LM - Bagian 50

665 112 30
                                    

Part ini cukup banyak hehe:D

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Part ini cukup banyak hehe:D



"Otak pun butuh waktu untuk beristirahat."

---Last Mission---
___________________________________

Kata orang, pergi berlibur atau menghabiskan waktu bersama orang yang kita sayang akan membuat stres berkurang.

Tapi apa? Vena justru semakin stres!

Dia yang biasanya keluar pukul 10 setiap hari minggu, jadi harus keluar pukul 8 karena butuh mandi dan bersiap-siap.

Apalagi Sani terlihat heboh ke sana ke mari seperti setrika, membuatnya semakin stress dan ingin membunuh orang. Terutama membunuh Sani!

"Ya Allah, Vena! Lo mau hangout atau mulung sih?!" Sani memekik heboh kala melihat Vena duduk di sofa menggunakan celana training yang warnanya sedikit memudar dan kaos oblong hitam berlengan panjang. Sudah seperti pemulung saja!

Ah, rasanya Sani ingin menampar gadis itu agar sadar kalau mereka ingin liburan, bukan mulung sampah!

"Ganti, Ven!" titah Sani dengan tangan yang sudah berkacak pinggang.

Vena menggeleng. "Gak mau! Gak ada baju yang bagus juga." Sani mendengkus kasar. Manusia seperti Vena memang perlu dimusnahkan dari muka bumi. Mempermalukan kaum hawa saja!

Dengan segera Sani menarik tangan Vena agar gadis itu berdiri. Diputarnya Vena ke kanan dan ke kiri lalu berdecak sebal. Pakaian apa ini?!

"Ayo ke kamar gua! Gua punya banyak baju!" Ia langsung menarik tangan Vena walau gadis itu menolak. Saat sampai di kamar, Sani menyuruh Vena duduk tenang di tepi kasur tanpa menyentuh barang apapun.

Yang dilakukan Vena hanya mengangguk patuh, seperti anjing pada majikannya. Karena bosan, ia memilih mengedarkan pandangannya dan melihat seluruh perabotan di kamar gadis itu.

Tak sengaja ia melihat sebuah benda yang tak asing di penglihatannya. "Gelang?" Ia bergumam dan membuat fokus Sani langsung teralih. "Ada apa, Ven?"

"Gelang itu." Vena menunjuk gelang hitam yang ada di atas nakas. "Oh itu ... kan lo udah pernah lihat."

Vena menggeleng. "Bukan, tapi ... rasanya gelang itu gak asing." Pergerakan tangan Sani terhenti. Ia menatap Vena yang mengarahkan seluruh fokusnya pada gelang itu. Sani tersenyum simpul. Ia mendekat lalu mengambil gelang tersebut. "Ini 'kan banyak dijual di pasaran, Ven. Makanya gak asing."

Second Chance: Last Mission (End)Where stories live. Discover now