Anya jadi terpikir akan keputusannya 9 tahun yang lalu.

Kenapa aku membawanya masuk ke hidupku?

Wajah Anya berubah datar lalu tersenyum kecil. Dirinya tau harus melakukan apa.

"Aku bisa bilang kalau anak itu sudah kembali ke orangtua aslinya, bukan?" gumam Anya bersedekap dada.

Akhirnya ada jalan keluar.

Anya membalikkan badannya, hendak pergi ke kamarnya. Namun langkah Anya terpaksa berhenti saat Anya mendengar suara bel rumahnya berbunyi.

"Siapa yang datang?" Anya bertanya pada dirinya sendiri.

"Pak Paus, ya?"

"Atau mungkin anak sial itu sudah kembali?"

Ia terpaksa melangkah menuju pintu utama. Ingin membukakan pintu.

Ceklek

Pintu terbuka dan Anya mematung menatap tiga pria yang berdiri di depannya.

"Apa anda orangtua Zahra Amorva?"

"Anya? Ada siapa?"

Anya membalikkan badannya, menatap Nathan yang sudah berganti pakaian. Nathan datang menghampiri Anya dan mengernyitkan dahinya.

"Ada keperluan apa, ya?"

"Apa kalian berdua orangtua dari Zahra Amorva?"

Nathan mengangguk.

Ketiga orang di depannya menatap satu sama lain.

"Kami dari pihak kepolisian ingin membawa anda berdua ke kantor polisi sekarang."

Mata Nathan membulat kaget, begitu juga Anya.

"M-maksudnya?"

"Kami akan jelaskan kronologi rincinya di kantor polisi nanti, sekarang ikuti kami."

Anya menggeleng tidak mau. "Kami tidak mau mengikuti orang aneh seperti kalian!"

Salah satu polisi menahan tangan Anya karena Anya hendak kabur. Tanpa ragu polisi tersebut memborgol tangan Anya. Polisi lainnya pun ikut memborgol tangan Nathan.

"APA-APAAN INI!?"

"Kalian berdua dicurigai melakukan tindakan kekerasan pada anak. Jangan terus menolak ikut karena kami tidak segan-segan menarik kalian ke kantor polisi secara kasar."

Wajah Anya memucat.

"K-kekerasan pada a-anak?"

Ternyata gadis sialan itu melaporkan tindakannya pada polisi!

Nathan terlihat kebingungan. Sama sekali tidak mengerti.

"Ikuti tuntunan kami dan semua akan berjalan secara lancar tanpa kekerasan."

Axel menatap wajah Valetta yang tengah tertidur di mejanya.

Kelas sedang kosong karena sudah pada ke ruang ekskul masing-masing. Axel sendiri menyuruh Eros dan Ghevan pergi dulu karena ia ingin menemani Valetta yang sedang tertidur nyenyak.

"Semalam enggak tidur ya?" Axel bertanya lirih, matanya tidak dapat berpaling dari wajah tenang Valetta.

Saat tidur. Valetta terlihat sangat menggemaskan. Wajah sangar dan datar yang biasa ia tunjukkan kini hilang.

Indigo Tapi Penakut | ENDWhere stories live. Discover now