ツ|Chapter 44

69.5K 16.3K 11.6K
                                    

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ


"Selamat atas ditangkapnya kalian berdua. Sungguh pasangan yang serasi, memang jodoh."

"Suaminya ketahuan korupsi dan istrinya ketahuan melakukan tindakan kekerasan pada anak..."

Vancia menatap kedua manusia di hadapannya. Wajah Vancia datar. Bahkan Nathan tidak berani mendongakkan kepalanya.

Anya membalas tatapan Vancia sangar. Seakan kedua tangannya sedang tidak diborgol.

"Kamu yang melapor?" desis Anya.

Vancia mengangguk seraya mempertajam tatapannya. "Aku tidak menyangka kalau seorang Anya ternyata tidak hanya suka merebut laki-laki, ia juga suka menyiksa anaknya sendiri."

"Memangnya kamu punya bukti? Zahra adalah anakku, aku tau lebih banyak tentangnya! Kamu pasti hanya menuduhku karena iri aku mendapatkan Nathan, kan?"

Vancia berdecak kagum. Kagum akan kenihilan urat malu Anya. Sudah jelas-jelas semua bukti tertata rapi di meja.

CCTV rumah Anya menangkap beberapa tindakan kasar yang Anya lakukan pada Zahra.

Riwayat pesan Anya kepada Zahra juga berisi beberapa kata kasar yang tidak layak diungkapkan oleh Ibu pada anaknya.

Pak Paus, supir pribadi keluarga mereka juga memberi beberapa kesaksian. Seperti terkadang mendengar Anya mengancam Zahra, bahkan menampar Zahra saat Zahra melakukan kesalahan kecil seperti telat bangun.

Di saat yang bersamaan. Beberapa orang yang dulunya Nathan anggap dapat dipercaya, membalikkan badan mereka. Memanfaatkan keadaan, mereka melaporkan tindakan korupsi yang dilakukan oleh Nathan.

"Apa bukti yang ditemukan pihak kepolisian kurang jelas? Masih mau berbohong?"

"JANGAN MENUDUH SEMBARANGAN! BUKTI-BUKTI ITU PASTI PALSU!" bentak Anya.

Vancia tersenyum miring. Percuma ingin menyadarkan Anya. Anya akan terus mengelak. Vancia tidak perlu Anya mengakui kesalahannya, tujuannya datang ke sini adalah untuk memberitahu soal keputusannya.

"Anya. Kamu sudah mengetahui masa tahananmu, kan?"

"Enam tahun lamanya," bisik Vancia.

"Seharusnya kamu menerima lebih banyak waktu di balik jeruji besi."

Ingin rasanya Vancia memenjarakan Anya lebih lama. Tapi Vancia tidak bisa melawan hukum.

Saat tau bahwa orangtua dari Zahra adalah dua makhluk yang hampir saja mengungsi di rumahnya. Vancia murka. Tidak menyangka mereka akan bertemu di penjara ini.

"Miris bukan? Terakhir kali kamu berkata, sampai jumpa di rumahmu... Sekarang? Kita malah bertemu di tempat ini." Vancia tersenyum mencibir.

"Ini yang disebut karma, ya?"

Wajah Anya sedari tadi sudah tak sedap. Matanya menatap Vancia seakan melihat musuh, seakan ingin mencabik-cabik Vancia jika saja tangannya sekarang tidak diborgol.

"Dan Nathan... Selamat karena telah berhasil menarik perhatian polisi, juga berhasil gagal dalam menjaga anaknya." Vancia berucap seraya menepuk tangannya memeriahkan suasana mencekam itu.

Nathan tidak membalas ucapan Vancia. Walau kesal, dirinya sekarang lebih memikirkan soal cara yang dapat ia lakukan untuk bebas dari tempat ini.

Vancia memperhatikan sepasang suami istri di hadapannya.

Indigo Tapi Penakut | ENDWhere stories live. Discover now