:(|Chapter 50

72.2K 16.2K 9.7K
                                    

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

***

"Ara udah enggak ada."

"Ini Zahra."

Dua kalimat itu keluar dari mulut perempuan di hadapannya.

"Z-zahra?" Valetta membeku. Matanya bertemu dengan mata Zahra.

Zahra takut. Ia takut Valetta benci dengan dirinya. Selama ini ia selalu bersikap buruk pada Valetta. Selalu melakukan hal-hal menyebalkan untuk merebut Axel yang bahkan dirinya sendiri tidak suka.

"Zahra mau minta maaf," lirih Zahra dengan suaranya yang gemetar.

Hari ini adalah hari pertama bagi Zahra merasa sebebas ini.

Zahra tidak perlu memakai pakaian sempit yang membuatnya sulit bergerak.

Zahra tidak disuruh bertingkah centil untuk menarik perhatian pria.

Zahra tidak dipukul, dicubit apalagi dibentak.

Untuk pertama kalinya, Zahra bisa bermain di taman kreasi, memainkan banyak wahana dan tertawa bebas.

Juga ini adalah kali pertama, Zahra dipeluk oleh seseorang yang berstatus keluarganya. Bukan pelukan hanya untuk menarik simpati orang lain, tapi pelukan hangat.

Zahra buang muka. Rasanya tidak pantas menatap Valetta. Pasti sekarang Valetta jadi tidak suka dengan Zahra. Zahra sudah berbohong.

Valetta tidak menjawab karena tidak tau harus menjawab apa.

Jantung Zahra berdebar cepat. Takut dengan reaksi Valetta.

Pasti aku bakal ditampar, kan?

Dibentak, dibenci, pasti aku bakal dibuang lagi.

Zahra melirik ke arah lain, matanya jatuh pada sosok familiar yang berpakaian serba hitam.

Itu... Mama?

Lalu matanya tertuju pada benda tajam di tangan kanan sosok familiar tersebut.

Mama mau ngapain?

Langkah perempuan berpakaian hitam itu mendekati Valetta. Mata Zahra membulat, tau akan keinginan Mamanya.

Valetta yang dari tadi diam, membuka mulutnya, hendak menyampaikan sesuatu.

"Zahra, Kakak g-"

"VALETTA!"

Terdengar suara lantang Axel dari kejauhan. Di waktu yang bersamaan, Zahra berlari ke belakang Valetta. Menggeser Valetta hingga terjatuh.

Valetta meringis, tidak menyangka akan didorong oleh Zahra sekuat itu. Sejak kapan Zahra bisa sekuat itu?

Valetta mendongakkan kepalanya. Segala pertanyaan dan kalimat yang tadi sudah ia susun rapi mendadak terlupakan saat melihat pemandangan di depannya.

"Z-zahra?"

Tubuh Zahra lemas, kakinya sudah tak dapat lagi berdiri. Dengan cepat Valetta bergerak, menopang tubuh Zahra agak tidak menyentuh tanah.

Seorang perempuan berpakaian hitam di hadapan Zahra terdiam untuk beberapa saat sebelum dirinya berlari kabur.

Valetta kalut. Mulutnya tak dapat berucap.

"S-sakit..." rintih Zahra. Suaranya amat kecil.

Darah segar keluar dari perut Zahra. Wajah Valetta berubah pucat.

Indigo Tapi Penakut | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang