Bagian Dua Puluh Satu

5.9K 780 181
                                    







Varo menghela nafas ketika Sean naik ke pangkuannya, lalu memeluk lehernya dengan erat sambil sesenggukan. Varo hanya diam tanpa membalas pelukan anaknya, karena dia sedang mode marah.

"Papa! Maafin Sean ya" Isak Sean sambil memohon, memeluk erat sang papa agar segera luluh, namun yang ada papa nya hanya diam.

"Salah kamu apa kok minta maaf?" Tanya Varo dengan nada dinginnya.

"Udah buat mama jatuh lagi" Cicit Sean melepas pelukannya, merasa sia-sia merayu Varo yang memang sedang marah besar.

Yup! Sean telah membuat kesalahan untuk ke sekian kalinya, membuat Varo tak bisa membendung kemarahannya dan seperti ini jadinya.

Setiap pagi Rara selalu membuatkan Sean susu, dan kemarin ia melakukannya. Namun ternyata Sean menolak susu buatannya, karena itu bukan rasa coklat. Sean malah menumpahkan susu itu di lantai depan pintu, sedangkan Rara yang tadinya di dapur kaget dengan teriakan Sean, dia berlari menuju kamar anaknya.

Namun nasib buruk berpihak padanya, ia malah terpeleset akibat susu Sean yang berceceran di depan pintu kamar anak itu. Ia terjatuh menyebabkan kaki nya keseleo dan cedera sedikit parah, sedangkan kepalanya memar karena terbentur lantai.

"Kalo mama kenapa-napa gimana? untung kepala mama cuma memar, kalo malah amnesia? otaknya kegencet? atau lebih parah lagi? tuh kaki nya mama sampe diperban gitu Sean! Kamu jangan kebangetan kalo nakal" Omel Varo dengan kesal, tak dapat menahan kekesalannya lagi.

Karena luka Rara yang tak bisa dianggap remeh, Varo memaksa untuk membawanya ke dokter. Dan benar saja, kaki Rara cedera sedikit parah sehingga harus diperban dan tidak dibolehkan banyak gerak.

"Maafin Sean pa, Sean nda ulangin lagi" Pinta Sean dengan sungguh-sungguh.

Sean memeluk Varo kembali, menelusup kan wajahnya di leher sang papa. Varo menghela nafas lalu membalas pelukan Sean, dia menepuk-nepuk punggung Sean agar tangisan anak itu reda.

"Papa maklumin kalo kamu nakal, tapi yang wajar jangan kayak gini. Itu namanya durhaka sama orang tua, kamu mau dapet dosa banyak?" Dan Sean menggeleng.

"Sana minta maaf sama mama" Suruh Varo.

Sean pun minta dibantu Varo agar menaiki ranjang rumah sakit Rara, disana ada Rara yang menatap kakinya dengan cemberut.

"Mama, maafin Sean ya? Sean janji gak gini lagi, kalo Sean ingkar, sunat aja gapapa" Mohon Sean sambil memeluk kaki Rara yang diperban, lalu mengusap perban itu.

Rara mendengus.

"Janji ya? Kalo gak, mama beneran potong burung kamu kayak gini" Rara membentuk kedua jarinya seperti gunting yang sedang memotong sesuatu, membuat Sean bergidik ngeri dan Varo yang terkekeh dengan kelakuan kedua orang ini.

Sean melepas pelukannya di kaki Rara dan menutup selangkangannya. "Jangan ma! Burung Sean masih pendek, belum panjang. Kalo di potong jadi kayak gimana nanti"

Rara melotot mendengar ucapan frontal anaknya, makin kesini makin parah kewarasan Sean ini.

"Husss mulutnya" Tegur Varo sambil menyentil bibir Sean. Rara tiba-tiba memeluk lengannya, Varo langsung menoleh dan tersenyum saat melihat Rara yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Varo tau istrinya lelah.

"Sakit" Ucap Rara tanpa suara, takut membuat Sean khawatir dan makin merasa bersalah. Varo tersenyum lirih lalu mengusap kepala istrinya, inilah yang ia kagumi dari Rara, senakal-nakalnya Sean ke Rara, Rara pasti sabar dan memaafkan nya.

