CHAPTER 72 : THE COMING OF THE DEVIL KING

7.3K 1.1K 252
                                    

“Hah...Irene...aku melepaskannya juga pada akhirnya,” lirih kaisar yang malam ini tengah berkumpul dengan beberapa bangsawan, seluruh pihak akademi, dan beberapa orang lainnya yang pernah berhubungan dengan Irene maupun Kyrana. Dan tentu duke dan keluarganya juga berada di sana. Mereka tengah mendiskusikan tentang apa yang akan mereka lakukan di kekaisaran untuk memberikan penghargaan bagi Kyrana, sosok iblis jelmaan malaikat yang mereka patahkan sayapnya.

Namun, ditengah pikiran dan lamunan mereka, kaisar yang tengah membongkar dokumen-dokumen milik mendiang yang disimpan kaisar terdahulu, menemukan sebuah cincin.

“Aku tak menyangka jika benda miliknya masih ada di sini. Lalu...apakah sebaiknya kita berikan pada gadis itu? Aku yakin dia masih berada di kekaisaran ini.”

Mendengar hal itu, duke dan para putranya tergerak untuk ingin mengantarkannya. “Tolong biarkan kami yang mencarinya dan memberikan benda itu kepada dia, Yang Mulia.”

Lalu kaisar berpikir sejenak dan hendak memperbolehkan namun seseorang menghentikannya. “Yang Mulia, sebaiknya saya saja yang mengantarkan benda itu kepada Nona Irene, Yang Mulia.” Kaisar pun menatap sumber suara.

“Saya pikir Nona Irene tak ingin menemui siapa pun, tapi setidaknya saya pernah dekat dengan beliau. Jadi akan lebih baik saya mengantarkannya atau Nona Irene akan bertambah benci dan nanti tak ingin kembali jika melihat duke dan yang lainnya saat ini,” ucap pria berambut dan bermata biru itu, Tuan Zorte.

Mendengar itu, duke pun menunduk sambil menghela napas panjang membenarkan ucapan guru yang selama ini telah membantu putrinya itu. Kaisar yang melihat itu pun lalu memberikan cincin itu kepada Tuan Zorte.

“Baiklah...kau bisa mengantarkannya Zorte. Tapi apa kau tahu di mana dia?”

“Terimakasih, Yang Mulia. Saya masih ragu di mana dia jadi saya permisi dulu untuk mencari Nona Irene atau Nona Irene akan benar-benar menghilang dari sana.” Tuan Zorte berbalik pergi dengan diam-diam tersenyum seringai.

Setelah pria itu pergi Velix yang duduk di kursinya bertanya, “Ayah...kenapa Anda selalu mempercayakan Tuan Zorte?”

“Itu...aku tidak tahu. Aku hanya merasa dia dan Irene memiliki aura yang sama. Jadi aku pikir mereka akan akur.”

“Tunggu...aura yang sama?” tanya Cecillia yang sejak tadi juga duduk di sebelah ayah dan kakaknya.

“Ya, mereka terlihat mirip. Entah kenapa sejak aku menemukan Zorte saat dikucilkan semua orang ketika keluarganya meninggal, membuatku tertarik untuk membawanya. Tapi pada beberapa waktu kemudian dia menghilang lalu muncul lagi sebelum duke memperkenalkan Irene secara resmi padaku. Lalu saat itu dia juga memintaku untuk menjadikannya pembimbing Irene. Jadi kupikir mereka ditakdirkan bertemu.”

Mendengar hal itu, Cecillia masih diam mencerna ucapan kaisar. Ia memikirkan hal yang selama ini sedikit aneh. Dia baru sadar dengan keanehan selama ini. Suara, aura, dan tatapan mata itu, mirip dengan yang ia lihat pada sosok di masa kecil dulu.

“Tidak, mana mungkin dia si penculik berjubah,” kekeh Cecillia mencoba berpikir positif, tapi itu juga di dengar Ryan yang ada di mereka saat ini. Ryan pun ikut mencerna gumaman Cecillia yang dia yakini tentang guru mereka itu. “Tapi...itu mungkin saja,” gumamnya bingung.

Setelah itu, mereka kembali berbincang dengan para hadirin, tapi hingga seperempat jam kemudian, beberapa orang berpakaian putih mendobrak masuk ke aula itu.

Kaisar yang mengenali wajah salah satunya pun bertanya, “Sri Olyn...ada apa denganmu?”

“Yang Mulia...” Sri Olyn menetralkan napasnya yang sesak akibat tergesa-gesa dan melanjutkan perkataannya, “...para iblis telah keluar.”

I WAS BORN TO BE ALONE [END]Where stories live. Discover now