LM - Bagian 20

765 150 341
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Jangan membencinya. Aku takut rasa itu malah berubah ke hal yang tak kamu inginkan."

-Last Mission-
_________________________
______________________________

Kalian kalau ditatap cowok bakalan gimana?

Baper atau justru risih?

Mungkin jika cowok itu tampan, kalian baper. Tapi, berbeda dengan Vena. Ia justru risih. Masalahnya, ini bukan tatapan penuh cinta, tapi tatapan penuh dendam.

Tentu kalian tahu siapa itu? Ya, jawabannya adalah Daniel. Tatapan laki-laki itu tak lepas dari Vena yang sibuk dengan laptopnya.

Tatapan datar itu seakan menjelaskan seberapa bencinya ia pada Vena. Semua ini karena masalah jus jeruk dan cuka di kantin siang tadi.

Nathan yang sudah mendengar ceritanya, hanya bisa diam dan memaklumi. Ia akui yang salah adalah Daniel. Jika laki-laki itu tidak memulai, maka semuanya takkan berakhir seperti ini. Daniel jelas tahu kalau Vena punya insting yang kuat, tapi tetap saja dipermainkan.

Jadi, biarkan dia menanggungnya sendiri.

"Udahlah, Dan. Entar malah suka." Decakan kesal langsung terlontar begitu saja. Tatapan tajam yang awalnya mengarah ke Vena langsung berpindah ke Nathan.

Glek.

Oke, tatapan itu mengerikan. "Y-ya lo sih. Ngapain natap sampe segitunya? Gak jelas banget."

Daniel memperbaiki poisis duduknya. Ia kembali memfokuskan matanya pada Vena yang sedari tadi merasa tak terusik. Ia harap gadis itu lenyap dari muka bumi ini. Sekarang juga!

"Dan, lo-"

"Diam! Gua mau nyabik-nyabik dia dengan tatapan gua ini." Seketika Nathan terdiam, kemudian tertawa keras. Ada-ada saja! Mana ada tatapan yang bisa mencabik tubuh seseorang. Dasar bodoh!

"Kalian bisa ke sini?" Mata Daniel langsung mengerjap beberapa kali saat netra Vena menatapnya. Ini bukan perasaan deg-degan karena saling bertatapan, tapi perasaan takut luar biasa yang membuat tubuhnya seakan mati rasa.

"Dan, ayo ke sana." Ia kembali ke kesadarannya saat Nathan menepuk bahunya. Oh, ayolah. Apa itu tadi? Ia seakan melihat sesuatu yang aneh dari tatapan itu. Tak bisa dijelaskan dengan kata.

Dengan pasrah ia ikutan mendekat dan membuang perasaan takut dalam dirinya. Saat tatapan Vena sudah terfokus pada laptopnya kembali, ia berhasil bernapas lega.

Second Chance: Last Mission (End)Where stories live. Discover now