"Bentar lagi kita pulang ya, tapi kamu gak boleh beraktifitas dulu sampai kaki nya bener-bener sembuh, denger sayang?" Tekan Varo, karena laki-laki itu tau bahwa istrinya pasti akan menolak karena istrinya selalu ingin menjadi istri yang baik, melakukan seluruh pekerjaan nya dengan benar.

"Ta—" Belum selesai Rara berucap, Varo mengecup bibir itu sekilas.

Sean yang melihat adegan itu langsung memasang muka cengo, dia seperti kambing congek disini. Menyaksikan keuwuan padahal dirinya masih jomblo, sungguh terlalu memang orang tua nya ini.

"Gak ada penolakan!"

****

Akhirnya Rara sekeluarga sampai dirumah, namun wanita itu malah melihat kearah rumah yang bersebrangan dengan rumah miliknya. Dulu rumah itu masih di sewakan tapi sekarang, sepertinya sudah berpenghuni.

"Loh, tetangga baru?" Tanya Rara sambil dibantu turun oleh Varo dan didudukkan di kursi roda.

"Iya, baru tadi pagi mereka pindahan" Jawab Varo sambil menuntun Sean turun juga setelah menuntun istrinya.

"Mama! Disana ada temen baru Sean, namanya Renaya, panggilannya Naya, cantik banget kayak mama" Cerita Sean dengan antusiasnya.

"Masa? Nanti kenalin mama ya sayang" Rara terkekeh gemas lalu mengangkat Sean ke pangkuannya.

"Mampir dulu yuk pa kesana" Ajak Rara yang diangguki Varo, namun saat Varo akan mendorong kursi roda nya, Sean minta berhenti.

"Sean mau turun! Nanti Naya ilfeel liat Sean yang dipangku-pangku, gak cowo banget" Gumam anak cowok itu sambil turun dari pangkuan Rara dibantu Rara tentunya.

Varo dan Rara menggeleng, ciri-ciri bocah sedang kasmaran ini nih.

"Naya!"

"Sean!"

Kedua bocah berbeda jenis itu berpelukan lalu tertawa senang, saat menyadari kehadiran Rara dan Varo, barulah Naya menyalimi kedua orang itu.

"Mama papa nya Naya ada?" Tanya Rara sambil mengusap kepala Naya dengan lembut.

"Ada kok Tante, sebentar ya" Jawab Naya dengan senyuman yang cantik, Sean memegangi dadanya.

"Kenapa kamu?" Tanya Varo melihat gelagat aneh dari Sean.

"Damage senyuman Naya sampe jantungnya Sean pa" Jawab Sean sambil bergaya meleyot, Varo menghela nafas.

Mulai nanti ia akan menyita handphone Sean saja, apa-apaan ini. Sean baru kecil sudah mengerti cinta-cintaan, membuatnya frustasi saja.

"Astagfirullah" Gumam Rara melihat kelakuan Sean.

"Loh ada mama papa nya Sean, mari masuk dulu" Ajak seorang wanita yang sepertinya lebih tua dari Rara, itu adalah mama Naya, bernama Ratna.

"Assalamualaikum mama Ratna, papa Romi" Ucap Sean dengan alim, menyalimi tangan Ratna lalu Romi, suami Ratna.

"Perasaan baru tadi kenalan, ini kenapa anak gue udah kek jadi mantu keluarga sini aja " Batin Varo merasa malu.

Ratna dan Romi terkekeh dengan kelakuan Sean, lalu mengajak keluarga Varo itu masuk ke dalam rumahnya.

"Sean" Panggil Naya.

Kedua bocah itu duduk di teras rumah Naya sambil bermain mainan milik Naya.

"Kenapa Naya?" Jawab Sean.

"Sean ganteng, Naya suka"

Blush.

Pipi serta telinga Sean terasa panas.

"E—eh makasih"

"Naya cantik gak?" Tanya Naya dengan polos.

"Cantik banget, Sean suka juga!" Jawab Sean dengan sangat jujur.

"Pacaran yuk!" Ajak Naya.

"Boleh! Oke resmi, Naya punya Sean"

***

OIOIOI

KAPAL BARU NIH

SEAN-NAYA

MANA SUARANYA ??

Tentang SeaNaya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang