Bagian Tiga Puluh Satu

4K 507 68
                                    


Sean merasa ada yang aneh dari Rara, mama nya. Karena sedari tadi wanita paruh baya dengan tubuh mungil dan juga wajah menggemaskan itu selalu menempel pada dirinya, bahkan saat Papa nya pulang Rara hanya menoleh sekilas dan balik memeluk nya kembali.

"Mama kenapa sih?" Tanya Sean kebingungan, namun tak urung dirinya membalas pelukan Rara. Bahkan Rara memeluk pinggangnya dengan erat, membuat Varo uring-uringan merasa cemburu.

"Ma, masa papa pulang dianggurin?" Lemas Varo merasa cemburu buta pada anaknya yang menang banyak, Sean tersenyum mengejek kearah papa nya membuat Varo mendelik kesal.

"Mama mau sama Sean aja" Jawab Rara menolak mentah-mentah ucapan Varo.

"Yaudah papa pergi aja" Kesal Varo lalu hendak mengambil kunci mobil, tetapi tangannya dicegah oleh Rara.

"Kamu mau ninggalin aku?" Tanya Rara dengan mata berkaca-kaca, bahkan dia melupakan Sean begitu saja dan beralih memeluk Varo dari belakang.

Varo awalnya tersenyum lalu merubah wajahnya menjadi pura-pura marah, dan berbalik melepas pelukan Rara. Itu sukses membuat tangis Rara pecah begitu saja, semua orang kebingungan.

"Mama nape sih bang?" Bisik Rafa pelan, takut-takut Rara mendengarnya dan malah marah-marah.

"Mana gue tau" Jawab Sean sambil mengangkat bahunya sekilas.

"Kan kamu sendiri yang gak mau sama aku Ra" Ucap Varo sengaja dengan nada dingin, membuat Rara mengencangkan tangisnya hingga sesenggukan.

Sean dan Rafa geleng-geleng kepala, mengapa mama nya yang usianya sudah tidak muda lagi masih kekanakan, bahkan tampang Rara saat ini seperti seorang remaja yang baru saja diputusi kekasihnya, merengek bagai bayi yang menggemaskan.

"Nda kok, Rara gak gitu" Bantah Rara sambil memeluk lengan Varo sambil melengkungkan bibirnya kebawah. Oke tenang, Varo tidak boleh goyah!

"Boong! Aku keluar dulu, capek disini" Varo mencoba melepas pelukan Rara, namun bukannya terlepas yang ada malah semakin erat sangat.

Rafa menopang dagu menatap kedua orang tua nya, dia merasa seperti sedang melihat sebuah drama rumah tangga. Apalagi mama nya sungguh lucu saat ini, Rafa menahan gemas.

"Please.. Rara gak mau ditinggal hiks.." Isak Rara makin uring-uringan, bahkan kakinya ia hentakan dilantai berkali-kali.

Varo tak kuat, Rara selalu menggunakan jurus menggemaskan itu membuat Varo tak mampu menolak pesona dari Rara. Dengan cepat pria itu memeluk istrinya dan mengecup bibir nya, Sean dan Rafa menoleh ke arah lain dan mendengus.

"Emang gak tau adab cara menghargai anak nih aki-aki" Kesal Sean dengan suara pelan, bahkan dirinya merasa geram dengan kedua orang tua nya yang selalu saja seenaknya melakukan hal-hal plus didepannya, paling mentok berciuman.

"Oke, aku gak jadi pergi" Cengir Varo membuat Rara senang bukan main.

"Yeayy!!" Rara tertawa senang sambil bertepuk tangan, astaga ada yang aneh dengan wanita satu ini, membuat Sean, Rafa bahkan Varo menerka-nerka apa yang terjadi.

"Menurut lo mama kenapa?" Tanya Sean, seperti hendak mengajak taruhan.

"Bunting" Jawab Rafa dengan cepat, membuat Sean langsung menoleh dengan pandangan kaget. Kenapa ia tidak berpikiran kesana?

