Hasrat yang Memaksa

919 69 9
                                    

Mungkin ini konsekuensinya dari menyia-nyiakan orang yang sudah berusaha memperbaiki luka lama. 

Merasai semua kasih sayang yang dia berikan tanpa memikirkan bahwa, sudah seharusnya membalas dengan rasa yang sama pula.

Saat diri ini terlena dengan suapan cintanya, mulai terbiasa dengan hadirnya, dan tanpa disadari pengharapan mulai menemui tuannya. Tetapi, secara bersamaan, harapan dipaksa menyudahi karena keadaan yang tak memihak hati untuk memiliki seseorang yang menempati.

Kepercayaan yang mulai Bella bangun kembali, harus tergantikan dengan rasa kecewa, karena lagi-lagi dia dibohongi. Salahnya, dia sudah berusaha mempercayai bahkan menaruh harapan kepada orang yang sudah berkali-kali menyakiti.

Entah siapa yang salah di sini. Hatinya yang mulai berharap, atau memang gus Rasyid yang selalu membodohinya dengan mulut-mulut manisnya.

“Nikahi dia, Gus. Bagaimanapun anak itu butuh sosok ayah,” katanya dan langsung menghampiri sang Mertua yang sudah menangis di sofa.

Direngkuhnya tubuh Nyai Khoiriah, lalu menangis bersama, meratapi nasib hatinya yang selalu terluka karena pria. Meski cinta yang cukup dalam untuk sang Suami belum juga hadir, namun tak bisa dipungkiri hatinya tetap terluka.

Karena sebagai seorang istri, pengharapannya pasti hanya bisa menjadi satu-satunya wanita yang mendampingi pria yang sudah menjadi suaminya.

Sangat sulit untuk ikhlas, jika perihal dimadu.

Egois.

Memang dirinya egois, tanpa ingin terluka namun sulit untuk membalas cinta dari orang yang sangat mencintainya. 

Tapi soal rasa cinta, sekarang menjadi pertanyaan besar yang menghantui pikirannya.

Benarkah sang Suami mencintainya, atau hanya tipu daya yang ingin melukainya lagi?

Kenapa hal ini harus terjadi saat dirinya mulai membuka hati untuk suaminya?

Kenapa, semua keraguan dan dugaan-dugaan buruk semakin meyakinkan hatinya sekarang?

Dirinya yang tak pernah pantas mendapatkan cinta suci dari seorang pria.

Apa mungkin sudah saatnya menyudahi semua sandiwara ini, menampilkan wajah asli dari pernikahan yang tidak bahagia tanpa adanya cinta.

Jika memang wanita itu cintanya, sudah seharusnya dia yang dinikahi bukan?

“Nad, aku harap kamu akan jujur kepada semua orang. Sebelum kesalahpahaman ini akan merugikan banyak orang.”

“Kamu lupa, mas? Ini anak kita berdua.”

“Dia bukan anakku!” bentak gus Rasyid.

Tanpa aba-aba, papanya Nada yang sudah tersulut emosi langsung menghampiri gus Rasyid dan memukulinya. Papanya Nada semakin menggila bahkan tidak menyadari jika pria yang dipukulinya adalah putra bungsu dari seorang Kyai. 

Gus Rasyid membiarkan dirinya babak belur, berharap wanita yang dicintainya akan datang dan membelanya. Sebagai ajang pembuktian, bahwa sang Istri telah mencintainya lagi.

Salam Rindu dari Gus RasyidWhere stories live. Discover now