34. Sebuah Petunjuk

125 21 1
                                    

Happy Readingg.

*******

Sekarang, Rara berada di tepian danau. Ia memutuskan pergi ke sini setelah pulang sekolah agar bisa menenangkan diri. Gadis itu melempar batu-batu kecil ke dalam danau berulang kali.

Andai saja, kartu memori-nya tidak hilang. Pasti semua kebenaran itu akan terbongkar. Bisa-bisanya ia ceroboh dengan barang itu.

-Tolong...

Mendengar suara meminta tolong, Rara segera mencari sumber suara tersebut. Dan menemukan sosok hantu anak kecil perempuan berbaju lusuh.

"Nama kamu siapa?" tanya Rara.

-Kak, nama aku Olivia-

"Olivia? Ada apa?"

Hantu anak kecil itu menangis, dia mengatakan jika jasadnya belum di kebumikan padahal dirinya sudah meninggal dua tahun lalu.

"Kenapa?"

-Semua keluargaku sudah mati, kak. Kami di bunuh, semua harta milik kami di ambil.-

Pasti ini ulah kelompotan perampok bersenjata yang mengincar rumah orang kaya. Pembunuh berantai lebih tepatnya.

"Terus? Jenazah keluarga di mana?" tanya Rara menginterogasi.

-Semuanya sudah di makamkan, tapi tidak dengan aku. Aku melarikan diri saat mau di tembak dan aku sengaja nyeburin diri ke danau ini-

"Hah? Jadi jenazah kamu masih di dalam sini?" tanya Rara sambil menunjuk danau.

-Iya kak...

"Kamu tau, siapa pelakunya?"

-Aku tidak tahu, kak. Tapi aku tahu wajahnya, dia laki-laki, tolong bantu aku cari pelakunya kak-

Sebenarnya, Rara ingin sekali hantu kecil itu. Tapi jika melihat keadaannya yang sekarang, apa ia bisa membantunya sedangkan dirinya sedang punya masalah sendiri.

-Aku tahu kalau kakak tidak mau membantu aku, tapi masalah aku ada kaitannya sama masalah kakak-

Ucap Olivia membuat Rara terheran-heran. Berkaitan? Apa maksudnya?

"Maksud kamu apa? Kakak nggak ngerti."tutur Rara.

-Kakak cari tahu sendiri aja, kalo aku ngasih tahu kakak, pasti aku dalam bahaya-

Demi apapun, Rara bingung sekali.

"Oke, kalo gitu aku pamit."

Hantu kecil itu melambaikan tangannya ke arah Rara yang kian menjauh sambil sesekali tertawa misterius. Dasar aneh.

*******

Pagi ini cuacanya sedikit mendung, tidak ada matahari sama sekali. Rara berangkat bersama Juna ke sekolah, karena dari kemarin Athala tidak membalas pesannya satu pun.

Juna berjalan duluan meninggalkan Rara yang masih berada di koridor sekolah. Bisik-bisik cemoohan yang di tujukan kepada Rara membuatnya geram.

Dasar waketos nggak tau diri

Udah gak punya malu mba? Ciuman kok di sekolahan, sama ketua osis pula.

Tampang cantik doang! Tapi enggak punya atittude!

Rara berusaha menetralkan emosinya, ia penasaran kenapa semuanya seperti tidak suka kehadirannya di sini? Langkahnya terus berjalan maju sampai di papan pengumuman atau mading yang di kerumuni para siswa dan siswi. Saat melihat apa yang di tempelkan di papan pengumuman itu, matanya melebar tak percaya. Tertempel foto yang berisikan dirinya dan juga Vanza yang seperti tengah berciuman tapi kejadian aslinya tidak seperti itu. Vanza hanya meniup matanya yang terkena kuah pedas di bazar kemarin, tidak lebih. Namun semua salah mengartikannya karena di bawah foto itu ada tulisan.

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang