Ghea 8 || Rumah

6.3K 498 3
                                    

"Takdir Tuhan itu indah, tergantung bagaimana cara kita menanggapinya." Ghea.

"Yuk masuk," ajak Abangnya sambil menggandeng tangan Ghea. Ghea hanya menganggukkan kepalanya. 2 hari yang lalu ia memang pernah bertemu ibu kandung dari tubuhnya yang sekarang ia tempati. Untungnya saja dia ramah. Kalau saudara kembar dan Abang-abangnya yang lain ia tidak tahu.

"Momy," panggil Renal agak sedikit dikencangkan. Ghea menatap Renal sebentar. Renal yang sadar akan diperhatikan pun langsung menolehkan kepalanya.

"Kenapa?" Tanyanya. Ghea menggelengkan kepalanya. Ia hanya sedikit gugup saja. Pasalnya iji seperti dia memalsukan identitasnya sendiri.

"Gapapa bang," ucap Ghea pelan. Renal tahu bahwa adiknya ini gugup. Ia mngelus pelan tangan adiknya.

"Tenang aja, kan kemarin udah pernah ketemu Momy. Gausah gugup Ghe, dia Momy mu." Ghea yang mendengar itu hanya bisa tersenyum tipis. Bagaimana jika mereka semua tahu bahwa jika dirinya bukanlah Agheya, melainkan Ghea.

"Eh, anak Momy udah pulang? Sini Ghe," ucap perempuan paruh baya dengan senyum hangatnya. Ghea ikut tersenyum. Andai saja Mamanya masi hidup, pasti ia akan menjadi orang yang paling bahagia.

Perempuan paruh baya itu mendekat kearah Ghea dan memeluk Ghea erat.

"Momy khawatir banget sama kamu Ghe," ucap perempuan paruh baya itu dengan mata berkaca-kaca. Ghea menggelengkan kepalanya.

"Momy jangan nangis," ucapnya pelan. Ia berusaha untuk memanggil perempuan paruh baya dihadapannya ini dengan sebutan "Momy". Memang agak sulit, tapi lebih anehnya lagi kalau dia memanggil ibu kandung dari tubuh yang ia tempati saat ini dengan sebutan "Tante".

"Iya sayang," ucap wanita paruh baya itu sambil mengelus pelan kepala Ghea. Ghea tersenyum cerah. Setidaknya jika di sini dia dapat sedikit merasakan kasih sayang Orang tua.

"Jangan sakit lagi ya," ucap wanita itu sambil mengecup pelan dahi Ghea dengan sayang. Ghea tersenyum tipis.

"Ghea ga sakit Momy. Kata siapa coba Ghea sakit?" Tanya Ghea sambil menatap mata Momynya.

"Kalau Ghea ga sakit, terus kenapa Ghea bisa sampe masuk rumah sakit?" Tanya Momynya yang membuat Ghea mengrucutkan bibirnya. Mana ia tahu, dia hanya tau kalau tubuh ini tidak sengaja tertabrak mobil.

"Ghea gatau Momy," ucap Ghea lirih sambil menundukkan kepalanya. Ia sebenarnya ingin jujur bahwa dia bukanlah Aghea, si pemilik tubuh asli ini. Tapi, di lain sisi ia juga harus merencanakan ini semua dengan matang.

"Maafin Momy. Momy belum bisa jaga kamu," ucap Momynya sendu. Ia merasa bersalah terhadap anaknya. Ghea menggelengkan kepalanya.

"Engga, ini semua bukan salah Momy. Ini takdir, jangan salahin diri Momy." Wanita paruh baya itu tersenyum lebar, kini putri kecilnya yang dulu sangat suka sekali merengek, sekarang ia telah tumbuh dewasa. Sepertinya waktu berjalan terlalu cepat.

"Anak Momy sekarang udah gede ya," ucap Momy tersenyum senang.

"Momy, Abang cape. Kalian malah ngobrol sambil berdiri," ucap Renal yang jengah melihat keduanya yang sedang melepas rindu.

"Yaudah kalau kamu cape sana ke kamar. Gitu aja ribet," ucap Momynya sambil menatap kesal Renal.

"Yaudah, sana kamu ke kamar. Istirahat ya," ucap Momynya sambil mengelus-elus pundaknya. Ghea tersenyum, sambil menganggukkan kepalanya.

"Sana kamu anterin adekmu," perintah sang Momy.

"Dari tadi kek Mom," ucap Renal sambil memutarkan bola matanya malas. Momynya yang jengkel pun langsung mencubit lengan Renal. Renal mengaduh meminta ampun.

"Ampun Mom, tadi Renal cuma bercanda doang kok Mom. Benar deh," ucap Renal berusaha melepaskan cubitan sang Momy yang berada di lengannya itu.

"Lagian kamu jadi anak nakal banget," ucap Momynya, lalu melepaskan cubitan di lengan anak laki-lakinya. Renal mengelus-elus lengannya yang dicubit oleh Momynya. Momynya ini 11 12 dengan Kak Ros di Upin Ipin yang galak.

"Renal ga bakal Mom," bela Renal.

"Ga nakal kok kemarim di skors sampe 1 Minggu," sindir sang Momy yang membuat Renal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kemarin itu gurunya males ngajar Renal Mom. Makanya Renal di liburin seminggu," ucap Renal sambil menepuk dadanya bangga. Wanita paruh baya itu berdecih pelan.

"Banyak alesan kamu," ucap sang Momy.

"Udah lah Mom. Renal mau nganter adek ke atas dulu, lagian pasti dia capek. Secara diakan habis pulang dari rumah sakit," ucap Renal. Momynya menganggukkan kepalanya.

"Iya, sana kalian berdua istirahat. Kamu juga Ghe, istirahat dulu ga usah macem-macem dulu." Ghea yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Siap Mom," ucap Ghea sambil memberikan kedua ibu jarinya. Setelah itu mereka menuju ke lantai atas.

Ghea memperhatikan benda-benda disekelilingnya, tidak jauh berbeda dengan benda di rumahnya. Hanya saja rumah ini sedikit lebih besar dari pada rumah milik papanya. Mungkin karena orang yang menempati rumah ini agak banyak? Tanyanya dalam hati. Ia melihat ada beberapa bingkai foto yang menarik perhatiannya.

"Kenapa berhenti?" Tanya Renal. Ghea yang mendengar itu langsung tersadar dari lamunannya.

"Hah? Kenapa? Engga kok bang, siapa juga yang berhenti." Renal tersenyum tipis.

"Trus lo kalau ga berhenti ngapain Ghea? Makan?" Tanya Renal gemas. Ghea terkekeh.

"Eh, iya." Renal menggelengkan kepalanya pelan. Ia mengikuti arah pandang Ghea. Ghea tersenyum pada foto tersebut.





Haiii semuaaaa

Jangan lupa votmennnn

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa votmennnn.
Masi semangatkann wkwkwk.
See youu next chapt.

Ghea ✓ || Proses RevisiWhere stories live. Discover now