Kemudian Daniel terdiam. Ia mencerna ucapan Nathan kemudian berbinar bahagia. "Kita bakalan punya markas?" Pertanyaan itu dijawab anggukan.

Daniel tampak exited, namun Vena biasa saja. Ia tak peduli mereka membahas ini di mana. Yang penting satu tim serius menyelesaikannya.

"Di mana itu?!" Nathan tersenyum singkat. "Kita minta persetujuan Vena dulu." Senyum Daniel mendadak luntur. Untuk apa meminta persetujuan gadis itu? Menyebalkan! Ia tak terima, tapi kali ini ia akan pasrah. Demi markas baru!

"Gimana Ven?"

Vena mengangguk. "Oke."

"Yeyyy!" Daniel kembali bersorak senang. Apa untungnya sebuah markas bagi laki-laki tempramental itu?

•••••

Mereka tengah berdiri di depan sebuah pohon besar. Pohon yang setiap pagi didatangi Vena, dan dijadikan tempat beristirahat oleh gadis itu.

Alis Daniel menyatu. "Kok? Ini maksudnya apa sih?" Diam. Tak ada yang menggubris ucapan Daniel.

Vena bingung. Apa ada sebuah ruang rahasia di sini? Dengan perlahan Vena mendekat. Ia menatap pohon yang sering ia duduki ini dengan tatapan menyelidik.

Ia menatap sebuah dahan yang tak terlalu besar yang terletak di posisi terendah. Ditatapnya Nathan yang mengangguk. Ah, ia tahu sekarang.

Didiorongnya dahan itu ke atas, lalu hal tak terduga terjadi. Batang pohon tersebut tiba-tiba bergetar, kemudian bagian tengahnya terbelah dua, seperti lift.

"Woahh!" Daniel berdecak kagum. Vena mendekat, lalu melihat banyak anak tangga menuju ke bawah. "Ada tangga."

Tanpa banyak bicara, Daniel langsung mendekat dan kembali berdecak kagum. Nathan masuk terlebih dahulu. "Ikut gua." Dengan semangat Daniel mengangguk, dan menyusul Nathan.

Vena masih terdiam di tempatnya. Ia tak menyangka jika pohon tempat ia biasa menyendiri memiliki ruang rahasia. Tatapan Vena mengedar pada sekitar, memastikan tak ada yang mengikuti mereka.

Setelah itu ia masuk, dan tanpa disangka pintunya tertutup sendiri.

Ia menatap pintu tersebut sebentar, lalu kembali berjalan menuruni tangga. Cahaya di tangga ini tampak remang-remang, tapi masih bisa melihat dengan jelas.

Tak lama ia sampai di sebuah ruangan yang cukup luas. Ah, seperti apartemen! Jarak dari atas ke bawah tak terlalu jauh. Kira-kira melewati 25 anak tangga.

Satu hal yang membuat Vena kagum. Ruang bawah tanah ini tak seperti ruang bawah tanah lainnya. Lihatlah! Ruangan ini terasa sejuk. Dinding yang seharusnya terbuat dari tanah malah terbuat dari batu bata yang sudah dicat. Lantai yang seharusnya juga dari tanah malah terbuat dari keramik.

Vena menyusuri setiap ruang yang ada. Ternyata di sini juga ada kamar mandi.

"Nath, lo tahu tempat ini darimana? Kayak apart sumpah." Lihatlah! Daniel yang selalu marah-marah saja sampai berdecak kagum. Binar laki-laki itu tampak semakin cerah.

"Sejak kapan lo tahu keberadaan tempat ini?" Kini Vena yang bertanya. Ia pun ingin tahu.

Nathan tersenyum simpul. Ia duduk di sofa yang juga diduduki Daniel. "Sejak lo pindah ke sekolah ini." Daniel yang awalnya berdecak kagum langsung terdiam. Alisnya menyatu pertanda bingung.

