Part 19

25 16 2
                                    


Hidup ku sepi, isi kepala ku ramai.
~Raka Morgan Exsel

Malam itu terasa begitu cepat setelah Dylan selesai mengucapkan kalimatnya,
seolah semesta pun tak ingin melihat ku yang gunda karena penjelasan Dylan.

Menurut ku orang-orang aneh, lagi pula untuk apa saling cinta dan terikat dalam suatu hubungan kalau bisa berteman dengan baik tanpa mengenal kata perpisahan.

"Wih bau-baunya bentar lagi bakalan ada yang mau oficial nich," cemooh Byla dengan gaya bicaranya yang alay.

"Apaan sih By, jangan aneh-aneh deh lo," ujar ku membuat Byla cekikikan.

"Udah lo terima aja noh si Dylan. Apa kurangnya coba? udah cakep, baik, kaya, anak motor lagi hadeuh lemes akikah ngebayanginya," ucap Byla sembari menempelkan punggung tangganya di dahi, taukan? pose andalan anak alay.

"Main terima-terima aja lo kira si Dylan paket shopee! gue masih gak sama perasaan gue sendiri.

Tersirat di benak gue Dylan cuma becanda aja sih, tapi kayanya beneran suka, ah audeh males bet gue mikirin yang begitu mending juga tidur trus mimpiin Daddy Zayn!" celetuk ku mulai memejamkan mata menuju alam mimpi yang indah,
para suami-suami ku tercinta pasti sudah menunggu ku terlalu lama.

"Heran gue ngeliat lo Ra,
di kasih yang nyata malah milih yang nyatanya gak bisa lo gapai," sindir Byla yang tak lagi ku sahuti, karena rasa kantuk telah menguasai tubuh ku ini.

"Oh iya, kalau gak salah lo besok ada acara temu sapa sama temen-temen seperhaluan lo itukan? bukannya lo masuk les? trus gimana lo perginya?" tanya Byla berkali-kali.

Aku kembali menegakkan badan,dengan wajah masam dan diiringi kesedihan aku mulai berkeluh kesah pada Byla dan meminta pendapat, tentang bagaimana cara agar aku bisa pergi berkumpul bersama teman-teman ku.

"Itu dia By yang buat gue bingung, menurut lo gimana caranya supaya gue
bisa meet and greet dan tetap ngikutin les kaya bisanya? yah lokan tau sendiri gue anti bolos-bolos club," aduh ku pada Byla yang tengah menatap ku jengah, memang terdengar aneh. Tapi ya mau bagaimana lagi haha.

"Gak ada cara lain selain milih salah satu di antara dua kesibukan lo itu, lagian bolos sehari aja gak akan buat lo goblok kok tenang aja," jelas Byla dan kubenarkan adanya.

"Hm iyadeh, nanti gue coba omongin kenyokap supaya di izinin,"

"Wish you luck, kalau ada cogan tolong bungkus atu buat gue yak hihi," rayu Byla sembari mengusap pundak ku lembut, menjijikan.

"Dasar buaya betina."

※ ※ ※

"Boleh ya Ma, ini pertama kalinya loh kita-kita ketemuan, kali ini aja Ma besok-besok gak bakalan lagi deh bolos. Yah-yah boleh ya Ma," rayuku pada Ibu yang tampaknya ragu memberikan izin, mungkin takut aku jadi kebiasaan membolos, padahal mana mungkin aku seperti itu, akukan anak baik-baik.

"Gak tau deh Mama, coba kamu tanya Ayah kamu aja sana, Mama sibuk nih mau masak," Cicit Ibu memilih menjauh dari pada harus mendengar rayuan mautku.

Aku berdecak kesal, lalu segera mengambil handpone yang terletak di atas nakas dan segera menghubungi Ayah yang masih bekerja di luar kota.

Selang beberapa menit, akhirnya aku mendaptkan izin dan simpati dari Ayah
kini saatnya aku meminta izin kembali pada Ibu sekaligus memberi tahu bahwa Ayah telah mengizinkan ku.

Kontra Kita || ENDWhere stories live. Discover now