CHAPTER 36 : RIVAL

13.4K 2.1K 328
                                    

▪ Author POV

*greb*
Ia meraih tangan kanan Irene yang bertumpu di meja dan...

*cup*
Ia menciumnya.

"Hallo Nona Irene, senang sekali bertemu dengan Anda lagi." ujar laki-laki itu lembut dan tersenyum bahagia.

"......."
Seketika satu kelas tersebut terdiam. Mereka semua terdiam kaget dengan mata yang terbuka lebar. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

*brak*
"BRENGSEK!!" tiba-tiba Cecillia memukul meja dan berdiri sambil mengumpat keras sehingga semua orang serentak kaget.

"...Oh,hoho... Nona Latenac sepertinya...telinga saya sedikit bermasalah. Bisakah Anda mengulangi yang barusan Anda ucapkan tadi?" ujar Madam Khatman tersenyum sambil mengorek telinganya dengan anggun.

"Dasar Baj..." umpat Cecillia tak jadi karena melihat Velix memberi kode agar tenang. Ia kemudian duduk dan segera tersenyum.

"Owh, bukan apa-apa, hehe... Anda sangat luar binas..maksud saya, luar biasa, ya, haha~" ujar Cecillia tersenyum.

Sedangkan Velix, sebenarnya dalam hati ia juga sangat ingin memukul, atau lebih tepatnya menghancurkan meja kemudian mematahkan tangan dan menghancurkan bibir pria yang baru saja memegang dan mencium tangan Irene itu. Tapi, karena saat ini dirinya adalah seorang yang memiliki tanggung jawab dan martabat sebagai Putra Mahkota, ia harus sabar dan tidak gegabah.

'SIALAN! BAJINGAN!! BRENGSEK!! Ughh...Tenang...aku bisa melakukannya nanti.' bathin Velix dengan wajah tenang.

'Beraninya dia. Dasar #×ksl*hs#vzvs#cdjd?!*¥$bzx !!' pikiran Cecillia yang pura-pura senyum namun berwajah berkedut kesal.

Sementara, Irene hanya terpaku diam dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

'Oh? Apa... itu barusan? Apa...tanganku barusan dicium? 'Senang bertemu lagi' katanya?' pikir Irene mengernyit tak mengerti.

Di lain sisi, Ryan dengan setia tersenyum kemudian melepaskan tangan Irene dan segera duduk ke kursi di sebelah Irene.

'Astaga, kami akhirnya bertemu lagi. Aku memegang tangannya. Aku...bahkan menciumnya.' senang Ryan dalam hati dan masih tersenyum ramah ke arah Irene yang hanya menatapnya heran.

Semua orang masih mematung hingga akhirnya Velix angkat bicara.

"Madam Khatman, kami sudah siap belajar sekarang." ujarnya menatap sinis ke arah Ryan dan Ryan hanya membalas dengan senyumnya sehingga bathin Velix makin bergejolak.

"Ah, baiklah. Mari kita mulai pembelajaran kita hari ini."

.
.
.

Setelah tiga jam pembelajaran berjalan, waktu istirahat pertama akhirnya datang.

*teng...teng...teng...teng*
Suara lonceng berbunyi dan semua orang bersiap pergi istirahat.

Irene membereskan alat tulisnya kembali dan kemudian seseorang mengajaknya bicara.

"Nona Irene..."

"Hmm... ya?" jawab Irene atas panggilan teman sebangkunya itu.

"Apakah Anda masih ingat sa..."

*tap...tap...*
*greb...srek*
Ucapan Ryan terputus karena tiba-tiba Cecillia datang dan menarik tangan Irene pergi dengan cepat.

"Cecillia apa yang kamu lakukan?  Kemana kita akan pergi?" kaget Irene.

Mendengar pertanyaan Irene yang ia tarik keluar kelas dengan cepat, ia hanya membalas diam dengan wajah yang serius.

I WAS BORN TO BE ALONE [END]Where stories live. Discover now