"Tiga minggu yang lalu, lo jadi murid baru di sekolah ini. Gua sering liat lo jalan ke dekat pohon ini, tapi tiap di tikungan itu lo ngilang. Sampai suatu hari gua ke pohon ini sendirian, dan lihat ada cewek duduk di atas pohon." Ia terkekeh pelan.

"Awalnya gua kira hantu, tapi setelah di teliti itu adalah lo. Saat lo gak ada di situ gua jadi penasaran. Apa sih yang bikin lo nyaman di pohon itu?" Ia berhenti. Menarik napas sebentar, lalu menatap Vena dan Daniel secara bergantian.

"Niatnya gua pengen naik juga, tapi gak sengaja ngedorong dahan yang lo dorong tadi. Eh, tiba-tiba gua nemu jalan masuk ke dasar. Gua masuk donk, karena penasaran."

"Gak ada yang liat kelakuan lo itu?" Daniel memotong ucapan Nathan. Laki-laki itu tampak menggeleng.

"Dan ... ya, gua nemu ruangan ini. Awal gua lihat ruangan ini emang gini, tapi agak berantakan. Demi keamanan gua bolak-balik ke sini. Mau ngecek! Apa ruangan ini emang gak ada orangnya atau gimana. Bahkan gua pernah nginap di sini." Vena menganggukkan kepalanya. Pantas saja ia pernah melihat seseorang keluar dari kawasan pohon ini di pagi hari.

"Sekarang gua yakin kalau ruangan ini kosong."

Vena ikutan duduk. "Tapi, gak memutus kemungkinan kalau dulu ruangan ini berpenghuni." Tampak Nathan mengangguk, dan Daniel yang langsung merapat. "Gua harap gak ada kejadian horor di sini."

Ya, mereka semua berharap begitu. Mereka harap ruangan ini memang cocok dijadikan markas mereka. Ya, itu harapan mereka.

Vena berdiri dari duduknya. Ia menghampiri sebuah meja yang terletak di dekat papan tulis. Diusapnya tepi meja yang tampak berdebu, dan melihat sebuah tulisan tertoreh di sana.

"SR?" Dua huruf kapital tertulis di sana. Nathan langsung mendekat, begitupun Daniel. "Kalau diajaran khatolik itu singkatan dari kata suster, tapi dengan 'r' huruf kecil." Vena mengangguk. Ia tahu itu, tapi ini ... sepertinya tidak ada sangkut pautnya dengan khatolik.

"Singkatan nama seseorang?" tanya Vena entah pada siapa. Daniel langsung menggedikkan bahunya, begitupun dengan Nathan.

Vena melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gua balik duluan." Nathan mengangguk, kemudian berlari ke kamar mandi.

Setelah mendapat balas, Vena berbalik dan bersiap pergi. Tiba-tiba pundaknya ditepuk diiringi dengan sebuah suara. "Hey, alien."

Dengan malas Vena berbalik dan menatap Daniel. Laki-laki itu menghela napas, setelah itu menatap Vena. "Gua harap lo gak punya niat buruk dengan mempertemukan Nathan dan ruangan ini. Ingat, lo masih dalam pantauan gua, dan masih dalam lingkaran musuh yang harus dimusnahkan dari lingkup gua dan Nathan."

Vena diam, kemudian mengangguk. Terlalu malas meladeni manusia sejenis Daniel.

Tak ada suara lagi. Vena memilih membalikkan badan dan melenggang pergi. "Gua bakal nemuin cara buat ngeluarin lo dari sekolah ini!" Suara itu membuat Vena berhenti.

Tak lama ia tersenyum miring, lalu kembali melanjutkan jalannya yang tertunda.

"Gua benci dia." Daniel berucap pelan dengan tatapan yang mengikuti langkah kaki Vena.

" Daniel berucap pelan dengan tatapan yang mengikuti langkah kaki Vena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wih, mereka nemuin markas tuh!

Jangan lupa voment gaess!

🎬Makasih🎬

-6 Juli 2021-

Second Chance: Last Mission (End)Where stories live. Discover now