memberikan totebag itu pada Ghea.

"Isinya bukan bom kan? Bukan hewan-hewan aneh kan?" Tanya Ghea curiga. Bima yang mendengar itu langsung berdecak kesal. Ia langsung mengambil kembali totebag yang berada di hadapan Ghea.

"Heh! Kok diambil lagi?! Bawa sini! Kan gue belum liat isinya," ucap Ghea sambil meminta kembali totebagnya. Demi Squidward, dia sangat kepo.

"Ga! Lagian lonya juga gamau," ucap Bima. Ghea berjalan ke arah Bima. Ia meminta kembali totebag yang berada di tangan Bima.

"Ayolah Bang! Kan gue belum tau isinya apa? Pelit lo ah, gaseru!" Ucap Ghea.

"Nih!" Ucapnya sambil memberikan totebag pada Ghea. Ghea dengan senang hati menerima totebag tersebut, siapa kali ada barang yang ia butuhkan?.

Ghea yang sudah sangat excited eh tidak hanya kepo dia. Ia langsung membuka totebag tersebut. Setelah dibuka, ia bersorak senang. Akhirnya selama ini yang ia tunggu-tunggu akhirnya dapat juga.

"Wish! Makasih Abang! The best deh!" Ucap Ghea sambil memberikan kedua ibu jarinya. Bima yang melihat itu langsung berdecih pelan. Tadi saja tidak mau, negatif thinking, sekarang saja? Baru senangnya.

"Tapi nanti lo gantiin uang gue lo loh ya!" Ghea yang mendengar tersebut langsung menatap Bima tak percaya. Ayolah uangnya itu masi sedikit Miskah mana cukup untuk menggantikan uang Bima untuk membelikannya handphone.

"Ayolah Bang! Gue tu masu ga punya uang. Ya kali lo tega sama gue," ucap Ghea sambil memelas.

"Kan Lo udah kerja bang. Kan gue belum kerja, lagian juga gue masih jadi beban keluarga."

"Makannya kerja! Bukan malah santai-santai aja. Udah tau beban keluarga, bukannya sadar diri," ucap Bima bercanda. Tapi tidak dengan Ghea. Ia malah memikirkan ucapan Bima. Kenapa tidak bekerja paruh waktu saja? Itu ide yang bagus. Lagian juga pastinya ia akan bosan jika pulang sekolah hanya bermain hp.

"Nah! Boleh juga tuh bang! Itung-itung nanti gue dapet uang tambahan buat gue jajan? Iya gak?!" Tanya Ghea dengan mata berbinar. Ah dia ini memang pandai.

Kalau begitu pekerjaan paruh waktu apa yang cocok untuk dirinya? Kuli bangunan? Tidak itu sangat berat, lagian juga mana ada kuli bangunan kerja sore-sore sampai malam hari. Apa ya? Kasir? Tapi apakah ada yang mau, lagian ia juga masi SMA. Ia juga belum lulus. Lalu apa? Ah entahlah, mending besok saja ia tanya dengan Chilla.

"Ga usah aneh-aneh deh! Udah sana mending makan malem! Udah di tunggu sama Momy." Ghea menggelengkan kepalanya.

"Engga Bang. Gue ga laper, mending lo aja sana yang makan."

"Tenang aja gue beneran kok! Udah kenyang," ucap Ghea sambil mengusir Bima dari kamarnya.

"Beneran ga mau makan?" Ghea menggelengkan kepalanya.

"Yaudah gue turun, kalau mau makan, makan aja." Ghea menganggukkan kepalanya.

"Akhirnya siBambang keluar juga," ucapnya setelah Bima keluar dari kamarnya. Ia menatap box hp yang berada di depannya. Hah dia senang sekali, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Ia memeluk box hp itu dengan senang. Semoga saja ia bisa menghubungi Athena.








Yuhuuu, Ghea update nih

1 kalimat buat part ini

Jangan lupa spam komen sama voteee

See you next chapt

Ghea ✓ || Proses RevisiWhere stories live. Discover now