Hari Kedua Puluh Delapan Tanpamu: Venesia dan Mawar Merah

366 27 0
                                    

Aku terbangun begitu alarm di ponselku berbunyi. Lampu kamar menyala terang benderang. Semalam aku tidak sempat mematikannya. Aku cari-cari di mana ponsel itu berada. Ternyata jatuh di karpet kamar. Pasti semalam aku tertidur ketika membaca novel online sampai tidak terasa ponselnya jatuh. Mungkin karena kecapekan setelah perjalanan jauh Cilacap-Semarang. Apalagi di Cilacap kurang istirahat. Aku geser simbol silang di layar untuk menghentikan suara alarm yang berisik dan melirik ke arah jam dinding. Pukul tiga dini hari.

Mataku terbuka lebar. Langsung menatap dinding kamar yang dipenuhi delapan bingkai foto ukuran 20cm x 20cm. Foto-foto keluarga pada berbagai momen. Aku terpaku pada dua bingkai fotoku bersama suami ketika berada di Danau Como dan Venesia, Itali.

Venesia adalah sebuah kota kanal yang terkenal dengan transportasi airnya terutama gondola. Ketika aku dan suamiku menyusuri Kota Venesia ini dengan menggunakan gondola jadi teringat dengan film "The Tourist" yang diperankan oleh Angelina Jolie dan Johnny Deep. Apalagi ketika menikmati sudut-sudut Kota Venesia ini dengan berjalan kaki terutama di Piazza San Marco, sebuah alun-alun di tengah kota yang dikelilingi gedung-gedung kuno.

Ada Basilica San Marco, sebuah gereja katedral Katolik dengan bangunan yang indah mengusung arsitektur Byzantium. Kemudian Istana Doge, merupakan pusat pemerintahan Venesia selama berabad-abad sekaligus kediaman Doge Venesia pemimpin Republik Venesia. Bangunan dengan perpaduan gaya Gothic, Moor, dan Renaisans ini merupakan salah satu landmark utama kota Venesia. Selain itu juga ada Menara Lonceng San Marco dan Procuratie Nuove, sebuah bangunan besar bergaya Renaisans.

Fotoku sendiri diambil secara swafoto oleh suami di depan bangunan Procuratie Nuove. Di foto tersebut aku terlihat tersenyum bahagia dirangkul suami sambil memegang bunga mawar.

Di Venesia memang banyak sekali orang yang menjual bunga mawar. Mungkin karena terkenal kota yang sangat romantis sehingga banyak pasangan yang berbulan madu di kota ini, membuat banyak pedagang menjual bunga mawar.

"Ini buat Bunda," kata suamiku waktu itu sambil menyodorkan sekuntum mawar merah. Aku sama sekali tidak melihat dia membeli bunga mawar. Dari mana dia mendapatkannya? Lagian harga mawar di Venesia sangat mahal. Sayang uangnya kalau hanya untuk membeli bunga mawar.

"Untuk?" tanyaku sok imut dengan mata yang berbinar-binar. Aku pura-pura tidak tahu maksudnya, padahal aku hanya mengetes.

Sebetulnya alam semesta mungkin memang sudah mengatur semuanya. Ketika akan mengikuti tour dari kantor suami ke Italia, aku sudah melihat dari susunan acaranya jauh-jauh hari bahwa bertepatan dengan tanggal 11 Oktober 2019 rombongan tour sedang berada di Venesia. Aku juga sudah memberitahu suamiku. Soalnya kalau tidak dia pasti lupa kalau saat itu adalah hari ulang tahun perkawinan kami yang ke-21.

"Happy Wedding Anniversary ya, Nda. Semoga Bunda selalu bahagia," katanya sambil tersenyum dan tetap melanjutkan jalan-jalannya.

Aku tertawa dalam hati. Suamiku memang punya cara sendiri untuk memberikan perhatian kepada istri. Dia tidak pernah merayu istrinya dengan kata-kata manis. Namun, dengan caranya sendiri sudah terkesan manis bagiku. Aku tertawa bahagia.

"Makasih ya, Yah. Ayah juga semoga selalu sehat, ya," jawabku sambil mendekatinya dan menyesuaikan langkahku bersamanya.

"Emang tadi Ayah beli bunga mawar? Kok, aku enggak lihat?" tanyaku lagi.

"Enggak. Tadi pas kita ketemu rombongan lain yang juga temen-temen dari kantor, tapi beda divisi ada yang bawa mawar. Terus aku minta aja," jawab suamiku santai.

Hm, ternyata enggak modal juga dia dapat mawarnya. Tapi tidak apa-apa yang penting aku senang.

Kemudian kami melanjutkan jalan-jalan menikmati suasana di Piazza San Marco tersebut. Burung merpati banyak sekali di sana. Seperti biasa suamiku banyak mengambil gambarku sebagai kenang-kenangan. Kami juga mengambil foto berdua di depan Procuratie Nuove yang akhirnya aku cetak dan kupasang di kamar.

Aku pandangi foto tersebut dengan saksama. Wajahmu selalu teduh dan tenang. Rasanya seperti engkau hanya sedang pergi ke mana dan nanti pasti pulang. Rasanya engkau masih berada di sekitarku. Kadang masih sering aku cubit tanganku berharap ini semua hanya mimpi. Meskipun akhirnya selalu kecewa karena ternyata memang bukan mimpi.

"Selamat pagi, Ayah. Hari baru datang lagi dan akan berlalu lagi tanpamu. Ternyata Wedding Anniversary kita waktu itu adalah momen terakhir kita jalan-jalan bareng ke luar negeri ya," kataku sendiri.

Baiklah, waktu berjalan terus dan semua harus kujalani dengan ikhlas. Semangat! Aku bangun dari tempat tidur. Sudah pukul 03.15. Waktunya salat tahajud. Bismillah, semoga hari ini berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Amin.

#Sabtu, 2 Januari 2021

Tiga Puluh Hari TanpamuWhere stories live. Discover now