"Tunggu latihan sama yang lain, lah. Gue tinggal improvisasi."

Wajah Ketua Kelas memerah, "IMRPOVISASI JIDAT LO! YANG ADA LO TIDUR PAS DI PANGGUNG!"

Wakil Ketua merapikan tempat duduknya, bersiap-siap untuk tidur lagi. "Siapa suruh kalian enggak kasih gue peran batu atau jadi putri tidur."

"Lo cowok, ngapain jadi putri tidur!?"

"Biarin, yang penting gue bisa tidur," kicau Wakil Ketua.

"Yang ada pas lo dicium pangerannya, lo bangun sedetik buat nampar tuh pangeran habistu tidur lagi!"

Dan mereka pun terus berdebat. Kelas XI IPA 3 benar-benar ramai dengan berbagai perbedaan.

Ferguso dan Putri masuk ke kelas membawa beberapa kertas bergambar rancangan kostum karya mereka.

"GUYS! Kesindang, capcus!" pekik Ferguso.

Mia yang masih lengket dengan Ono pun langsung mendalami pekerjaan sampingnya, "GUYS! Kesini, cepat!"

Semua berkumpul mengelilingi Ferguso dan Putri. Melihat hasil desain duo desainer XI IPA 3, para murid hanya dapat memuji dan bertepuk tangan.

Semua terlihat bahagia dan suka dengan rancangan kostum tersebut. Kecuali Ono.

"Put. Gue punya enggak bisa lebih manly apa? Malu tau kalau pakai dress kayak gitu," gerutu Ono.

Putri menggeleng. "Kemarin gue udah tanya lo, tapi lo yang bilang enggak apa-apa kalau pakai dress. Udah terlanjur buat, gak bisa ganti."

Ono terdiam. "Sejak kapan lo tanya?"

"Gue chat."

Mia yang berdiri di samping Ono tertawa cekikikan. Ono menyadari tingkah aneh Mia.

"Lo ngapain lagi, Mia?" Ono bertanya dengan sabar. Sangat-sangat sabar.

"Mia yang kemarin bantu jawab hehehe, habisnya Ono sibuk main sama baby Lala. Ono cocok kok, kalau pakai dress. Lucu, hehehehe..."

Ono membuang napas kasar tapi tidak bisa marah pada Mia. Kemarin memang dia terlalu sibuk menjaga dan bermain dengan adiknya Mia yang baru berumur dua tahun.

Valetta dan Axel berdiri sampingan bahkan berdesakan karena memang semua murid ingin sekali melihat rancangan Ferguso dan Putri.

Saat ada laki-laki lain hampir menabrak Valetta. Axel dengan gesit menarik Valetta mendekat ke arahnya, hampir berpelukan.

"Hati-hati," ujar Axel pelan tepat di dekat telinga Valetta.

Valetta sedikit kaget saat Axel menariknya. Ia mengangguk, "Makasih."

Eros dan Ghevan membuka mata mereka lebar-lebar lalu senyam-senyum dengan tangan terkepal.

"Kok panas ya, Van?"

"Enggak tau nih, kayaknya gara-gara ada yang bucin tapi gak peka."

"Bikin geram, ya?"

"Banget. Pengin gue nikahin di tempat!"

Valetta mengerjapkan matanya beberapa kali lalu kembali memperhatikan rancangan Ferguso dan Putri.

"GAES KUMPUL! AYO MULAI COBA BACA NASKAH!"

Tidak seperti biasanya. Zahra hari ini tidak terlihat mengikuti Axel. Bahkan hari ini Vaketta tidak ada melihat sosok Zahra. Baguslah.

Namun, Valetta menghela napas panjang saat ia melihat sosok Nikol sedang menunggu di sebelah motornya. Wajah Nikol masih dipenuhi memar berkat hajaran Axel.

Indigo Tapi Penakut | ENDWhere stories live. Discover now