Bajingan Amatiran

1K 75 6
                                    

Subuh ini, sepertinya aku akan melewatkan kewajibanku. Maafkan hamba ya Allah. Ini darurat.

Aku menatap tajam seorang pria yang sedang tersenyum smirk kepadaku. Nyalinya tidak menciut meski kerah bajunya sudah aku tarik ke atas. Memang dasarnya seorang bajingan, tak akan takut menghadapi seorang sepertiku, yang hanya orang biasa di matanya.

Entah apa yang dia cari, kenapa harus mempersulit hidup banyak orang.

“Bagaimana kajutan dariku? Ah ... sebetulnya ini belum selesai. Rupanya kamu nggak sabaran ya!” ucapnya sambil tersenyum meremehkan.

Bugh!

Dia sudah tersungkur di atas rerumputan. Namun, rasanya pukulanku kurang keras, nyatanya dia masih bisa tertawa. Benar-benar orang sinting!

“Roland, Roland, ups! Gus Rasyid maksudnya.” Dia tertawa kembali. “Kamu merasa heran nggak sih? Kita ternyata sama bejatnya, ya! Tapi aku rasa lebih bejatan kamu,” lanjutnya.

Langsung saja aku menarik kembali kerah lehernya hingga dia merasa kesulitan untuk bernafas.

“Jangan menilai seseorang hanya dengan presepsimu saja. Dan, jangan samakan aku dengan dirimu.”

“Kenapa? Tidak adil rasanya, jika orang sepertimu bisa mendapatkan Bella. Sedangkan aku tidak. Bukankah kita sa—“

Belum sempat dia menyelesaikan perkataannya, aku sudah melayangkan pukulan kembali dan tepat mengenai hidungnya. Cairan kental berwarna merah sudah merembes keluar dari hidungnya.

“Dia tidak pantas untuk orang sepertimu, Afan!”

“Kasihan kamu, Roland. Sebentar lagi kamu pasti akan kehilangan janin yang bahkan belum kamu ketahui keberadaannya.”

Aku berusaha mencerna perkataannya. Siapa yang tengah mengandung? Apa mungkin ...?

Langsung saja aku memukulnya, membabi-buta tanpa ampun. Aku tidak habis pikir, orang sepertinya bisa berbuat sedemikian hinanya, demi menghancurkan rumah tanggaku. Melalui Gerald yang kebetulan memiliki hutang lumayan banyak kepadanya, dan dengan teganya dia menyekap Gerald lalu memanfaatkan kepolosan Nada. 

Dia merekayasa kejadian jika Gerald tengah ditangkap Polisi, hingga membuat Nada terpaksa mengikuti seluruh perintahnya. Menjadikan Nada sebagai alat untuk memisahkan aku dengan Bella.

Lalu sekarang dia telah mengakui menjadi dalang di balik hal buruk yang sebentar lagi akan menimpa Bella. Jika hal buruk sampai benar-benar menimpa istriku maupun janin yang tengah dia kandung, aku tak akan pernah memaafkan Afan.

Dengan kasar Edo menarik lenganku yang hendak memukul wajah Afan yang sudah tak berdaya.

“Sudah Syid, dia sudah tak berdaya.”

Aku terduduk di samping Afan terbaring. Wajahnya sudah tak berbentuk dan dipenuhi bercak darah.

“Makasih Mas, maaf aku harus merepotkan kalian,” kata Gerald yang berdiri di depanku.

“Sudah, sebaiknya kita cepat pergi. Selagi anak buah Afan masih belum sadar semua.”

Aku memperhatikan halaman rumah kosong yang menjadi tempat Afan menyekap Gerald, sudah dipenuhi anak buahnya yang telah terkapar di atas rerumputan. Aku hendak beranjak menyusul Edo dan Gerald, namun suara Afan memanggil membuatku menoleh kepadanya.

Salam Rindu dari Gus RasyidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang