Ghea 3 || Tempat Asing

10.1K 856 12
                                    

"Hal sekecil apapun itu dapat membuat orang buta untuk mendapatkan apa yang ia inginkan" Ghea


"Gue sekarang dimana?" tanya Ghea pada perempuan yang tak ia kenali.

"Lo lagi di rumah sakit," jawab perempuan tersebut. Ghea menggangguk mengerti.

"Trus Lo siapa?" tanya Ghea sambil menunjuk perempuan yang berada di hadapannya itu.

"Ghea lo beneran ga inget gue?" tanya seorang perempuan sambil menunjuk dirinya sendiri. Ghea yang mendengar pertanyaan tersebut menggelengkan kepalanya pelan. Ia sungguh tidak tahu siapa perempuan yang berada di hadapannya itu. Perempuan tersebut menghela nafas pelan.

"Lo beneran amnesia?" tanyanya lagi. Ghea menggelengkan kepalanya. Ia tidak amnesia ia masih ingat siapa dirinya. Ghea yang menyadari keanehan tersebut langsung bertanya.

"Nama gue siapa?" tanya Ghea pada perempuan tersebut.

"Nama lo Ghea, lebih tepatnya Aghea Graciella Arabella." Ghea menyerngitkan dahinya ketika mendengar perkataan perempuan tersebut.

Namanya sekilas memang mirip, tapi terdapat perbedaan jika nama Ghea adalah Ghea Gracia Arabella, sedangkan tubuh yang dia tempati bernama Aghea Graciella Arabella. Perbedaannya hanya sedikit, Aghea dan Ghea, lalu Graciella dengan Gracia. Ia sekarang sudah sadar bahwa ia bertransmigrasi ke tubuh yang namanya hampir sama dengannya.

"Bisa lo ceritain sedikit tentang gue ga?" Ghea mencoba menyesuaikan dirinya dengan tubuh yang sedang ia tempati saat ini.

"Lo punya 3 Abang sama 1 saudara kembar lo." Ghea menganggukkan kepalanya.

"Saudara kembar lo namanya Fani, Abang pertama lo namanya Bima, yang kedua Abim, yang terakhir Arsenal. Dan satu lagi lo sama saudara lo kembar tapi ga seiras
," ucap perempuan tersebut menjelaskan sedikit tentang keluarganya.

"Nama lo siapa?" Tanya Ghea yang tak tahu nama perempuan yang berada di hadapannya.

"Nama gue Chilla, lo bisa panggil gue Lala." Ghea menganggukkan kepalanya.

"Mama gue kemana kok ga ada?" Tanya Ghea yang menyadari bahwa sang ibu dari Agheya ini tidak ada di ruangannya.

"Mama Lo di rumah, kemarin kembaran lo kambuh katanya." Ghea menaikkan satu alisnya. 'kambuh? Apakah saudara kembarnya itu memiliki riwayat penyakit?' Tanyanya dalam hati.

"Gue lupa, jadi kembaran lo dari lahir punya penyakit jantung dari lahir makanya Mama, Abang sama Papa lo lebih merhatiin dia. Dia juga suka ngedrop gitu," jelas Chilla.

"Trus berarti dari kemarin ga ada yang jenguk gue?" Tanya Ghea sambil menunjuk dirinya sendiri. Chilla menggeleng kan kepalanya.

"Engga, kemarin pas lo koma, Mama sama Abang lo Masi jagain lo kok. Hari ini aja mereka yang ga jengukkin lo gara gara saudara lo lagi kambuh."

"Trus kapan gue pulang?" Tanya Ghea pada Chilla. Chilla menepuk dahinya pelan.

"Yaampun Ghea, lo itu masih sakit." Ghea hanya menatap Chilla aneh.

"Tapi gue ga sakit Chilla," ucap Ghea membalas perkataan Chilla.

"Lo itu, gue kira lo amnesia bisa ngilangin sifat keras kepala lo itu. Eh ternyata engga," ucap Chilla yang agak kesal dengan Ghea.

"Ya lagian lo mah aneh." Ghea menunjuk ke arah Chilla. Entah kenapa saat berbicara kepada Chilla ia berasa berbicara kepada Athena, sahabatnya.

"Chil, beneran nih gue tanya kapan gue bisa pulang?" Tanya Ghea pada Chilla. Chilla mengendikkan bahunya. Ia tak tahu soal itu.

"Chil, nama lengkap lo siapa?" Tanya Ghea pada Chilla.

"Rachilla Alaska," jawab Chilla. Jawaban Chilla membuat pikiran Ghea melayang kepada salah satu kartun yang dulu sering Ia tonton. Spongebob, kartun itu yang langsung Ia pikirkan.

"Chil, kenapa nama belakang lo ada Alaskanya? Apa Mama lo terinspirasi sama kartun Spongebob?" Tanya Ghea yang tiba-tiba menjadi random. Chilla yang mendengar perkataan Ghea hanya memutarkan bola matanya malas.

"Apa hubungannya sama kartun Spongebob Ghea?" Tanya Chilla heran.

"Lo ga pernah liat kartun ya?" Tanya Ghea sambil menunjuk Chilla. Chilla menghela nafas lelah. 2 hari yang lalu sahabatnya ini masih menjadi seseorang yang pendiam, tapi kenapa sekarang Ia malah sangat menjengkelkan.

"Ghe, lo gara-gara kejedot aspal makin aneh." Ghea melotot tak percaya. Mana ada dia aneh. Orang merasa biasa saja.

"Aneh kenapa?" Tanya Ghea tak mengerti.

"Lo tambah cerewet Ghea," ucap Chilla gemas sambil mencubit pelan tangan Ghea. Ghea mengelus-elus tangannya yang dicubit oleh Chilla.

"Sakit tau Chil, main cubit-cubit aja." Ghea mengelus-elus tangannya.

"Lagian lo nya cerewet banget sih," ucap Chilla dan membuka handphonenya.

"Chill," panggil Ghea pada Chilla yang sedang memainkan handphonenya.

"Apa?" Tanya Chilla sambil menaikkan satu alisnya.

"Gue laper," ucap Ghea sambil mengelus-elus perutnya. Chilla menghela nafas.

"Kalo laper makan lah Ghea," ucap Chilla sambil melirik sebentar kearah Ghea dan kembali sibuk bersama handphonenya. Ghea yang mendengar perkataan Chilla menyerngitkan dahinya.

"Makan pake apa Chilla? Kursi? Lo kira gue rayap? Si pemakan kayu?" Tanya Ghea yang kesal kepada Chilla. Chilla yang mendengar itu pun hanya meringis malu.

"Yaudah sih, kalo misalnya Lo mau makan ya silahkan." Ghea menatap Chilla kesal. Yang benar saja, masa iya dia harus memakan bangku yang Chilla dudukki.

"Ntar lama-lama lo aja Chil yang gue makan," ucap Ghea sambil memutarkan bola matanya malas.

"Yaudah sih, sorry. Gue beliin makanan mau?" Tawar Chilla. Ghea tersenyum sambil mengangkat kedua ibu jarinya pada Chilla.

"Mau lah, gue nitip nasi goreng yang pedes sama seblak ya."

"Ga, lo lagi sakit Ghea. Aneh-aneh aja lo mah, tunggu sini gue beliin bubur ayam aja di depan rumah sakit." Ghea yang mendengar itu pun mengangguk. Bubur ayam lebih baik dari pada bubur rumah sakit, pikirnya.

"Eh Chilla," panggil Ghea sebelum Chilla akan keluar dari ruangannya.

"Kenapa Ghe?" Tanyanya.

"Sini gue minjem hp lo," ucap Ghea sambil menodongkan tangannya.

"Ga, gue gamau. Ntar lo nya macem-macem lagi," ucap Chilla

"Privasi jigeum," lanjutnya dan segera pergi dari dari ruangan tersebut.

"Dasar cacing Alaska,"ucap Ghea kesal. Ia sudah terjebak di dunia ini selama 3 hari. Ghea menghela nafas pelan. Jika begini bagaimana dengan Ayahnya nanti.

"Hah, ini juga kenapa sih Aghea asli kok belum muncul-muncul. Biasanya kalau di novel-novelkan harusnya udah muncul.

"Trus kalau gini gue harus ngapain?" Tanyanya lagi. Ia menatap tangannya dengan tatapan bingung. Kalau sudah begini ia harus apa? Bahkan ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Ah, Chilla pelit. Masa gue mau minjam hpnya sebentar aja ga boleh," ucapnya kesal. Kalau sudah begini kan ia tambahan bingung.

"Mana Gheya ga ada hp," ucapnya sambil melihat kesekitarnya. Pikirannya melayang. Bagaimana dengan tubuhnya di sana? Apakah masi hidup? Atau sudah tiada. Hanya yang tak ia pikirkan adalah bagaimana bisa Tasya nekat melakukan hal tersebut kepadanya. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Nilai saja bisa membuat orang buta, apalagi soal harta.

Setidaknya ia bersyukur, karena Tuhan masih berbaik hati kepadanya. Ia pikir setelah kejadian itu, ia akan menyusul Mamanya. Ternyata tidak seperti yang ia pikirkan. Apakah Tuhan akan memberikan kebahagiaan lewat tubuh ini? Pertanyaan itu yang masi membuat Ghea berpikir.

"Hai." Sapaan itu membuat lamunan Ghea buyar. Ia menoleh kearah pintu ruang inapnya yang dibuka oleh seseorang. Ia menyerngitkan dahinya. Sejak kapan orang itu masuk. 'Dia siapa?' Monolognya dalam hati.






#mensivWG
Jangan lupa votmenn:')

Ghea ✓ || Proses RevisiWhere stories live. Discover now