19. TO PANDU : Trust Me

40 5 50
                                    

--Happy reading



Sejak kejadian tadi pagi, Pandu merasa ada keanehan pada Nesya. Perempuan itu seperti menghindarinya. Pesan yang Pandu kirimpun, tak ada balasan dari Nesya. Pandu kesal. Namun kali ini, Pandu tak melampiaskan kekesalannya.

Ucapan Rezza tadi seperti punya pengaruh sendiri untuk Pandu. Laki laki itu, merasa salah tingkah ketika mengingat perkataan Nesya barusan. Seperti ada kesenangan tersendiri saat ia mengingat perkataan dari Rezza.

Kali ini bel pulang sudah terdengar. Dengan langkahnya yang cepat, laki laki itu segera menggendong tasnya lalu, cepat cepat menuju kelas Nesya.

Pandu menunggu Nesya di depannya. Ia bertumpu sebelah kaki pada tembok, dengan tangan yang di topangkan pada dada. Matanya tak pernah absen dari perempuan yang sedang piket itu. Kali ini, Rambutnya yang terikat dengan ipod yang dipasang pada telinganya, membuat Pandu menatapnya kagum.

Nesya sepertinya tidak menyadari, bahwa dirinya sedang dipandangi oleh Pandu. Dengan pergerakannya yang telaten, perempuan itu membersihkan setiap sudut kelas, tanpa meninggalkan noda sedikitpun.

"Istri idaman banget lo, Nes," Kekehnya melihat Nesya yang sedang asik menyapu lantai. Namun, Nesya sepertinya segera sadar saat ia dipandangi Pandu. Dengan cepat, perempuan itu langsung menyapu lantai bersih, kemudian berlari mengambil tasnya.

"Lama banget sih, Bunda," Sahut Pandu. Namun perempuan itu sama sekali tidak merespon perkataan Pandu. Nesya bahkan  tak melirik Pandu. Pandu yang sadar bahwa Nesya cemburu akan Ellzya, berniat untuk mempermainkan Nesya terlebih dahulu.

"Bunda tungguin ayah dong!!" Teriak Pandu. Nesya sebenarnya kesal. Ingin membanting laki laki itu kencang. Dia sudah tak tahu lagi dengan orang orang yang memperhatikan mereka. Dengan komentar orang orang yang membuat hatinya merasa sakit seketika.

"Bundaaa ihh! Kaki ayah sakit tau!!"

"Bunda beneran gak mau nungguin ayah! Anak kita di dalam perut kamu nanti gimana kalau Bundanya lari larian!"

Nesya sudah tak kuat lagi. Pandu sepertinya sudah tidak punya urat malu. Ia tak bisa membayangkan bagaimana celotehan orang orang, tentang perkataan Pandu barusan yang jelas jelas tidak benar.

"Pandu kamu-" Perkataan Nesya seketika berhenti ketika laki laki itu mendorong pundak Nesya kasar. Punggung perempuan itu bersentuhan dengan tembok, membuat  Pandu segera menyudutkan Nesya kepada tembok di pinggirnya. Sebelah tangan Pandu, ia tempelkan pada tembok agar menghalangi pergerakan Nesya.

Nesya sontak kaget. Jarak mereka terlampau sangat dekat. Nesya menahan nafasnya. Lutut Nesya benar benar gemetar. Laki laki itu, menambah lengan sebelahnya, membuat pergerakan Nesya benar benar terkunci.

"Kenapa, hm? Gue ganteng yaa kalau dari deket gini?" Sahut Pandu. Nesya hanya diam. Tak berani membuka mulut, karena jarak mereka yang terlalu dekat saat ini. Nesya berusaha untuk tak memperlihatkan pipinya yang memerah. Suhu badannya saat ini tiba tiba memanas. Nesya membisu tiba tiba.

Pandu semakin mendekatkan dirinya pada Nesya. Nesya yang semakin panik, segera memejamkan matanya takut. Sebelah lengan Pandu segera mengarah ke belakang kepala Nesya. Menarik paksa ikatan rambut Nesya lalu, menjauhkan jarak mereka.

"Lo cantik kalau diurai gini," Ujar Pandu membuang Ikatan rambut Nesya jauh jauh. Setelah menyadari Pandu yang menjauh, Nesya segera menghembuskan nafasnya lega.

"Gak usah ngarep lebih, lo cuman pesuruh gue," Sahut Pandu menyentil dahi Nesya. Nesya tak ingin banyak bicara. Ia segera berlari meninggalkan Pandu yang sedang terkeukeuh.

"GAK USAH CEMBURU SAMA ELLZYA! HATI GUE CUMAN BUAT LO!" Teriak Pandu saat melihat punggung Nesya menjauh dari hadapannya. Sontak Nesya segera membalikan tubuhnya. Dengan ragu, ia kembali berjalan ke tempat Pandu.

TO : PANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang