Part 45

7 9 1
                                    


Kita ini apa? benarkah kita saling cinta, atau hanya aku saja yang merasakannya?
~Inaya Araby Elara


Ku masuki ruangan yang hampir terisi penuh itu, lalu menduduki tempat duduk ku, aku terlambat beberapa menit dari biasanya, untung saja ujiannya belum di mulai.

Dan tak lama setelah kedatangan ku pun ujian di mulai, rasanya waktu berjalan begitu cepat saat aku sibuk menulis rumus yang telah semalaman ku hafal ke atas kertas.

Untung saja semua soal yang keluar di ujian ini telah ku pelajari sebelumnya, jadi tak begitu sulit bagi ku untuk menjawab soal-soal tersebut.

Bagi orang-orang yang seperti Ara mungkin ujian matematika terasa biasa-biasa saja dan tak ada susah-susahnya, namun untuk Byla dan orang-orang sejenisnya akan terkena migren saat membaca satu soal saja.

Namun walau migren menyerang Byla tetap berpikir  keras untuk menmukan jawaban dari soal-soal yang tertera di hadapan wajah Byla, mengingat suport dari Ara dan juga Bagas menimbulkan rasa tak enak tersendiri pada Byla jika ia mengecewakan penyemangatnya itu.

Tak terasa dua jam telah berlalu, satu persatu perseta ujian meninggalkan ruangan yang akan di isi kembali oleh siswa dan siswi yang di jadwalkan di gelombang ke dua.

Aku melirik Byla yang tampak lebih pendiam dari biasanya, bahkan Byla tak sanggup untuk mendongkakkan wajahnya menghadap depan.

"Kenapa By? " Tanya ku tak bisa menahan lebih lama lagi rasa penasaran ini.

"Lo gak lagi berantem sama Bagaskan ya? atau jangan-jangan lo putus sama Bagas? " Ucap ku menerka-nerka, pasalnya Byla akan berubah drastis apabila masalah yang ia jalani bersangkut paut dengan sang pujaan hati.

"Bukan. " Balas Byla singkat dan tentunya tak membuat rasa kepo ku hilang.

"Jadi kenapa? " Tanya ku lagi.

"Gue takut, gue takut nilai gue rendah, lo kan tau sendiri selemot apa gue di mapel Matematika. " Tutur Byla bersedih hati.

"Jangan gitu By, gue yakin kok lo pasti bisa dapat nilai yang tinggi karna lo kan udah belajar giat bareng gue sama Bagas. " Timpal ku menyemangati Byla.

"Lo baik banget Ra, gue jadi terhura hueee. " Teriak Bylasembari memeluk ku dan membuat kami berdua menjadi objek perhatian di koridor.

Aku membalas pelukan Byla, walapun saat bahagia Byla terasa menjengkelkan namun itu lebih baik dari pada harus melihat Byla dengan raut wajah sedihnya.

Sejak berteman dengan Byla, aku sering kali menjadi objek perhatian di tempat-tempat ramai tak hanya di sekolah saja di tempat umum lainnya pun Byla selalu saja bersikap over.

¤ • ¤ • ¤

Berulang kali ku lirik layar handpone ku yang gelap, entah apa yang membuat ku segelisah ini.

Aku mengacak-acak rambut frustasi atas ketidak jelasan yang ku rasakan, dan perlahan mencoba memejamkan mata.

Namun dering handpone membuat mata ku kembali terbukan dan dengan cepat ku sambar handpone yang terletak du atas nakas.

"Hallo Diwa, " Sapa ku asal.

"Idih siapa tuh Diwa-Diwa? "
Seru Aras yang semula ku sanggka Diwa.

Kontra Kita || ENDWhere stories live. Discover now