Ghea 22 || Fani

3.9K 330 0
                                    

"Ghea!" Panggil Chilla sedikit keras. Ghea menoleh ke arah Chilla. Ia menaikkan satu alisnya. Entah kenapa hari ini ia sangat malas untuk melakukan sesuatu. Rasanya ia ingin pulang saja dan tidur di kamar.

"Ish, lo mah gitu! Dari tadi gue panggilin. Eh ga denger," ucap Chilla kesal.

"Yaiyalah, orang guena aja lagi menghalu masa depan sama calon suami." Chilla menepuk pelan kepala Ghea.

"Lo semakin ngada-ngada deh Ghe," ucap Chilla sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo kenapa sih? Perasaan lo suka banget mukul-mukul kepala gue?" Tanya Ghea kesal.

"Lagian kepala lo itu nagih si Ghe. Gue kan jadi gimana gitu." Ghea mendengus malas.

"Ghea! Hah ... hah ... hah." Ghea yang merasa dipanggilpun langsung menyerngit heran. Ada apa ini? Kenapa namanya di bawa-bawa lagi?.

"Itu siapa Chil?" Tanya Ghea dengan suara pelan.

"Dia itu bestienya kembaran lo," jelas Chilla.

"Siapa? Fani?" Tanya Ghea.

"Ya kembaran lo siapa lagi Ghea!" Ucap Chilla kesal. Ghea hanya terkekeh pelan.

"Kenapa?" Tanya Ghea.

"Anu, kembaran lo itu anu." Ghea menaikkan satu alisnya. Kenapa? Ada apa?

"Anu-anu. Anu apaan yang jelas dong," ucap Chilla agak sedikit tidak santai.

"Itu si Fani makan pedes." What the hell? Apa ini miskah? Terus hubungannya sama Ghea apaan?.

"Ghe, gawat! Kembaran lo itu ga bisa makan pedes, sekalinya makan bisa sampe pingsan dia. Kayaknya dia makan sambelnya terlalu banyak deh," jelas Chilla. Ah Chilla memang terthe best lah. Coba saja kalau dijelaskan dulu, jadinya iakan tidak bingung.

"Terus gimana Chill?" Tanya Ghea tak paham.

"Lo udah ambil inhaler punya Fani belum?" Tanya Chilla dan di balas gelengan oleh gadis tersebut.

"Gue belum sempet ngambil. Gue keburu panik trus gue bilang kekalian," ucap gadis itu yang membuat Chilla berdecak.

"Lo itu dodol banget sih Ra. Lo iy harusnya ambil inhalernya punya Fani dulu," ucap Chilla gemas.

"Ga heran lagi gue Ra. Soalnya lo itu Rara, si lemot." Rara yang merasa direndahkanpun hanya bisa mengrucutkan bibirnya.

"Dia kesusahan napas Chill?" Tanya Ghea dan diangguki oleh Chilla.

"Iya. Mending lo ke kelas kembaran lo sana," ucap Chilla.

"Buat apa lagi?" Tanya Ghea sambil menaikkan satu alisnya. Chilla menghela nafas sabar.

"Gue orangnya sabar kok Ghe," ucap Chilla sambil tersenyum paksa.

"Buat ambil inhalernya si Fani Ghe," ucap Rara.

"Emang kelasnya di mana?" Tanya Ghea.

"Di Ipa-1. Samping eh engga samping, terus sampingnya lagi." Ghea menganggukkan kepalanya.

"Yaudah Lo kesana aja duluan," ucap Chilla dan dianggukkki oleh Rara.

"Iya. Yaudah ya gue ke Fani dulu," ucap Rara dan segera melangkahkan kakinya keluar kelas tersebut.

"Eh Ra!" Panggil Chilla.

"Kenapa lagi Chill?"

"Faninya di mana?" Tanya Chilla.

"Di sekolahan lah. Lo kira di mana lagi?" Tanya heran Rara. Chilla berdecak pelan.

"Bukan itu. Si Faninya sekarang ada di mana? Lo mau kemana deh?" Tanya Chilla sedikit kesal.

"Di sekolah. Mau ke Fani, dia di uks." Chilla menganggukkan kepalanya.

"Oke," ucapnya.

"Udahkan?" Tanya Rara dan dianggukki oleh Chilla.

"Ayo Chill!" Ajak Ghea yang sudah beranjak dari tempat duduknya.

"Ayo!" Ucap Chilla dan segera melangkahkan kakinya menuju kelas XI IPA-1 dan diikuti oleh Ghea.

"Mau kemana Ghe?" Tanya Athlas yang berpapasan dengan Ghea di tengah jalan.

"Ah itu, gue mau ke kelasnya Fani."

"Kok buru-buru? Emangnya kenapa?" Tanya Athlas sambil menaikkan satu alisnya.

"Nanti dulu ya Ath. Kalau lo kepo mending ke UKS deh soalnya abis ini gue mau ke sana."

"Da! Gue duluan," ucap Ghea sambil melambaikan tangannya dan berlari ke arah Chilla yang sudah meninggalkannya.

"Aneh," ucap Athlas.

"Kembarannya Ghea kenapa sih?" Tanya Galang kepo. Reyga menaikkan bahunya, tanda bahwa ia tak mengerti.

"Mungkin dia kambuh?" Jawab Reyga.

"Yudah sih yuk ke UKS aja! Lagian kan tadi Ghea bilang kalau kepo ke UKS aja," ucap Reyga.

"Yoklah! Lagian juga lumayan kan bisa bolos," ucap Galang sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Udah bodo, tambah Bodo Lo." Athlas memukul pelan kepala Galang.

"Jangan mukul kepala Thlas, ga boleh." Athlas mendengus.

"Itu mah pengecualian buat kepala lo."

Ghea ✓ || Proses RevisiWhere stories live. Discover now