32. TO PANDU : Indraloka boy

31 4 27
                                    

--Happy reading





Hari ini Nesya uring uringan. Usai perkataan kemarin, Pandu benar benar tak memperlihatkan dirinya pada Nesya. Bahkan ketika berpapasan saja, tak pernah sekali pun Pandu melirik ke arah Nesya.

Jujur Nesya merasa bingung. Pandu seakan menulikan telinganya ketika Nesya menyapanya. Pandu benar benar membuang Nesya seperti barang yang tak lagi berguna.

"NESYA!!!"

Nesya melirik ke arah pintu, ia kemudian kembali merebahkan kepalanya di atas meja ketika melihat Rachel yang masuk seperti ditaburi oleh serbuk kebahagiaan.

"Nes, lo tau gak?! Si Nehand sama si Sarah pacaran anjir! Keren banget couple goals mereke!"

Nesya kemudian menatap wajar Rachel sendu. Nesya bingung harus sedih atau senang. Nesya tau kalau Rachel tengah menahan sakit hatinya sekarang.

"GILAAA! Emang dari kemaren gue tuh udah feeling pasti si haram jaddah itu pasti bakalan pacaran sama si saroh!" Ujar Rachel setenang mungkin.

Jujur Rachel itu tidak bisa berbohong. Pura pura seperti ini saja sepertinya Rachel tidak bisa. Perempuan itu tidak baik dalam hal mengekspresikan dirinya sendiri.

"Gak boleh gitu, Rachel."

"Lah? ! Gue itu muji anjing! Mereka couple goals! Salah gue di mana?"

"Emang anjing kenapa sampai harus dipuji?"

"Anjingnya jadi buaya anjir! Si Haram jaddah!" Seru Rachel kemudian melompat dari meja.

"Rachel tenang, kamu kayak orang kesurupan."



Brak



"GUE GAK BISA TENANG INI! Gue butuh cilung! Penenang gue cuman cilung!"

Rachel uring uringan sendiri. Ia melempar tas sekolahnya tadi membuat suara yang cukup keras terdengar di kelas.

"Iyaa nanti beli cilung ke Garut. Makannya tenang."

"GILAAA BANGET NESYA!!! Gue gagal jadi menantunya Mas Jaya!" Seru Rachel mengenggebrak meja di depannya.

"Bisa jadi menantunya Mas Vano kok, Rachel. Tenang ajaa."

"ANYING, GAK MAU! Gue mendingan jadi chef Cilung aja!"

"Iyaa, iyaa. Nanti kita belajar sama Zi—"

Ucapan Nesya tiba tiba berhenti. Pikirannya tiba tiba teringat akan kejadian di perkemahan waktu itu. Nesya kembali menundukan pandangannya. Perempuan itu kembali memotek motek kukunya, kemudian menahan nafasnya sejenak.

Rachel yang mengerti dengan peringai Nesya segera menenangkan dirinya. Perempuan itu kemudian mengusap punggung Nesya, menyalurkan ketenangan pada diri sahabatnya itu.

"Zian itu sebelumnya temen kita, Gue tau lo pasti nyesek, Tapi kenyataannya gitu."

Nesya menarik nafasnya panjang. Perempuan itu kemudian mengangguk, berusaha menguatkan dirinya sendiri.

"Zian pasti punya alesan, Nesya. Gak semata mata dia bakal jadi gitu."

"Aku tau, cuman ...."

Nesya menjeda kalimatnya. Perempuan itu bingung harus berkata apalagi pada Rachel. Kejadian kemarin benar benar membuat hubungan di antara mereka menjadi renganggang seketika. Nesya selalu menghindari Zian karena dirasa Zian akan melakukan sesuatu yang buruk lagi kepadanya.

"Gue cuman berharap lo bisa maafin Zian. Gue kangen main di rumah lo. Gue kangen kita curhat bareng. Gue bener bener kangen suasana kita."

Nesya kemudian mengangguk paham. Ia menghembuskan nafasnya panjang, berusaha mencerna perkataan Rachel tadi agar masuk ke hatinya.

TO : PANDU Where stories live. Discover now