Kejutan saat Pulang

953 67 2
                                    


Gus Rasyid mendesah saat tidurnya terganggu oleh suara handpone yang tidak berhenti berputar sedari tadi. Tanpa membuka mata, tangannya bergerak mengarah ke nakas, mencari handpone yang bergetar dan langsung menggeser panel hijau.

“Hmm ...,” ucapnya pertama kali saat menerima panggilan itu.


“Eh ... Bel. Kamu jadi pulang besok pagi? Rencananya sih, aku masih mau jalan-jalan sekalian liburan gitu. Kalau kamu mau, ayo ikut besok ....”

Gus Rasyid langsung menjauhkan handponenya dan memicingkan mata membaca nama pemanggil yang tertera di layar. Dirinya terkejut dengan waktu yang sudah tengah malam, ada seorang pria yang menelepon istrinya.

“Gus Ali juga ikut,” lanjut sang Penelepon.

“Maaf gak bisa, kita harus pulang besok.” Gus Rasyid langsung menutup panggilan itu tanpa menunggu jawaban dari penelepon yang tak lain adalah Ilham.

Di tempat lain Ilham mendesah dengan kelakuan Gus sepupu iparnya, bisa-bisanya dia minim akhlak. Lagian bagus juga sih, kalau Gus Rasyid dan Bella tidak bisa ikut. Dirinya tidak perlu khawatir dengan kehadiran Gus Rasyid yang meresahkan baginya. Kenangan dulu masih teringat jelas, saat Gus Rasyid menjadi rivalnya. Dan itu cukup membuatnya waswas dengan kegilaan yang pernah dilakukan Gus Rasyid.

“Gimana, Mas? Bella sama Gus Rasyid jadi ikut?” tanya Asma yang masih menggendong Delisa.

“Mereka gak bisa, dek. Mereka ada kepentingan dan harus segera pulang.”

“Oh ... gitu ya?” Terlihat jelas raut kekecewaan dari wajah Asma. Membuat Ilham yang memang merupakan tipikal orang pencemburu, langsung terbakar oleh api cemburu.

“Sedih ya, dia gak bisa ikut?” tanya Ilham.

Asma mengangguk. “Iya, padahal udah kangen pengen jalan bareng.”

“Ya udah kita batalin aja kalau gitu.”

“Eh ... janganlah Mas. Kasihan Arka nanti kamu PHPin, ‘kan udah kamu janjiin dari awal mau diajak jalan-jalan.”

“Daripada kamu kepikiran sama dia.”

Alis Asma mengerut melihat perubahan sikap suaminya yang menjadi jutek. “Maksud Mas apasih? Emang salah ya, kalau aku kangen pengen jalan bareng sama sahabat aku sendiri. ‘Kan Mas tahu sendiri, gimana persahabatanku sama Bella.”

“Oh ... gitu ya? Kirain kangennya sama si Itu,” ucap Ilham sambil menahan senyum.

**

Sore ini akhirnya gus Rasyid dan Bella sudah sampai di kota tempat tinggal mereka, setelah sebelumnya mampir terlebih dahulu di Bondowoso, di rumah Atmo. Bella kini sudah paham dengan kondisi yang dialami gus Rasyid kemarin. Sungguh tidak mudah melewati segala masalah dengan kepala dingin. Bella cukup kagum dengan sikap gus Rasyid yang tidak marah sedikit pun kepadanya, atas sikapnya. Dia juga tak memaksa Bella untuk memahami kondisinya.

Rasa kasihan mulai menyelimuti hatinya, melihat wajah lelah suaminya. Pantas saja kapan hari dia sampai kelelahan dan tidur dalam pelukan Bella, rupanya malam berat telah dia lewati.

“Gus, ganti aku yang nyetir sekarang!” Entah sudah yang ke berapa kali Bella memohon kepada suaminya.

“Udah tanggung bentar lagi nyampek. Kamu telat nawarinnya,” kata gus Rasyid yang tersenyum karena berhasil membuat istrinya cemberut. Dia memang sengaja menolak permintaan Bella semenjak pulang dari rumah Atmo, yang ingin bergantian menyetir dengan dirinya. Dia bukan tipikal pria yang suka menyusahkan wanitanya, justru dia bisa sangat memanjakan wanita yang dia cintai.

Salam Rindu dari Gus Rasyidजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें