Alter

294 39 4
                                    

Di siang hari, terdapat sepasang kekasih yang sudah lemas karena cuaca pada hari itu sangat panas. Sialnya, pada saat itu listrik sedang padam. Terlebih lagi mereka sedang berada di kantor detektif milik [name] yang pengap dikarenakan terdapat banyak barang. Mereka berdua semakin tersiksa. [Name] mengipasi badannya dengan map file yang ada di mejanya, kalau Ryu sudah berbaring tidak berdaya di sofa.

"Panas......" Ryu bergumam lemas, seakan-akan nyawanya sudah berada diambang batas. "Astagaaa.... kapan listriknya akan menyala lagi?"

Sang gadis yang sekarang memiliki status sebagai tunangan Ryu menghela nafas panjang, "Aku bersyukur hari ini tidak klien yang datang."

"Yahh kau benar. Terakhir kali kita menerima kasus pencarian orang yang diduga sebagai korban bully. Itu sangat berlebihan. Maksudku, bukankah para pembully itu masih SMP? Hanya untuk membully anak itu, mereka sampai menyewa penjahat. Dasar anak muda zaman sekarang."

[Name] diam. Tiba-tiba dirinya teringat sebuah memori kelam yang sudah lama dia lupakan. Ekspresi wajahnya langsung berubah drastis. Merasa perkataannya tidak disahuti, Ryu menolehkan kepalanya kearah [name].

"[Name]? Kau tak apa?" Pertanyaan nya tidak dibalas.

"Hei..." [Name] masih melamun. Ryu akhirnya berdiri dan berjalan kearahnya. Tangannya menjepit dua pipi [name] hingga mata kekasihnya menatapnya.

"Katakan, apa yang menganggu pikiran mu?"

" .....Tidak ada....."

"Jangan coba-coba untuk berbohong. Wajahmu terlihat sedih tadi. Jujur, apa ada yang menganggumu?" Tangan [name] bergerak untuk melepas jepitan tangan Ryu. Kepercayaan diri [name] menurun ketika menatap mata Ryu. "Ini bukanlah hal yang menyenangkan untuk didengar olehmu."

Tatapan Ryu semakin menjadi serius. "Ceritakan saja."

Menghembuskan nafas panjang, [name] berdiri dari duduknya dan menatap jendela yang berada dekatnya.

"Ini adalah kisah saat aku masih anak-anak. 12 tahun yang lalu, lebih tepatnya ketika aku masih berumur 10 tahun, saat aku pindah ke sekolah baru..."

°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°

"Nee nee, lihatlah gadis itu. Bukankah dia terlihat aneh? Rambutnya berwarna pirang dan wajahnya terlihat berbeda dari kita."

"Kau benar juga. Dia terlihat aneh. Sikapnya juga aneh. Dia daritadi hanya diam. Terlihat seperti boneka saja."

"Bagaimana jika kita mengganggunya? Itu terdengar menyenangkan bukan?"

"Ide yang bagus! Sepulang sekolah nanti ya!"

"Uhm!"

Sementara itu gadis yang mereka bicarakan— maksud ku, itu aku. Aku yang mendengar semua bisikan beserta rencana beberapa murid kelas ku hanya bisa berdoa agar aku dapat menghindari mereka saat pulang. Ini merepotkan, sungguh.

Setelah pelajaran hari ini selesai, dengan segera aku melangkahkan kakiku menuju keluar. Tapi keberuntungan tidak berpihak padaku. Gerombolan murid-murid yang berencana untuk mengganggu ku sudah menghalangi jalanku.

"Nee nee, bisa ikut kami sebentar?"

"Maaf... tapi aku sudah dije–"

"Ayolah! Hanya sebentar saja kok!"

Gadis tadi langsung menyeret kasar tanganku menuju ke halaman belakang sekolah. Dia langsung mendorong punggungku dengan keras hingga wajahku menabrak tanah.

Me and Sword Art OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang