CHAPTER 71 : DEATH PENALTY

7.6K 1.1K 221
                                    

Kini keadaan Kyeran, Grisella, dan Sophie sangat tidak baik. Mereka sangat dalam keadaan mengerikan. Mereka bagai mayat hidup. Mulai dari Kyeran yang menyesal akan perbuatan dan kesalahpahaman terhadap kakaknya sendiri, lalu Grisella yang pasrah dengan keadaan dari kesalahannya, dan kemudian Sophie yang sudah lupa akan pikirannya karena rasa sakit yang memenuhi sekujur tubuhnya. Dibenak mereka sekarang hanya ada kata mati, tak kuat lagi menahan rasa sakit, belum lagi siksaan dari beberapa penjaga seperti mereka memperlakukan Kyrana dahulu.

Ketiga orang itu sudah melewati sidang resmi. Kasus tentang penjebakan Kyrana hingga alasan Kyrana yang dikendalikan untuk melukai duchess juga telah terungkap. Semuanya mereka lakukan dengan sadar dan juga ada bukti jika mereka menolak bantahan dari korban sehingga mereka dijatuhi hukuman yang setimpal.

Sementara itu, Luwen, ia hanya dipenjara untuk waktu yang panjang dengan rasa bersalah dan penyesalan. Lalu para bawahan mereka dipenjarakan juga serta ada pula para bangsawan dari mereka yang akhirnya diturunkan menjadi status budak, lalu diasingkan.

Mereka semua penuh rasa penyesalan. Bukan hanya mereka, tapi seluruh Southchester juga merasa bersalah akan kehidupan Kyrana dan putrinya yang telah jauh dari kata bahagia.

Hanya ada kata maaf yang bisa mereka ucapkan dari mulut dan hati mereka.

Di sisi lain, Irene kini tengah berada di medan perang bersama seluruh pasukan Southchester. Ada juga Velix, Ryan, Phillip, duke, dan lainnya. Mereka semua berkumpul dalam perang besar itu. Hingga kini, Irene mendominasi area pertempuran dengan mata kanan yang sudah menjadi mata khas ras iblis itu.

Wajahnya hanya ada seringai tajam. Tanpa perasaan dia menebas semua orang hingga tewas. Ya, itulah sifat pembunuh dari wujud iblisnya. Semua pasukan hanya bisa menatap Irene takut dan membantu melawan beberapa pasukan musuh. Tapi tatapan mereka juga menatap sendu terutama duke dan keluarganya.

Hingga akhirnya, Irene kini telah masuk ke istana besar dan berhadapan dengan Kaisar Yixwitch yang juga ahli dalam sihir. Tapi dengan mudahnya Irene menyerang pria paru baya yang bertubuh tegap itu. Irene kini sudah diselimuti oleh darah dari sebagian besar penghuni kekaisaran yang ia bunuh. Tak ada setetes darah yang adalah miliknya di sana. Rambut dan bajunya penuh percikan darah, Irene benar-benar terlihat bak iblis mengerikan. Semuanya menatap takut tapi mereka harus sadar, jika iblis itu muncul akibat ulah mereka. Panggilan iblis pada gadis itu menjadi nyata, kini tak ada yang bisa mengelak dari kenyataan itu.

Irene dengan mudah menusuk, menghempas, dan memenggal kepala kaisar itu. Tapi matanya hanya menatap datar tersirat keinginan besar untuk membunuh lagi.

Irene menurunkan pedangnya yang berlumuran darah. Dia menatap langit menetralkan perasaan penuh gejolaknya. Dia masih butuh pelampiasan.

Tapi, dia tak ingin berlama-lama karena sebentar lagi waktu bagi orang-orang itu akan habis. Ya, tinggal dua hari lagi bagi Kyeran dan keluarganya untuk bernapas. Dan sudah hampir dua Minggu pula Irene masuk ke dalam peperangan lalu membabat habis seisi Kekaisaran Yicwitch yang sebagian besar berisi penduduknya yang bukan hanya penyihir saja tetapi juga pengkhianat dari berbagai kekaisaran. Pantaslah jika kekaisaran itu sangat ingin merobohkan kekaisaran yang lebih besar darinya.

Tapi...kekaisaran itu kini sudah lenyap oleh tangan Irene.

Irene pun kembali ke Southchester sendirian pada malam itu juga, meninggal semua tatapan yang sulit diartikan untuknya. Lalu pasukan lain pulang hingga tiba di gerbang kekaisaran pada siang hari keesokannya. Semua penduduk Southchester hanya menyambut mereka dalam diam, tak semeriah biasanya karena kemenangan ini adalah milik Irene. Jadi Irene-lah yang pantas untuk segala ucapan terimakasih, namun mereka sendiri merasa tak pantas berhadapan dengan gadis itu.

I WAS BORN TO BE ALONE [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin