31. TO PANDU : Self

44 3 29
                                    

--Happy reading




Kini mereka berdua berjalan. Menyelusup jalanan dengan langit cerah yang mengelilingi mereka. Pandu terus mengenggam tangan Nesya. Tak memberikan sedikitpun ruang agar perempuan itu lepas dari tangannya.

"Mau makan ke mana?" Tanya Nesya di belakang Pandu. Perempuan itu tak mampu mengimbangi langkah jenjang Pandu.

"Lo mau nya kemana? Yang deket aja."

"Aku gak tau tempat makan yang deket sini."

Baik Pandu maupun Nesya mereka sama sama terdiam. Melihat sekeliling yang dirasa hanya ada kendaraan yang lalu lalang.

"Mau siomay!" Ujar Nesya ketika melihat tukang siomay yang berkeliling di sekitar mereka.

"Lo yakin mau makan emperan? Gak higienis banget hidup lo!"

"Kata siapa? Makanan di emperan enak tau! Kamu belum nyoba, yaa? Kasian banget idup kamu. Orang kaya tapi gini aja gak tau."

"Oh, lo mau gue cekek?" Mata Pandu sudah membulat, namun Nesya hanya tersenyum menang ketika melihat reaksi Pandu barusan.

"Yaudah kalau gak mau, biar aku aja yang makan. Kalau kamu kelaperan itu derita kamu," Sahut Nesya kemudian berlari menyusul tukang siomay yang ada di sana.

Mau tak mau, laki laki itu mengikuti Nesya. Perempuan itu tampak sangat antusias ketika ia memesan siomay pada pedagangnya. Ia kemudian duduk di kursi yang telah di sediakan oleh pedagangnya. Nesya lalu menyodorkan bangku yang tersisa untuk Pandu duduk di sana.

"Duduk dulu, Pandu. Nanti pegel kalau berdiri terus."

"Gak, nanti pantat gue bisulan."

Nesya lantas mencubit perut Pandu. Yang dilakukan oleh laki laki itu tidak lah benar. Pandu terlalu frontal untuk berbicara seperti itu di depan pedagang yang sudah menyiapkan tempat duduk untuknya.

"Pandu ngomongnya jaga, bisa?" Pandu memutar bola matanya jengah. Laki laki itu kemudian menarik kursi yang disodorkan Nesya tadi, lalu mendudukinya dengan ragu ragu.

"Kalau gue ambiyen, lo harus donorin pantat lo ke gue."

Nesya menarik sudut bibirnya tak suka. Laki laki itu duduk dengan tangan yang dilipat di atas dada, lalu kakinya ia tumpangkan di kaki sebelahnya.

"NESS IHH, GUE LAPERR!" Teriak Pandu menghentak hentakan kakinya.

"Sebentar, Pandu. Abangnya lagi nyiapin dulu."

"Gue gak mau makan di sini!"

"Pandu tolong jangan kenceng kenceng ngomongnya!" Sahut Nesya berbisik pada Pandu.

Pandu lantas berbalik Ke arah Nesya. Perempuan itu terkejut kala jarak Pandu dan dia sedekat ini. Nesya kemudian membelakan matanya. Ia mencoba mundur kebelakang, namun Pandu segera menahan punggung Nesya. Laki laki itu malah memajukan tubuh Nesya, sehingga mereka berdua makin berdekatan.

"Kalau gue mau makan lo gimana?" Ujar Pandu menatap lekat bibir Nesya.

"Alah siah euy! Zina atuh ieu mah neng!"

Nesya terkejut. Perempuan itu lantas mendorong bahu Pandu, sampai laki laki itu terguling ke belakang. Ia hanya tersenyum tipis karena tak mengerti apa yang di ucapkan oleh pedagang siomay barusan.

"Nesya sakit goblok!" Sahut Pandu yang berusaha berdiri dari duduknya.

"Ahh, Pandu maaf aku gak sengaja," Jawab Nesya berniat membantu Pandu. Namun, laki laki itu merasa kesal. Ia menepis kasar tangan Nesya yang berusaha membantunya.

TO : PANDU Där berättelser lever. Upptäck nu