Ghea 1 || Lelah

11.7K 990 62
                                    

"Aku bukan Tuhan yang dapat melakukan apa pun dengan sempurna." Ghea.

"KENAPA NILAI ULANGANMU TURUN HAH!" Bentak pria paruh baya kepada seorang gadis remaja yang sedang duduk di sofa sambil menundukkan kepalanya.

"JAWAB! KAMU PUNYA MULUTKAN?" tanya pria paruh baya itu sambil membanting kertas ulangan sang gadis tersebut dengan kesal.

"Maaf Pa." Gadis itu hanya bisa mengatakan kata tersebut.

"Apa kamu bilang? Maaf? Dasar ga berguna kamu!" ucap pria paruh baya yang disapa "Papa" oleh gadis tersebut.

"Maaf Pa. Ghey janji ga bakal ngulangin lagi."

"Apa kamu bilang? Ga bakal ngulangin lagi? Ini udah kedua kalinya kamu gagal Ghea!" Ucap Papahnya dan meninggalkan Ghea yang duduk di sofa. Ghea menghela nafas pelan. Ia mengambil kertas ulangannya. Ia mengamati nilai kertas ulangannya.

"Ghey kurang apa Pa? Nilai Ghey cuma turun dikit." Gadis itu mengamati kertas ulangan yang bernilai 96.

"Non, non gapapa kan?" Tanya wanita paruh baya sambil membawa serbet di atas pundaknya. Ghea tersenyum, seolah olah tidak terjadi apa-apa.

"Ghey gapapa kok Bi," ucap Ghea sambil tersenyum.

"Non ga dipukul kan sama tuan?" Tanya Pembantu dirumah Ghea itu sambil menatap khawatir Ghea.

"Engga kok Bi, Ghey ga dipukul kok sama Papa."

"BI Ijah,tolong siapin makanan ya buat Ghey. Ghey laper." Lanjut Ghey sambil mengelus-elus perutnya yang rata. BI Ijah tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Ya non. Mau makan di kamar atau di meja makan?" Tanya Bi Ijah.

"Anter ke kamar aja ya Bi. Ghey mau makan di kamar aja bi," ucap Ghea. BI Ijah menganggukkan kepalanya.

"Baik Non."

"Ghey ke kamar dulu ya Bi," ucap Ghea dan berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Ghea merebahkan dirinya di kasur.

"Ghey kurang apa Pa? Ghey udah ngelakuin semua yang Papa mau tapi, kenapa Dimata Papa usaha Ghey selalu kurang?" Tanya Ghea pada dirinya sendiri sambil menatap langit langit. Tanpa Ghea sadari Ia mulai menangis.

"Ish ... Kenapa nangis sih, cengeng banget."

"Ma, Ghey boleh nyerah ga sih?" Tanyanya pada langit-langit kamarnya. Ia berdiri dan berjalan kearah meja belajarnya mengambil figura. Ghea menatap figura yang berisi foto seorang wanita yang tengah tersenyum bahagia.

"Mama bahagiakan di sana?" Tanya Ghea sambil mengelus figura tersebut dengan sayang.

"Ma, Ghea capek sama Papa. Boleh ga kalau Ghey nyerah Trus ikut Mama," ucapnya dengan sendu.

"Ish ... Ini kenapa lagi air mata segala jatuh," ucapnya sambil mengelap pipinya dengan kasar.

'Tok ... Tok ... Tok ....'

"Non,ini Bibi." Ghea yang mendengar itupun langsung menghapus air matanya.

"Iya bi. Masuk aja bi ga dikunci kok," ucap Ghea. Setelah mengatakan tersebut Bi Ijah segera masuk ke kamar Ghea.

"Ini non makanannya," ucap Bi Ijah.

"Iya bi taruh situ aja," ucapnya sambil menunjuk meja kecil yang yak jauh dari tempatnya.

"Non kok belum ganti?" Tanya Bi Ijah saat ia sadar bahwa anak majikannya itu belum berganti pakaian. Ghea menggelengkan kepalanya pelan.

"Tadi Ghey cape Bi. Tadi Ghey tiduran bentar, makanya belum sempat ganti baju." Bi Ijah mengangguk mengerti.

"Yasudah Bibi mau lanjut beres-beres dapur dulu ya Non," ucap Bi Ijah. BI Ijah sebenarnya tau kalau anak majikannya ini sedang tidak baik-baik saja. Ia lebih baik segera keluar agar gadis ini bisa menumpahkan apa yang ia rasakan.

"Iya Bi." Ghea menghela nafas setelah kepergian Bi Ijah. Ia menatap sendu foto Mamanya.

"Mama kenapa tega sih ninggalin Ghea sendiri disini?" Tanyanya pada bingkai foto yang berisikan foto sang Mama.

"Mama udah ninggalin Ghey sama Papa 3 tahun loh. Mama ga ada niatan mau balik gitu?" Tanyanya lagi.

"Mama tau ga, semenjak Mama pergi ninggalin Ghea sama Papa. Papa jadi berubah Ma. Papa ga kaya dulu lagi. Ghea kangen papa yang dulu Ma," ucapnya panjang.

"Kenapa sekarang Papa jadi suka marah-marah ya Mah, padahal dulu kan Papa ga suka marah-marah." Ghea tersenyum kecil. Permintaannya hanya 1 buat Mamanya kembali dan buatlah sikap Papanya itu kembali.

Papanya berubah bukan tanpa alasan,Ia berubah karena berusaha mengikhlaskan istri tercintanya yang pergi selamanya meninggalkan seorang buah hati. Mamanya memiliki riwayat penyakit kanker. Mamanya meninggal saat ia berada di kelas 8 SMP. Saat itu hati Ghea hancur mengetahui Mamanya yang sangat Ia sayangi meninggalkannya untuk selamanya. Tak lama setelah kejadian itu Papanya mulai lembur bekerja dan selalu memarahi Ghea saat nilai Ghea turun. Bahkan saat Ghea meminta waktu 15 menit untuk makan bersama saja, Papanya akan menolak dengan alsan Ia sibuk. Ghea memaklumi hal itu karena jika bukan Papanya yang bekerja, Ia akan makan dengan apa?.



#MensivWG

Ghea ✓ || Proses RevisiWhere stories live. Discover now