18. Jealous?

183 43 2
                                    

H A P P Y   R E A D I NG -!!

♡♡♡♡

Rara membiarkan angin dari luar menerpa wajah cantiknya dan membuat rambutnya beterbangan. Ia menatap jendela satu--nya yang di tutupi dengan korden berwarna pink.

Membuka korden sedikit untuk melihat celah sinar matahari yang memasuki jendela kamarnya. Sore ini, cuacanya sangat panas. Namun, Rara masih tetap berdiri di balik korden.

Matanya menyipit karena silau dari luar. Rara menutup korden dari bawah.Ia memilih duduk lesehan sambil mengangkat kedua kakinya yang di tekuk untuk menyatu dan sebagai tumpuan dagunya. Kedua iris matanya tertuju pada foto dirinya bersama Athala dulu yang masih ia simpan satu-satunya karena yang lain masih di kamarnya yang dulu.

Rara mulai berpikir jernih."Salah nggak sih mencintai sahabat sendiri?"tanya Rara bermonolog sendiri sembari memandang wajah Athala kecil.

Ia kembali termenung, kilasan kenangan terlintas di pikirannya. Rara memejamkan mata untuk mengingat kenangan manis tersebut. Namun, otaknya seolah tak merespon. Ia hanya bisa melihat Melati berjalan bersama Athala di sebuah Mall. Aneh bukan?

Rara memutuskan pergi ke Mall tersebut dengan tergesa-gesa. Setelah sampai di Mall, Rara celingukan mencari dua orang itu namun tak menemukannya. Ia memilih duduk di salah satu restoran dan memesan lemon tea.

Rara terkejut, feelingnya benar.Ia melihat Melati dan Athala keluar dari Mall itu. Melati menggandeng tangan Athala, membuat Rara memicingkan matanya. Athala nampak biasa-biasa saja saat Melati menggandengnya.

Rara menaruh selembar uang lima puluh ribuan di atas meja. Kemudian, ia memutuskan untuk pergi dari tempat itu dan mengendarai mobilnya di atas rata-rata.

Di sepanjang jalan, air matanya terus mengalir tanpa henti. Saat tiba di pekarangan rumah, Rara mengerutkan keningnya melihat Juna di depan rumahnya. Ia bergegas mengusap air matanya kasar dan langsung menghampiri Juna.

"Juna, ngapain kesini?"tanya Rara.

Juna menatap Rara dengan tatapan sendu."Tante Rani kecelakaan,Ra."ujar Juna sambil menunduk.

Hati Rara mencelus, tubuhnya melemas,air matanya turun tanpa permisi. Juna yang melihat Rara seperti ini langsung memeluknya erat.

"Jangan sedih,Kita ke rumah sakit sekarang."ajak Juna melepas pelukannya dan menggandeng Rara menuju mobilnya.

Langkahnya yang cepat menyusuri koridor rumah sakit dengan perasaan khawatir, panik dan takut. Itulah yang di rasakan Rara dan Juna.

Rara menangis saat melihat Mamanya tengah terbaring di atas brangkar rumah sakit sembari di tangani dokter, ia hanya bisa melihatnya lewat pintu kaca.

Nesa sendiri menenangkan dengan mengusap punggung keponakannya. Matanya menatap sendu tubuh adiknya.

"Tante..."ujar Rara lirih.

"Sayang..."panggil Nesa langsung memeluk tubuh Rara yang masih bergetar hebat.

"Mama bakal baik-baik aja,kan?"tanya Rara parau kepada Nesa yang masih memeluknya.

"Kamu tenang dulu ya.Mama bakal baik-baik aja, Oke?"ujar Nesa berusaha menenangkan Rara.

Rara melepas pelukannya. Ia kemudian menatap Juna dan Nesa bergantian. Dirinya butuh penjelasan mengapa Mamanya bisa kecelakaan.

"Tante sama Juna tau?Kenapa mama bisa kecelakaan?"tanya Rara sambil mengusap air matanya yang mengalir deras di pipinya.

"Tadi, Tante sama Mama ke supermarket. Tapi, parkiran di supermarket itu penuh.Jadinya mobil Tante di parkirin di sebrang jalan. Pas kita berdua keluar dari mobil, tiba-tiba ada mobil yang nabrak mama kamu dengan sengaja."ujar Nesa menjelaskan kepada keponakannya itu.

Aurora [END/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang