"GUE YANG BAWA LO KE SANA DIAM-DIAM! KALAU GUE GAK LIHAT, LO PASTI UDAH MATI DI SITU!"

Wajah Zahra berubah datar. "Lo yang bawa gue ke rumah sakit?" tanyanya lirih.

Nikol tidak merasa aneh dengan perubahan Zahra. Ia malah mengangguk cepat, "Iya, gue! Sekarang lo mending ikut keluarga g-"

"Gara-gara lo... Gara-gara lo, Mama jadi makin benci sama gue. Dia ngira gue udah ngelanggar janji... Gara-gara kejadian itu, dia makin enggak sayang sama gue," Zahra menggumamkan kata-katanya pelan.

"PUAS LO BUAT HIDUP GUE MAKIN SENGSARA!?"

"JANGAN PERNAH LAGI LO DATANG KE HADAPAN GUE! GUE BENCI SAMA LO!"

Nikol menahan tangan Zahra. "Lo kenapa sih!? Susah banget buat nerima kenyataan? Lo seakan tau kalau Mama lo salah tapi lo tetap mengelak!"

Zahra berusaha menepis tangan Nikol namun dirinya terlalu lemah. Lemah karena baru saja beberapa hari yang lalu mendapat 'hadiah' dari Mamanya akibat sebuah kesalahan yang ia lakukan.

"Mama gue gak salah, dia cuman mau lakuin yang terbaik buat gue. Udah banyak hal baik yang dia lakuin ke gue, pukulan kecil kayak gitu gak seberapa sama perjuangan dia!"

"Perjuangan? Perjuangan buat jadi pelakor? Buat ngajarin lo biar sama kayak dia juga? Sesat, woi! Dan pukulan kecil? Apa mengakibatkan pendarahan masih tergolong kecil?"

Wajah Zahra memerah penuh amarah. Sekuat tenaga dirinya menepis tangan Nikol, akhirnya lepas.

Zahra kembali melemparkan satu tamparan ke wajah Nikol.

"Jangan ikut campur sama kehidupan gue. Gue tau Mama gue sama Mama lo bukan saudara yang akur. Jadi cukup lo diam dan jangan ikut menjelekkan Mama gue."

Indigo Tapi Penakut | ENDWhere stories live. Discover now