21. TO PANDU : Bus Incident

50 6 39
                                    

--Happy reading

Semenjak tadi, Pandu merasa gelisah sendiri. Ia terus bolak balik melihat kaca, melihat Nesya yang ada di bus sebelah. Laki laki itu merasa ada kekurangan ketika Nesya tak ada bersamanya.

Matanya langsung memerah ketika ia melihat Zian yang terus terusan bolak balik ke tempat Nesya. Ia hanya membelototi Nesya dari jauh. Untungnya, Nesya cepat tanggap akan hal itu.

"Gak bisa dibiarin ini!" Serunya berdiri dari tempat duduknya. Bus mereka sama sekali belum berangkat. Pandu kemudian menepuk bahu Nehand yang sedang asik bermain dengan ponselnya.

"Hand, gue tuker posisi ya. Lo sama Rachel di sini. Gue ke bus Nesya."

Nehand menyerngit kebingungan. Laki laki itu dengan ipod yang terpasang di telinganya itu, kemudian melepas ipod tersebut dan menatap Pandu bingung.

"Emang bisa?"

"Bisalah! Kan ada Mas Jaya."

"Ah lo mah bego! Mas Jaya mana ada ngurus ginian!" Seru Nehand menepak bahu Pandu. Pandu kemudian mengusap bahunya yang dipukul tadi.

"Ya, lo nya mau gak kalau lo sama Rachel? Urusan bisa nggaknya mah belakangan!"

Nehand segera menganggukan kepalanya antusias. Mana mau laki laki itu menolak Rachel. Kesempatan emas baginya jika dalam situasi seperti ini.

"Yoi, minggir lo," Sahut Pandu berjalan keluar kursinya.

Laki laki itu berjalan cepat menuju bus Nesya. Nampaknya semua orang sedang sibuk dengan persiapan mereka masing masing. Pandu masuk pun sepertinya tidak ada yang memperhatikan.

Pandu menepuk pundak Rachel yang sedang menggunakan ipod. Dengan matanya yang sinis, Rachel berbalik melirik pada Pandu yang berada di sisinya.

"Kenapa?" Ujar perempuan itu songong. Nesya segera berbalik. Melirik ke arah Pandu. Laki laki itu memberi senyum manis pada Nesya, tanpa menjawab pertanyaan Rachel sedikitpun.

"Gue kutuk tuli asli tau rasa lo!" Serunya yang kesal pada Pandu.

"Awas, gue mau duduk di situ," Sahut Pandu menyuruh Rachel pergi, agar ia bisa duduk di sebelahnya.

"Seenak jidat lo! Tempat gue ini!"

"Ya makannya lo minggir! Gue mau sebelahan sama Nesya!"

"Gue gak mau kali! Sana sana keluar! Lo menganganggu ketenangan gue demus nih!" Seru Rachel mendorong pundak Pandu. Namun perjuangan Pandu belum selesai dengan itu. Ia kembali pada kursi mereka, kemudian beralih menatap Rachel menggoda.

"Yakin lo gak mau duduk sama Nehand?" Serunya menopangkan dagu pada jok depan Rachel. Jujur Rachel tergoda. Perempuan itu berpikir pada dirinya sendiri ketika mendapat penawaran dari Pandu barusan.

"Kalau gue duduk sama Nesya, otomatis lo juga duduk sama Nehand. Secarakan gue duduk bareng Nehand," Ujarnya kembali meyakinkan Rachel.

"Emang gak akan ketauan OSIS?"

"Lo pegang id card gue. Lo diem di ujung jendela. Nanti kalau OSIS minta id, lo titipin aja ke Nehand."

"Terus lo gimana?"

"Yaa, gue juga pegang id card lo. Gue juga bakalan pake cara sama kayak lo. Lagian rajin banget OSIS meriksain orang. Babu juga manusia kali." Serunya menatap mata Rachel yakin. Nesya hanya memutar bola matanya jengah dengan negosiasi mereka.

Rachel menangguk antusias. Baru saja ia akan menyerahkan id cardnya pada Pandu. Tangannya segera ditahan oleh seseorang. Zian dengan angkuhnya merampas id card dari tangan Rachel tersebut.

TO : PANDU Where stories live. Discover now