Sembilan Belas Detik

815 54 6
                                    

“Abi ... apa Abi yakin, putra kita akan melakukan hal serendah itu?”

Kyai Lutfi menghela nafas panjang, dirinya juga masih dibuat bingung dengan apa yang didengar kemarin siang. Hingga kabar gus Rasyid yang telah menghamili seorang gadis membuatnya hilang kendali. Seumur-umur tak pernah sekalipun dia berani memukul putra maupun putrinya. Dan sekarang, hanya karena tuduhan tanpa bukti dia sudah melayangkan sebuah tamparan di pipi gus Rasyid.

“Abi boleh bersikap tegas, tapi Abi harus mendengar dari kedua belah pihak. Abi seharusnya mendengar terlebih dahulu penjelasan dari putra kita. Apa Abi tidak kasihan dengan menantu kita, pernikahan mereka masih seumur jagung. Bagaimana perasaannya saat mendengar berita buruk kemarin? Umi tidak tega lihat Bella, Bi. Bagaimanapun dia wanita pilihan kita.”

“Iya, Umi. Abi paham. Tapi bagaimana jika bukti sudah jelas-jelas ada. Biarkan Rasyid mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau soal Bella, Abi pasrahkan semua keputusannya sama dia. Bagaimanapun perihal dimadu, bukanlah hal yang mudah diterima oleh para istri di mana saja.”

“Maksud Abi, Abi Ridho kalau mereka berpisah, hanya karena wanita hamil yang tidak diketahui siapa ayahnya yang sebenarnya?”

“Bagaimana kalau itu benar-benar cucu kita, Mi?”

“Kenapa Abi bisa seyakin itu? Bukankah Abi selalu mengingatkan orang lain untuk bertabayun dulu, lalu kenapa Abi sekarang dengan mudahnya menerima tuduhan yang belum tentu benar.”

“Umi tidak tahu, bukan cuma foto yang jadi bukti. Video berdurasi sembilan belas detik pun ada, Umi. Lalu tidak jelas bagaimana? Abi malu, Abi juga merasa sangat berdosa di hadapan Allah, karena telah lalai dalam hal ini.”

“Tapi Bi ... bukankah hal seperti foto ataupun video mudah dimanipulasi di jaman sekarang. Sampai saat ini, Umi tidak akan percaya. Umi akan lebih percaya sama Rasyid, putra yang aku lahirkan.” Nyai Khoiriyah terisak di samping Kyai Lutfi.

Jika sudah seperti ini, situasinya semakin sulit untuk menemukan titik terang.

Sampai sekarang Kyai Lutfi masih saja merasa ragu dengan perubahan sikap gus Rasyid. Dengan kejadian ini, dirinya ingin menguji sebagai besar keseriusan putranya dalam menyelesaikan masalah ini. Jika memang, bukanlah gus Rasyid pelakunya, semoga putranya itu bisa segera menemukan pelaku yang sebenarnya.

Tok-tok-tok!

Kyai Lutfi langsung bergerak ke arah pintu, meninggalkan Nyai Khoiriyah yang masih menghapus bekas air matanya.

“Ngapunten Abi Kyai, Simbah pingsan di kamar,” ucap salah seorang kadamah yang sering dibawanya pergi.

Dengan segera Kyai Lutfi pergi dan diikuti Nyai Khoiriyah di belakangnya. Sesampainya di kamar sudah terlihat Bella yang sedang menangis, dengan memangku kepala simbah di lantai. Tak menunggu lama, simbah langsung dibawa ke rumah sakit terdekat.

**

“Mas aku mohon, bantu aku sekali ini saja,” kata Nada yang bersimpuh di kaki Rasyid.

Gus Rasyid semakin merasa tidak nyaman, karena sekarang dia sudah menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung cafe, tempat yang sudah mereka janjikan sebelumnya.

Siang ini, dia ingin segera menyelesaikan urusannya dengan Nada. Dia tidak ingin kerenggangan hubungannya dengan sang Istri, malah menyebabnya keretakan pernikahan mereka.

Salam Rindu dari Gus RasyidWhere stories live. Discover now