Part 01

150 58 62
                                    


Makin ke sini, kelakuan orang-orang kok makin susah di terima akal sehat ya?
~Inaya Araby Elara


Aku--Ara, memutar bola mataku malas di saat Byla mulai melontarkan unek-uneknya kepada guru yang menurut Byla tak pernah mengerti ia, dan selalu saja bersikap semaunya.

"Heran deh gue ngeliat Bu Tirta, setiap kali pertemuan pasti ngasih catatan yang gak sedikit, belum lagi soal-soal yang selalu aja berhasil buat kepala gue mau pecah!"  cerocos Byla sembari meremat helaian rambutnya efek kesal.

"Yang sabar dong By, semua itukan lo lakuin supaya nilai lo bisa tuntas di mapel Bu Tirta," ujarku menenangkan.

"Ya semoga aja gue bisa sabar terus ngadepin Bu Tirta. Makan yuk Ra, lo taukan gue kalau lagi kesel bawaannya pengen makan mulu," dengus Byla dengan memanyunkan bibirnya.

"Kalau lo mah setiap saat juga bawaan-nya pengen makan mulu By, bukan cuma waktu kesel aja," timpalku melirik Byla sinis.

"Hehe ya gue juga ga paham Ra, rasanya setiap kali gue selesai makan tuh mood gue jadi membaik," jawab Byla.

"Terserah." balasku malas berdebat.

Aku dan Byla berjalan bersamaan menuju gerbang sekolah, dan sesampainya di depan gerbang pergerakan ku dan Byla di hentikan oleh seorang pria parubaya yang kerap kali di sapa Pak Satpam oleh para guru serta siswa dan siswi di sekolah ini.

"Kalian berdua mau ke mana?" tanya Pak Satpam.

"Ke toilet pak," jawab Byla dengan santainya.

Aku menatap Byla geli lalu tertawa kecil dalam hati, kuyakini pasti sebentar lagi akan ada pidato dadakan di depan gerbang sekolah ini.

"Toiletkan ada di dalam, lantas kenapa kalian berdua jalan ke arah gerbang?" tanya Pak Satpam membuat Byla geram di tempat.

"Hadeh pak-pak, bapak kan punya mata nih jadi pasti bapak taulah kita berdua kesini mau ke mana, dan mau ngapain," jawab Byla merasa jengkel.

"Ets, tapi kalian tidak saya perbolehkan untuk keluar dari gerbang, lebih baik kalian kembali ke kelas sana," usir Pak Satpam berhasil membuat amarah Byla mengebu-gebu di udara.

"Dengar ya Pak, kita berdua tuh laper dari tadi pagi belum makan apa-apa. Mau makanpun kantin gak buka, giliran mau beli makan di luar malah gak di izin-nin, gimana sih!" sarkas Byla dengan sisa kesabaran yang ada.

Pak Satpam terdiam tampak sedang berpikir namun Byla dan penghuni dalam perutnya sudah tak tahan untuk menunggu lebih lama lagi.

"Uda lama ngeselin pula." gumamku dalam hati merutuki si Pak Satpam.

"Ra kayanya bakalan lama nih jawabannya, gimana kalau kita mulai aja rencana kita?" tanya Byla dengan mimik wajah amat serius, seperti sedang mengerjakan soal ujian di akhir semester.

"Iya nih lama banget, kita mulai aja lah," jawabku tak kalah serius dari Byla.

"Shh aduh perih banget perut gue, aduh-duh sakit banget hiks gak kuat," rintih Byla bertingkah bak orang yang telah lama mengidap penyakit maag, mimik wajah ke sakitannya terlihat nyata dan tak terkesan pura-pura.

Kontra Kita || ENDWhere stories live. Discover now