LM - Bagian 42

648 106 51
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Lo cantik, tapi nyebelin." -Daniel.

---Last Mission---
_________________________________

Keempat manusia itu masih terlelap dalam tidur. Tak lama salah satu di antara mereka terbangun. Dia Nathan.

Matanya mengedar ke sekeliling, dan terjatuh pada Fina yang sudah terduduk sambil menguap. Tampaknya gadis itu baru saja membuka mata.

Lalu Nathan menatap Daniel yang masih nyaman dengan alam mimpinya. Begitupun dengan Vena.

Tak lama Nathan menjentikkan jarinya. Ia punya ide bagus untuk hubungan Daniel dan Vena. Agar keduanya bisa sedikit akrab.

Ia lantas mendekati Fina lalu menggendong gadis itu, dan untungnya tak ada perlawanan. Sepertinya kesadaran gadis itu masih 0%. Tapi baguslah ... agar ia tak berisik.

Sebelum pergi, Nathan tak lupa meninggalkan sebuah catatan untuk Daniel.

•••••

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.56 AM, dan Daniel baru terbangun. Ia menguap lebar, lalu menatap sekeliling ruangan ini.

Tak ada siapapun, kecuali dirinya dan Vena. Bentar, ada yang janggal.

"VENA?!" Ia memekik keras kala sadar kalau hanya ada dirinya dan Vena saja di sini. Tanpa basa-basi, ia berdiri dan berniat meninggalkan ruangan ini. Sungguh, ia tak sudi berlama-lama dengan Vena di sini.

Takut khilaf, dan membunuhnya tanpa sengaja.

Tapi pergerakannya terhenti karena sebuah benda tipis, dan gampang sobek. Ia meraih kertas tersebut, lalu membaca isinya.

'Anter Vena ke asramanya! Gak pake bantahan!'

Daniel mendengkus kesal. Ia tak sudi mengantar gadis itu ke asramanya. Tapi ... ditinggal sendiri pun kasihan. Bagaimana jika pembunuh itu datang dan membunuhnya? Bisa-bisanya spesies alien akan berkurang.

Ia langsung mendekat, dan berniat membangunkan gadis itu. Mulai dengan berteriak, menarik rambutnya, hingga menyiram dengan air dingin. Bahkan ia berniat menyiramnya dengan air panas. Uh, sebal.

Akhirya, ia memilih untuk menyiram air hangat. Setidaknya airnya tidak panas. Tapi pergerakannya terhenti. Kenapa ... ia jadi kasihan ya?

Ia meletakkan gelas tersebut di atas meja, lalu berjongkok untuk menyamakan tubuhnya dengan tubuh Vena yang terlelap.

Diperhatikannya wajah itu, lalu terkekeh. "Cantik sih, tapi nyebelin." Tanpa basa-basi ia menggendong Vena ala bridal style, lalu membawanya menuju asrama gadis itu.

Second Chance: Last Mission (End)Where stories live. Discover now