Part 22

23 14 0
                                    


Dia yang selalu ku utamain, ternyata sukanya sama yang lain
~Raka Morgan exsel




"Dari perpus, yang tadi itu temen les gue, " kupasang mimik wajah senetral mungkin, pasalnya Rangga tak pernah langsung percaya dengan apa yang kukatakan.

"Awas aja kalau lo bohong!"
tegas Rangga memperingati.

"Emang kenapa kalau gue pacaran? gak ada salahnyakan, toh lo juga pacaran. Gak adil dong masa lo boleh gue enggak," protesku yang langsung di balas lototan mengerikan ala Rangga.

"Kalau di kasih tau tuh di dengerin, bukan di bantah! bandel banget jadi anak,"

"Ya ga boleh gitu dong, lo harus ngasih alasan kenapa gue gak boleh pacaran sedangkan lo boleh-boleh aja tuh," timpalku yang ingin mendengar alasan Rangga.

"Pertama lo itu masih terlalu kecil buat pacar-pacaran, dan yang kedua lo itu gak bisa bedain mana yang baik mana yang jahat. Gue cuma gak mau aja lo suka sama cowok yang salah, jadi gak usah gaya-gayaan pake pacaran segala deh lo," jelas Rangga yang ku tanggapi dengan decakan kesal.

Setelah meletakan tas dan mengambil handuk aku segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum petang bertukar peran dengan malam.

Selesai mandi dan berpakian ku putuskan untuk keluar kamar, aku bertemu dengan Ayah yang baru saja pulang ke rumah siang hari tadi, tepat saat aku berangkat les.

Ku lirik beberapa paper bag dan kantong plastik besar yang terletak di dekat rak TV, dapatku tebat barang-barang itu adalah oleh-oleh yang di bawa oleh Ayah.

Ayah selalu saja begitu, setiap kali ada pekerjaan di luar kota tak jarang ia membawa banyak barang dan makanan saat pulang kerumah. Padahal melihatnya pulang dengan keadaan yang baik-baik saja sudah lebih dari cukup buatku.

"Ya?" ucap ku menyahuti panggilan Bouku.

"Nih donat, tadi Bou beli di toko kue yang viral karena penjualnya ganteng-ganteng itu,"

"Makasih Bou, tau aja Ara suka donat haha. Tapi kalau kak Rangga mah Ara kurang tau,"

Ku lirik tak suka kedua pria  yang sedang asik menghisap dan menghembuskan asap rokok di udara dengan secangkir kopi yang berada di dekat mereka, dan jangan lupakan suasana langit yang kian mengelap karena matahari hampir sepenuhnya tenggelam.

"Orang-orang mah jam segini tuh siap-siap buat pergi ke masjid, eh kalian malah ngeindie, dasar!" sindirku langsung mendapatkan berengan dari Rangga.

"Iya-iya, lo bawa apaan tu Ra?" tanya Aras melirik box yangku bawa.

"Donat, tadi di kasih bou, mau?" tawarku pada Aras yang sepertinya hendak mencicipi donat yang kubawa.

"Ya kalau boleh mah, mau lah,"

"Dih gayanya, kalau mau ya ambil aja kali, kayak sama siapa aja deh," celetuk ku di balas tawa oleh Aras.

Ku putuskan untuk  meninggalkan Aras dan Rangga yang masih sibuk bercerita entah tentang apa, selain karena mau melaksanakan sholat magrib aku juga tak tahan berlama-lama berada di dekat mereka berdua. Di tambah lagi dengan asap rokok yang memenuhi ruangan itu.

Selesai sholat aku kembali ke kamar, dan untungnya tak ada Rangga dan Aras lagi di sini, damai sekali rasanya.

Tak berselang lama Rangga dan tentunya juga bersma Aras kembali memasuki kamar ku. Awalnya semua baik-baik saja hingga pada akhirnya Rangga kembali mengungkit-ungkit tentang aku yang di antar pulang oleh laki-laki yang tak lain adalah Dylan.

Kontra Kita || ENDWhere stories live. Discover now