Ghea 2 || Kejadian Yang Tak Terduga

10.6K 989 28
                                    

"Jadilah seperti bintang yang bersinar karena cahaya sendiri, bukan karena cahaya lain." Ghea

Ghea menatap bintang-bintang bersinar dimalam hari. Ia tersenyum. Bintang saja bisa bersinar di gelapnya malam karena cahayanya sendiri. Lalu Ia? Ia bahkan tidak seperti bintang.

"Ma, Ghea belum bisa jadi bintang yang Mama mau." Lesunya sambil menunduk kebawah.

"Ghea kayaknya ga bakal bisa wujudin harapan Mama, jadi bintang sulit Ma. Apalagi ga ada Mama di sisi Ghea,bahkan Papa juga," ucapnya lesu. Saat menatap bintang Ia teringat kepada perkataan sang ibunda untuk menjadi bintang. Bintang yang dimaksud disini adalah bintang yang dapat memancarkan sinarnya sendiri. Mamanya berharap bahwa anaknya nanti bisa memancarkan kebahagiaan bagi orang lain.

Ghea hanya butuh Papanya untuk mempedulikannya. Ia hanya ingin itu atau seseorang yang dapat menyemangatinya saat ini.

"Maafin Ghea Ma selama ini Ghea masi jadi anak bandel, buktinya aja Papa masi suka marah sama Ghea." Ia melihat kearah bintang.

"Ma, kalau Mama denger semua tolong balik ke sini Ghea disini butuh Mama sama Papa," ucapnya.

"Ghea kangen Mama." Setelah mengucapkan itu Ia segera masuk ke kamarnya, dan mengunci pintu balkon.

Ghea merebahkan dirinya di atas kasur. Ia menatap pajangan foto Mamanya yang berada di meja belajarnya. Ia menghela nafas panjang.

"Ma, maafin Ghea karena belum bisa nge ikhlasin kepergian Mama," ucapnya pelan.

"Padahal dulu Mama sempat bilang kalau Mama pergi, Ghea harus bisa nge ikhlasin Mama, buat bangga Mama sama Papa. Tapi, sekarang Ghea belum bisa wujudin semua kemauan Mama. Tapi Ghea bakal berusaha kok Ma biar Mama di sana sama Papa disini bahagia karena Ghey bisa jadi anak kebanggaan Mama sama Papa," ucapnya dengan semangat.

"Selamat malam Mama," ucap Ghea sambil memejamkan matanya.

***

"Pagi Bi," sapanya kepada Bi Ijah yang sedang meletakkan makanan di meja.

"Pagi juga Non," balasnya dengan senyum. Ghea melihat ke arah sekitarnya. Hi Ijah yang memperhatikan Ghea itu langsung berbicara.

"Nyari siapa Non? Tuan?" Tanya Bi Ijah sambil mengikuti arah pandang Ghea.

"Iya Bi." Ghea melihat kearah tangga. Sepertinya Papanya belum turun.

"Tuan sepertinya sedang siap-siap Non," ucap Bi Ijah.

"Yaudah kalau, begitu saya kebelakang dulu ya Non. Mau bersih-bersih sama jangan lupa sarapan Non," lanjut Bi Ijah.

"Iya Bi," ucap Ghea sambil menganggukkan kepalanya. Ghea segera duduk di salah satu kursi di depan meja makan itu.

"Papa! Sini sarapan sama Ghea," ucap Ghea saat Papanya akan sudah sampai ke meja makan. Papanya hanya menatap sekilas Ghea.

"Saya sibuk. Ada meeting pagi Ini." Ghea tersenyum kecil, lagi-lagi Papanya membuat benteng yang tak kasat mata untuk jauh darinya.

"Pa, ayo makan bareng Ghea. Ghea kangen sama Papa yang dulu, Papa yang jadi superhero Ghea, Papa yang selalu bahagiain Ghea, Papa yang cerewet sama Ghea gara-gara Ghea nakal. Ghea kangen Papa yang dulu," ucap Ghea sambil menatap Papanya yang lewat di depan meja makan. Papanya yang mendengar ucapannya pun berhenti sebentar, dan menoleh kearah Ghea.

Ghea ✓ || Proses RevisiWhere stories live. Discover now