Bagian Dua Puluh Sembilan

Start from the beginning
                                    

"Sialan ya kamu" Maki Romi, papa Naya menatap sinis kearah Sean.

"Canda kali om, baperan banget" Ringis Sean mengusap kepala belakangnya, awalnya Sean kira dulu Romi itu orang yang datar, tapi ternyata Romi orangnya humor juga, meski kadang candaan Romi garing karena jokes bapak-bapak itu berbeda.

"Nikah dulu baru kawin, ngapain kamu kesini?" Tanya Romi duduk di sofa yang bersebrangan dengan Sean.

"Ya om tau lah ngapain" Sean menaik turunkan alisnya membuat Romi mendengus.

"Mau ajak anak saya kemana?" Tanya pria paruh baya itu sambil mencomot buah salak yang ada di meja.

"Ke KUA boleh?"

"Gayamu" Dengus Romi.

"Canda om, mau ajak ke danau, ke semak-semak gitu" Jawab Sean ngelunjak.

"Kamu makin dibiarin makin kurang ajar ya, sampe macem-macem ke anak saya bebek kamu saya geprek" Ancam Romi tak main-main membuat Sean melotot.

"Enak aja!" Kesal Sean lalu mengintip kearah lantai atas, dimana kamar Naya berada.

"Om, saya samperin boleh gak?"

"Sono"

Sean tersenyum senang lalu langsung ngacir begitu saja ke lantai atas, sudah biasa bagi Romi dengan kelakuan absurd anak itu, jika saja Naya tidak cinta terhadap Sean mungkin dia sudah menendang bokong Sean untuk pergi dari rumahnya.

"Nay" Panggil Sean tapi tak ada jawaban, jadi Sean langsung nyelonong masuk tanpa assalamualaikum.

"Lo!" Kesal Sean saat menatap Naya yang ternyata masih memakai baju tidur Doraemon dan rebahan ria membaca wattpad.

Naya menoleh dan mendongak, lalu menyengir polos.

"Lo emang bener-bener minta gue perkosa ya" Kesal Sean menghampiri Naya dan langsung duduk di ranjang gadis itu.

"Udah Dateng?" Tanya Naya mengalihkan kemarahan Sean.

"Yang lo liat? kalo gue belum Dateng mana ada disini bodoh" Sarkas Sean begitu tajam sambil mendorong kening Naya dengan telunjuknya.

"Ish kasar banget"

"Gue suruh lo apa tadi Naya?" Geram Sean.

"Gak tau"

"Buru siap-siap, perawan-perawan kok males lo. Gimana kalo ntar nikah sama gue? Gue gak mau ya punya bini malesan"

Naya mendengus lalu bangkit dan mencepol rambutnya asal.

"Yaudah cari cewek lain sana" Suruh Naya santai sambil melenggang masuk kedalam kamar mandi.

"Gua kabulin omongan lo, lo juga yang nangis-nangis jadi galau" Sinis Sean.

Tak paham lagi dengan semuanya, mengapa Naya menjadi menyebalkan seperti ini. Padahal dulu dia saat kecil sangat menggemaskan, senyumnya teduh.

Sekarang? Boro-boro.

Sean merebahkan tubuhnya di kasur Naya, memejamkan matanya menikmati aroma vanila yang menguak di kamar gadis ini. Tenang, itulah suasana hati Sean. Berbeda sebelum dirinya menemukan Naya, selalu risau tak jelas.

Sean melihat perubahan Naya yang sangat jauh, dulu Naya polos tak mengerti apa-apa, penurut dan tak cerewet seperti sekarang.

Dan saat ini, Naya berubah drastis. Mulai dari tubuhnya yang mungil, lalu tatapannya yang menggemaskan, dan yang membuat Sean sering kali hampir khilaf adalah bibir Naya.

Sean menyebutnya Cipok-able.

Memikirkan hal itu membuat Sean mengkis-mengkis tak karuan, ingin menciumnya tapi takut menodai Naya. Tak dicium, itu mubazir karena rejeki.

Rejeki dosa.

Naya sudah lengkap dengan pakaiannya dan keluar dari kamar mandi mendapati Sean yang rebahan di kasur nya.

"Heh bangun!" Naya melempar jepit rambut nya ke Sean dengan kasar.

"Aduh!" Pekik Sean saat adik kecilnya menjadi sasaran lemparan Naya.

"Anjim sakit anu gue" Ringis Sean sambil menutup selangkangannya.

Naya pura-pura tidak tau dan melenggang keluar dari kamar.

"NAYA SINI LO ANAK PAK ROMI" Teriak Sean murka.

"HEH APA-APAAN KAMU NYEBUT NAMA SAYA!" Sahut orang diluar sana yang Sean yakini adalah Papa Naya.

***

Mau spam update hari ini deh, yok komen yang banyak!

Spam komen sini jangan lupa 😘🤙

Tentang SeaNaya (END)Where stories live. Discover now