LM - Bagian 48

625 115 25
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Rasa penasaran yang sudah tak terbendung bisa membawamu pada kebenaran, namun juga marabahaya."

---Last Mission---
_____________________________________

Sesuai yang dikatakan Nathan tadi. Bu Arinda adalah guru Kimia kelas 12, maka Vena bisa menemukannya di gedung Ipa.

"Loh Vena? Ngapain di gedung ini?" Vena menoleh sekilas pada gadis yang mengajaknya bicara. Tanpa menjawab apapun, Vena terus berjalan ke depan. Bahkan ia tak menganggap keberadaan Fina.

Fina mencibir pelan. "Gini nih sifat buruk lo. Kesel gua lama-lama." Ia menatap Vena dengan tangan yang bersedakap dada dan juga wajah kesal. Vena memang menyebalkan.

"Itu buka apa, Ven?" Di tangan kanan Vena ada sebuah buku bersampul hitam. Hari ini ia berniat menemui Arinda untuk mempertanyakan tentang gelang yang dibicarakan Serlia.

Vena menggeleng singkat. "Tahu di mana Bu Arinda?" tanyanya. Fina tampak mengelus dagu lalu menjetikkan jarinya. "Ada di ruangannya! Mau gua anter?" Ia kembali menggeleng. Biarlah ia mencari tahu sendiri.

•••••

"Masuk!" Seorang wanita parubaya baru saja mempersilahkan seseorang masuk ke ruangannya tanpa bertanya itu siapa dan apa tujuannya apa.

"Ada yang perlu saya bantu?" Ia bertanya tanpa menatap lawan bicarannya. Matanya masih terfokus pada tumpukan buku yang ada di atas meja.

"Ini tentang ... Kak Serlia." Wanita itu tersentak kaget. Ia mendongak dan menatap seorang siswi yang tengah berdiri sambil mengggenggam sebuah buku.

"Saya Vena." Ia tersenyum tipis, lalu duduk di hadapan wanita tersebut. Wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Arinda Maheswari. Guru Kimia kelas 12 yang juga dibahas Serlia dalam diarynya.

Wanita tersebut memperbaiki posisi duduknya. "Ada yang perlu saya bantu?" Vena menetralkan raut wajahnya, kemudian meletak buku bersampul hitam itu di atas meja. "Gelang."

Arinda tersenyum simpul. "Untuk apa? Kenapa kamu menginginkan gelang itu?" Suaranya begitu tenang dan santai, namun tidak dengan hatinya. Jantungnya berdetak lebih kencang, tapi bukan karena cinta! Tapi ... tatapan Vena membuatnya sedikit tertekan.

Vena menghela napas. "Mencari adiknya," ucapnya sambil menatap wanita parubaya tersebut.

"Untuk?" Rasanya ia ingin membunuh wanita itu atau mengubur wanita itu hidup-hidup. Tinggal kasih tahu aja apa susahnya sih?! "Apa kamu berpikir ... kalau pembunuh itu adiknya Serlia?"

Second Chance: Last Mission (End)Where stories live. Discover now