Aku berdoa dan meminta pada sang kuasa agar di pertemukan dan di satukan dengan orang yang terbaik, dan yah kau lah orangnya.
~Raka Morgan Exsel
Seperti hari-hari lalu, saat inj aku sedang duduk di tempat dudukku seorang diri sambil menunggu kedatangan seseorang yang menempati bangku di sebelah ku.
Entah sejak kapan menanti ketibaan Dylan menjadi sesuatu yang kusukai. Suara langkah kaki yang kian mendekat membuatku memfokuskan tatapan pada ambang pintu, sembari berharap yang datang adalah Dylan.
Senyumku memudar saat mengetahui yang datang bukanlah Dylan, melainkan Nadira. Entah hanya perasaanku saja atau memang Nadira tak senang kepada ku, sampai-sampai belakangan ini mimik wajahnya menunjukkan ketidak sukaan saat melihatku.
Jika di ingat-ingat aku sama sekali tak pernah berkata atau berbuat sesuatu yang mungkin menyingung Nadira, ah memirkannya membuat ku pusing sendiri.
Nadira berjalan santai menuju tempat duduknya, lalu di detik selanjutnya keheningan lah yang berperan di antara kami. Sebenarnya aku bisa saja mengajak Nadira berbicara, namun melihat perubahan drastisnya membuat ku berpikir dua kali untuk melakukan hal itu.
Merasa tak nyaman dengan situasi cangung ini kuputuskan untuk keluar dari kelas, namun belum sempat aku melangkah, Nadira sudah lebih dulu bersuara.
"Kak Ara suka sama Kak Dylan ya?" tanya Nadira membuatku berfikir sejenak, karna aku pribadi masih tak bisa memastikan apakah aku menyukai Dylan, atau hanya sekedar nyaman saja.
"Kalau enggak kenapa, kalau iya juga kenapa?" balasku balik bertanya.
"Kalau enggak ya bagus lah, tapi kalau iya mending pikir-pikir dulu soalnyakan Kak Dylan udah punya pacar," cetus Nadira seolah sedang menampar ku dengan perkataan ketusnya barusan.
"Oh gitu ya? tapi Dylan gak pernah cerita tuh kalau dia udah punya pacar," balasku sengaja memancing emosi Nadira, pasalnya aku ingin tau lebih dalam lagi tentang sebab membuat Nadira berubah, masa iya dia suka Dylan?
"Haha yaiyalah lagian Kak Ara tuh siapa sampai dia harus cerita. So karna aku udah ngasih tau kalau Kak Dylan udah punya pacar tolong jaga jarak ya, masa Kak Ara gak malu sih deket-deket sama cowok yang udah berpawang," sindir Nadira dengan terkekeh di akhir kalimatnya.
"Suka gak sukanya gue sama Dylan itu sama sekali bukan urusan lo, dan kalau pun gue suka sama dia, itu semua karena kemauan dan kegigihan dia buat ngedapetin gue, bukanya karena gue yang maksa dia buat sama gue apalagi sampai ngarang cerita. Dan lo, lain kali kalau mau boong gak usah sama gue ya, gue udah kebal sama yang namanya boong-boongngan." sarkasku membuat Nadira tak berkutik dengan rasa kesal di tempatnya.
Kududuki kursi panjang di koridor, seisi kepala ku di penuhi dengan ucapan Nadira tadi, walau telah berhasil membuatnya tertohok, tetapi tetap saja aku kepikiran.
Aku ragu namun aku tak tau Dylan itu seperti apa, aku baru mengenalnya dalam beberapa minggu, jadi aku belum bisa menilai sepertiapa ia.
"Ra, dari jauh gue liatin lo melamun terus, kenapa? apa ada masalah?" Ujar seseorang yang ikut duduk di samping ku.
"Eh Raka, gak kok," jawabku seadanya.
"Ooh, Dylan mana? bukanya akhir-akhir ini kalian selalu berdua ya, tapi kok lo sendirian?" tanya Raka lagi sembari memperhatikan sekitar, mencari mana tau ada Dylan.
YOU ARE READING
Kontra Kita || END
Teen FictionKukira jatuh cinta itu indah dan mudah, namun kenyataanya salah. Aku malah terjebak dalam hubungan percintaan kusendiri, telah mencoba mencari kesana-kemari tuk mendapati laki-laki yang tepat tuk mengisi ke kosongan hati. Beberapa pria telah kutemui...