"Njir, bener juga lo" Gumam Sean.

"Mama meski gemesin tapi gak kek sekarang, tambah gemesss" Geram Rafa sambil menggerakkan tangannya seolah sedang mencubit pipi Rara.

"Bener. Keknya bunting deh, ntar kita selidiki"

Rafa mengangguk setuju, lalu bertos ria bersama Sean. Kedua anak lelaki itu mulai menerka-nerka apa saja yang akan mereka selidiki nanti.

"Btw bang, gue gak pernah denger suara anu dari kamar mama sama papa. Masak mama hamil gitu aja tanpa gituan ?" Tanya Rafa yang bahkan sepertinya faham akan hal-hal plus seperti itu.

"Paling kamar mama sama papa tuh kedap suara" Tebak Sean tepat sasaran.

"Oh iya bang benar-benar" Rafa mengangguk setuju, lagi.

"Cara ngecek orang hamil gimana?" Tanya Rafa.

"Pake testpack bodoh!"

"Ya kan gue gak tau, orang gue kagak pernah hamil"

"Lo kata gue pernah hamil?"

"Lah gue kagak bilang kek gitu"

"Lo ngomong kalo Lo gak pernah hamil, makanya Lo gak tau cara tes kehamilan. Sedangkan gue tau, berarti gue pernah hamil gitu maksud Lo?" Sinis Sean pada Rafa yang kurang ajar.

"Perasaan yang hamidun tuh mama deh, kok lo yang sensian sih babi?" Rafa ikutan kesal.

"Kurang ajar lo ngatain gue babi, gini-gini gue abang lo ya badut!"

"Bodoamat!"

"Dasar beban keluarga!"

"Mirror lo jerawat kunti!"

****

"Mbak, ada testpack ?"

Mbak-mbak yang ditanyai pun merasa gugup, bukan! Bukan karena dirinya diajak ngobrol oleh pria tampan. Tapi karena yang membeli ada dua cowok, membuatnya berfikir bahwa mereka berdua pasangan gay yang salah satunya... Ah begitu, kalian pasti tau.

"T—tapi mas, cowok kan gak bisa hamil" Ucap mbak-mbak apotik tadi, membuat Sean dan Rafa mengerutkan alisnya.

"Huh?" Beo Rafa dan Sean bersamaan dengan wajah begitu cengo, merasa tak faham dengan ucapan mbak-mbak apotik itu.

"Kalian.. pasangan belok kan?" Cicit mbak tadi takut-takut, membuat Rafa dan Sean refleks beristighfar dalam hati dan berteriak keras.

"APA?!"

Gadis penjaga apotik itu tersentak hingga menutup telinga, bahkan beberapa orang disekitar mereka langsung menatap mereka risih karena berteriak.

"Wah! Mbak nya kurang ajar banget!" Kesal Rafa, dirinya bahkan merasa jijik.

"Darimana sih kita keliatan uke seme?!" Ucap Sean dengan suara pelan, menegaskan bahwa mereka itu normal.

"Kita nih adik kakak! Mau beliin testpack buat mama, mau tes hamil apa kagak, malah difitnah guy ! Sakit hati gue sumpah mbak" Ucap Rafa menggebu-gebu, merasa sangat terhina dirinya sekarang.

"Ma—maaf mas, saya gak bermaksud" Cicit mbak tadi sambil meminta maaf berkali-kali.

"Jadi beli kan?" tanya mbak tadi.

"Udahlah, gak minat gue beli disini!" Kesal Sean lalu pergi begitu saja dari apotik itu disusul dengan Rafa yang mendengus kesal pada mbak tadi.

"Ganteng-ganteng gay !" Batin mbak nya kesal karena Sean dan Rafa tak jadi beli, emang mbak nya sih yang ngajak gelud.

****

Lanjut apa gak nih guys?

Ayo spam komen! Atau mau curhat? Sini, ntar author jawabin sksk..

Tentang SeaNaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang