ツ|Chapter 11

109K 19.6K 2.4K
                                    

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

Valetta membenamkan wajahnya di antara bantal-bantal yang menumpuk. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan Valetta kini berada di kamarnya.

Beberapa jam sudah berlalu sejak Valetta mengantar Axel pulang.

Iya, Valetta mengantar Axel pulang. Kali ia tidak membonceng Axel, melainkan ia dan Axel menaiki motor masing-masing.

Bagaimana bisa Valetta mau mengantar Axel? Well, tentu awalnya Valetta tak mungkin mau mengantar Axel.

Tapi, setelah beberapa kali Axel bujuk, Valetta pun mau, asalkan Axel tidak akan mengganggu dirinya di hari Minggu, alias besok.

Valetta menelentangkan badannya dan menatap langit-langit kamar. Percakapan siang tadi kembali terngiang di kepalanya.

"Valetta, gue itu penakut, sumpah! Dan gue beneran harus dua meter di dekat lo biar tenang. Jadi, boleh ya? Gue ngekorin lo?"

"Enggak. Gak boleh."

"Please lah, Val. Gue bakal kasih lo apa aja asalkan lo bolehin gue jadi ekor..."

"Tetap enggak."

"Please... Gue mohon banget, boleh, ya? Janji deh gue gak bakal ikut campur atau ngusik kegiatan lo, gue cuman berdiri dua meter dekat lo aja... Ya? Ya?"

"..."

"Boleh... Ya?"

"Ya udah. Tapi dengar baik-baik. Lo enggak boleh ngikut gue pas gue ke toilet dan pas gue lagi pengin sendiri. Gue bolehin lo ngikut tapi lo harus tetap pegang janji lo buat gak ngusik kegiatan gue, paham?"

"Oke, Bos! Siap! Gue pasti bakal selalu ingat sama janji gue!"

Valetta tak sadar bahwa kini ia tersenyum. Ia tersenyum karena teringat akan wajah Axel saat tengah memohon.

Entah Axel sadar atau tidak, tapi tadi dirinya terlihat seperti anak anjing. Lucu. Valetta suka dengan anjing, makanya hati Valetta sedikit tergerakan dan berakhir memperbolehkan Axel menjadi ekornya.

Valetta menghembuskan napasnya pelan. Apa semua akan tetap berjalan seperti biasa setelah ini?

Ting!

Bunyi tersebut berhasil mengalihkan perhatian Valetta. Valetta meraih handphonenya.

Pesan dari nomor tak dikenal.

Indigo Tapi Penakut | ENDWhere stories live. Discover now